31 • Injeksi

3.6K 350 12
                                        

Dering telepon berhasil menarik Rianti dari alam mimpi

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Dering telepon berhasil menarik Rianti dari alam mimpi. Dengan lemas tangannya berusaha mencari benda pipih itu. Namun, tidak ada di mana pun. Kini, Rianti bangun dengan terpaksa. Tangannya menyibak selimut dan ponsel miliknya tertimbun di sana.

Rianti ingin menolak panggilan itu sebab mengganggu tidurnya, akan tetapi ketika nama 'Ners Rini' terpampang di layar, saat itu juga Rianti menegakkan tubuhnya. Tanpa berpikir panjang, Rianti menggeser Ikon hijau ke atas.

"Halo?" Rianti menyibak selimut yang hanya menutupi tungkai kakinya, lalu melangkah ke arah pintu, membukanya sedikit. Gadis itu ingin memastikan Antonio tidak ada di depan kamarnya. Setelah dipastikan aman, Rianti menutup pintunya rapat-rapat.

Ners Rini adalah suster yang menjaga Liliana di rumah sakit. Rianti sengaja meminta kontak yang bisa dihubungi sebab memiliki firasat dua kakaknya tidak akan datang menjenguk mamanya. Rianti memang menolak tawaran Julian, tetapi hatinya tidak bisa dibohongi. Rianti tidak bisa seperti kedua kakaknya. Memang sejak dulu hubungannya dengan sang mama tidak akur, tetapi untuk membalas dendam dengan kondisi Liliana yang seperti itu rasanya kurang tepat.

"Halo, Mbak. Maaf saya telepon jam segini."

Masih memegang ponsel, Rianti menarik tirai, kemudian melangkah ke balkon melalui pintunya. "Iya, nggak apa-apa, Mbak. Ada kabar terbaru dari Mama?"

"Iya, Mbak. Dokter Liliana sudah siuman sejak kemarin. Sekarang sedang mulai proses terapinya."

"Terus Dokter Julian sama Dokter Jonathan datang pas mama udah sadar?"

"Nggak, Mbak. Sampai sekarang saya belum liat mereka datang, padahal sudah dikabari."

Cengkeraman Rianti pada terali balkon kian erat. Dadanya berdesir hebat. Firasatnya benar. Kenapa Julian dan Jonathan begitu tega meninggalkan mama dengan kondisi seperti itu?

Rianti menutup telepon Ners Rini setelah mengatakan hari ini akan berangkat ke Jogja dan tanpa membuang waktu dirinya langsung menghubungi Julian. Namun, lima kali percobaan, semuanya gagal. Rianti juga menelepon Jonathan, tetapi hasilnya sama. Tidak satu pun yang mengangkat teleponnya.

Ponsel di tangan Rianti hampir saja menjadi pelampiasan amarah sang pemilik jika tidak ingat sedang berdiri di balkon. Akhirnya Rianti hanya memukul-mukul pegangan besi di depannya itu. Ini hari Minggu, Rianti yakin dua kakaknya itu ada di rumah. Jam segini belum berangkat ke gereja. Mereka memang sengaja menghindari telepon Rianti.

Masih dalam keadaan kesal, mata Rianti menemukan sosok laki-laki sedang menjemur pakaian di rumah seberang. Saat pandangan laki-laki itu mengarah padanya, secepat kilat Rianti balik badan dan masuk ke kamar. Berkat cermin besar di lemari, Rianti baru sadar dirinya masih mengenakan daster oblong selutut yang biasa dipakai ketika tidur.

"Ceroboh banget kamu keluar pake baju kayak gini. Semoga Mas Fyan nggak liat aku barusan," gumam Rianti. Sekujur tubuhnya panas. Kini, Rianti berusaha mengendalikan perasaannya. Dirinya harus fokus pada kondisi Liliana.

Menembus Partisi - [END] Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin