Prolog

11 1 2
                                        

Hal pertama yang terasa saat naik ke panggung adalah aromanya. Aku bisa mencium bau kabel, atau lebih tepatnya bau plastik pembungkusnya. Aroma ini kemudian berpadu dengan berbagai macam logam dari peralatan listrik lainnya dan menyerbu indera penciumanku dalam waktu singkat. 

Kenapa malah ini yang kurasakan pertama kali? Ya, karena untuk membuka mata pun, aku terlalu takut. Dengan kata lain, aku hanya bisa mengandalkan hidung dan telinga untuk sementara. 

"Open! Open! Open!" Terdengar suara kencang para penonton di luar sana. Telingaku  menangkap gemuruhnya dalam tempo yang sekejap. Setiap tepukan dan teriakan rasanya membuat jantungku berdetak sekali lebih cepat. 

Itulah sihir panggung pertunjukan. 

Itulah yang sedang aku alami sekarang. 

Kugenggam erat microphone di tanganku sambil komat-kamit berdoa. Aku sedang berada di sebuah bilik tepat di bawah panggung. Nantinya, bilik ini akan terangkat ke atas segera setelah pertunjukan dimulai. 

Ini adalah Big Stage pertamaku. 

Tentu saja, aku tegang. 

Tidak boleh ada kesalahan. 

Aku harus bersinar lebih terang dari yang lainnya. 

Aku harus menunjukkan kepada semua orang apa yang telah aku latih berbulan-bulan lamanya. Aku menghela napas panjang berusaha menenangkan diriku sendiri. Detik-detik yang menentukan ini seperti jeda sebelum badai. Ketegangan bergelayut di udara sampai rasanya bisa kucengkeram langsung dengan jari-jariku. 

Semua mata akan tertuju padaku, dan hanya ada satu kesempatan untuk membuat kesan yang tak terlupakan.

Saat aku mendengar musik intro mulai mengalun, jantungku rasanya turun ke perut. Cahaya panggung yang mulai menyala terasa seperti sorot matahari yang pertama kali menembus kegelapan. Dengan liar, sinarnya menjelajahi celah-celah bilik yang tidak kedap udara ini. 

Ketika aku mengintip sedikit ke arah kerumunan, tempat itu tampak sangat ramai. Ini adalah panggung besar pertamaku dalam program televisi "Open Audition". 

Aku adalah salah satu dari 52 peserta yang berhasil melewati ribuan peserta lain dan lolos ke seleksi yang berbasis panggung dengan format reality show. Dari seluruh rangkaian kompetisi ini, akan dipilih 5 idol perempuan dan 5 idol laki-laki yang nantinya akan mendapatkan kontrak dengan MN Entertainment, salah satu agensi musisi paling populer saat ini. 

Ini adalah langkah awalku untuk mewujudkan mimpi menjadi bintang terkenal. Ya! Aku pasti bisa! Aku meyakinkan diriku sendiri, untuk kesekian kalinya. 

Kulirik lagi para penonton dari celah bilik. Open Audition memang reality show yang selalu mendapat rating tinggi. Tidak heran, tiket sudah ludes terjual bahkan ketika mereka belum mengenal para peserta. Bagi fans, aku adalah simbol mimpi mereka. Dan sebaliknya, bagiku, mereka adalah pemberi motivasi yang terbaik. 

Setiap wajah yang penuh harap, setiap sorak-sorai mereka adalah bahan bakar yang kuat bagi semangatku. Mereka tidak tahu betapa gemetarnya kakiku, atau betapa kerasnya aku memegang mic ini. Tapi itu tidak penting. Yang penting adalah aku di sini, siap untuk mengambil alih panggung.

Aroma kabel dan logam yang tadi kuendus mendadak berganti dengan wangi parfum dan keringat—bau khas para penonton yang telah menunggu dengan penuh antusiasme. Bilikku mulai terdorong keatas,  membawaku masuk ke dalam cahaya sorotan yang terang benderang.  

Semua ketakutan dan kecemasan itu perlahan mencair. Yang tersisa hanyalah aku, musik, dan sebuah panggung yang telah menungguku. Ini saatnya. Aku menarik napas dalam-dalam, melepaskan segala gugup dalam satu helaan panjang, dan memulai langkah pertamaku ke dalam mimpi yang selama ini kuperjuangkan.

Sekarang, tidak ada lagi yang bisa menghentikanku. Pertunjukan ini adalah wujud dari segala yang telah aku impikan. Dan malam ini, aku akan membawa penonton ke dalam sebuah cerita perjalanan, melalui setiap nada yang kubawakan, melalui setiap kata yang kuciptakan. 

Malam ini, aku menjadi bintang yang mereka idamkan.

Open AuditionOù les histoires vivent. Découvrez maintenant