"Mau ke mana?"

Aku meringis—pecahan kaca menusuk kulit. Suara itu. Siapa lagi kalau bukan suara Ibu. Aku perlahan berbalik—mendapati sosok Ibu sudah menjulang tinggi di atasku. Etta takut. Aku tahu, ia hampir menangis. Tubuhnya yang mungil berlindung di balik tubuhku yang tinggi untuk anak seusiaku.

"Mau pergi, ya? Pasti ingin pergi bersama laki-laki sialan itu, kan?" Ibu melontarkan pertanyaan. Meski gelap, dapat kutahu kalau mata Ibu sedang melotot. Ia berkacak pinggang. Dan lebih menyeramkannya ekspresi Ibu terlihat seperti orang yang telah kehilangan akal sehatnya.

Aku menggeleng pelan, "Tidak, bu..." cicitku.

"Berbohong!"

Suara keras Ibu membuatku bergidik. Kurasakan tangan kecil Etta mencengkeram ujung bajuku dengan erat.

"Kak Atlas, aku takut. Aku mau ketemu Ayah..." lirihnya.

Aku menggeleng pelan. Aku tahu itu mustahil jika ingin bertemu Ayah malam ini juga. Lagi pula tak ada gunanya terus berbohong, toh kami sudah tertangkap basah. Ibu sudah tahu apa tujuan kami.

"Tinggal bersama Ibu lebih nyaman lho, Nak." mendadak Ibu tersenyum, "Daripada bersama Ayahmu itu," tambahnya dengan suara lembut seakan berusaha membujuk kami.

Keringat dingin membasahi pelipis. Rasanya aku hendak beranjak dari sini sekarang juga. Tapi sayang, kakiku terasa kaku. Serpihan kaca makin masuk ke dalam daging jika aku terus bergerak.

"Jangan pergi, ya?" Ibu meraih tangan Etta, tapi Etta dengan cepat menepisnya.

Ibu tersentak—tak pernah menyangka jika anak perempuannya yang dikenal lemah lembut dan penurut selama ini kini berani membantah.

"Berani sekali. Siapa yang mengajarimu seperti itu, Etta?!"

Ibu berpaling menatapku, "Jangan pergi!" gertaknya, "Pria itu menjebak kalian. Dia ingin menjual organ dalam kalian ke pasar gelap. Lebih baik kalian tetap di sini bersama Ibu!"

Betapa jahatnya Ibu karena telah memfitnah Ayah. Aku dapat bersumpah, Ayahku tak pernah punya niat sekejam itu pada anak-anaknya. Sekalipun tak pernah.

Entah dorongan dari mana, aku berani membalas tuduhan Ibu, "Ayah itu baik, bu!" kataku, "Ayah nggak pernah berselingkuh di belakang ibu. Ayah setia, aku yakin hal itu. Ayah—"

PLAK!

Satu tamparan keras dengan mulus mendarat di pipiku. Aku tercenung. Spontan menyentuh pipi kiriku yang terasa panas dan perih.

Meski takut, kutatap Ibu yang kini tak kuasa menahan emosinya. Ia meraih lenganku dan Etta dengan kuat, menyeret kami dengan kasar menjauh dari pintu depan. Kami tak bisa melawan saat Ibu mengancam, "Aku tak segan membunuh anak kandungku sendiri!"

Ibu, kau berubah. Tidak seperti sosok ibu penyayang yang kukenal...

🗡🗡🗡

Gimana prolognya?

|

|

|

|

|

|

Visual Etta D. Walker

 Walker

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Definisi adek-kakak sama² good looking 😋

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Definisi adek-kakak sama² good looking 😋

Atlas Walker [On going/Slow Up]Where stories live. Discover now