PROLOG

238 81 218
                                        

Revisi setelah end.

Note: cerita ini spin offnya LIVORA yang bersifat prekuel.

🗡Happy Reading!🗡

"Aku rindu suasana hangat keluarga kecilku."

—•♥•—

INI Atlas. Atlas D. Walker. Sangat cocok dijuluki sebagai lelaki sakti yang menyimpan sejuta kisah dalam hidupnya, kata Hera—gadis berusia 15 tahun yang kutemui di masa depan.

Baiklah, kuakui kisah hidupku memang menarik untuk dibahas. Walau tidak serunyam yang kalian bayangkan, misalnya aku terlahir dengan fisik yang nyaris sempurna, kalian mana tahu kalau kehidupan di masa laluku terbilang cukup kelam. Toh, kau tidak pernah menyangka itu, kan?

Sekelam apa, sih? Pasti pertanyaan itu yang muncul pertama kali di benakmu. Pernah mendengar istilah broken home, tidak? Jika ya, maka istilah itulah yang kualami saat ini.

Perceraian. Itu terdengar sensitif di telinga seorang anak berusia 12 tahun sepertiku. Aku tidak tahu pasti apa penyebab Ayah dan Ibuku bercerai. Yang kutahu—yang pernah kulihat dengan mata kepalaku sendiri, Ibu pernah membentak Ayah kalau Ayah-lah yang berselingkuh di belakang Ibu. Tunggu, aku sendiri tak setuju jika Ayah dituduh seperti itu.

Kau tahu, Ayahku adalah sosok kepala keluarga yang baik. Kata baik itu pun bisa aku jabarkan menjadi setia, penyayang, lebih sering menghabiskan waktu bersama keluarga, bertanggung jawab, atau bahkan sifat kebanyakan seorang pria matang yang sempurna dalam membangun rumah tangga.

Aku memang tidak suka jika Ayah dituduh seperti itu. Saking polosnya, aku pernah membela Ayah di hadapan Ibu saat mereka tengah bertengkar. Bukannya bisa meredakan pertengkaran mereka, Ibu malah makin mengamuk dan mulai melemparkan barang apa saja yang bisa ia jangkau ke arahku hingga membuat Ayah sigap melindungi dan membawaku pergi.

Pergi? Ayah tidak benar-benar membawaku pergi. Bukan. Maksudku Ayah tentu tak mau langsung bercerai. Kuyakin aku tahu, Ayah memang tak bersalah. Buktinya Ayah tidak menyembuyikan apa pun dari Ibu, bahkan Ayah berjuang mati-matian memenangkan hati Ibu kembali dan mempertahankan keluarga kecil kami.

Tapi, ada satu hari di mana Ayah sudah muak dengan keadaan. Ayah kabur dari rumah, pergi entah ke mana. Tapi, Ayah sempat berpesan, kalau Ibu makin menjadi—mulai memperlakukan aku dan adikku dengan kasar, maka pilihlah segera. Tetap tinggal bersama Ibu dan bertahan atau pergi dari rumah bersama Ayah dan memulai kehidupan baru jauh dari desa?

Rasanya terlalu sulit bagi anak seusiaku untuk memilih. Bagiku Ibu adalah sosok malaikat tanpa sayap terbaik yang pernah ada, sementara Ayah adalah sosok pelindung dengan wataknya yang tegas dan berwibawa. Tapi, kurasa kini semuanya berubah. Tak ada lagi kehangatan dan kasih sayang yang biasa kudapat. Tak ada lagi canda dan tawa yang kerap mengisi keheningan rumah.

Ini takdir. Kupercaya akan hal itu. Pada akhirnya aku memutuskan untuk pergi bersama Ayah. Walau Ibu belum pernah memperlakukan kami dengan kasar, tapi keputusanku sudah bulat dan lebih baik pergi daripada keadaan semakin buruk.

Malam harinya aku menyelinap keluar bersama adikku—Etta Walker. Kupastikan Ibu sudah tidur dan kami hanya membawa barang-barang kami seperlunya. Tapi sayang, saat sudah mencapai pintu depan, lampu minyak di ruang tamu mendadak padam. Diikuti suara pecahan kaca yang terlempar di bawah kakiku.

Atlas Walker [On going/Slow Up]Место, где живут истории. Откройте их для себя