Just warning!
Toxic words! Typo! Kata non baku! Only AU!
.
.
.
"Chapter 3 - Tetap Menemaninya"
--------------------------------------------------
Peppey telah sampai di rumahnya, setelah dia ditenangkan oleh kedua sahabatnya. Sebelum masuk ke dalam rumahnya, Peppey melambaikan tangannya sebagai ucapan perpisahan kepada kedua sahabatnya. Mereka berdua juga melambaikan tangannya ke Peppey, lalu pergi meninggalkan Peppey dan berjalan pulang. Setelah itu, Peppey langsung masuk ke rumahnya. Kosong, hanya dia sendiri di sana. Orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan, hingga menelantarkan anaknya di rumah sendirian. Orang tuanya tak pernah pulang, semenjak mereka mendapatkan pekerjaan yang membuat mereka tergila-gila dengan gaji pekerjaan itu.
Peppey langsung pergi ke kamarnya tepat setelah dia mengunci pintu rumah, untuk menaruh tasnya. Dia juga langsung bergegas pergi ke kamar mandi, tak lupa dengan baju ganti. Setelahnya, Peppey langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Sebenarnya dia ingin belajar untuk esok hari, tapi mungkin tidak untuk siang ini. Karena dia sudah malas dan kelelahan. Rasa kantuk juga telah menguasai tubuhnya, maka dari itu dia memutuskan untuk tidur siang. Dia langsung memejamkan matanya, kemudian terlelap dalam tidurnya.
Beberapa waktu kemudian, matahari semakin bergeser ke barat, menandakan bahwa sudah sore. Peppey membuka matanya, lalu mengusapnya dan menguap. Dia langsung bangun dan melihat jam. Jam itu menunjukan, bahwa sekarang sudah pukul 17.45 sore. Peppey langsung berdiri dari kasurnya dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Setelah itu, dia langsung kembali ke kamarnya, tak lupa membawa camilan untuk menemaninya belajar.
Sesampainya di kamar, Peppey menghampiri meja belajarnya. Peppey langsung mengecek hal-hal yang akan menemaninya belajar. Camilan, sudah. Air minum, sudah. Handphone, sudah. Earphone, sudah. Baiklah, semuanya sudah lengkap. Peppey pun duduk di kursi, kemudian mengambil buku yang akan dia pelajari untuk pelajaran esok hari. Tak lupa dengan earphone yang sudah tersambung dengan handphonenya, juga dengan bungkus camilan yang telah dia buka. Peppey langsung memasangkan earphone ke telinganya, lalu mulai belajar.
Peppey belajar dari pukul 17.53 sore sampai dengan pukul 20.40 malam. Dia mulai menutup bukunya, dan bersandar di kursinya. Dia memejamkan matanya sebentar. Tak lama kemudian, handphone miliknya berdering. Dia segera mengambil handphonenya dan melihat ke layar itu. Layar itu menampilkan, bahwa ada panggilan masuk, dengan nama yang terpampang jelas, yaitu "Mefelz" dan "Adhit". Lantas Peppey langsung mengangkat panggilan itu agar tidak membuat mereka menunggu.
"Yo halo Pey! Gimana keadaan lu sekarang?" tanya Adhit.
Peppey yang mendengar suara Adhit langsung terkekeh karena nada yang digunakannya.
"Aku gapapa kok.. Udah mendingan.." jawab Peppey.
"Oh ya? Terus, lu udah makan?" kali ini giliran Mefelz yang bertanya.
"Hm? Oh, santai aja.. Ada jajan kok di dapur," jawab Peppey dengan senyuman tipisnya.
"Ya sudah. Lu udah belajar?" Mefelz bertanya lagi.
"Udah, dari jam 17.53 malah," ucap Peppey yang mulai menyombongkan diri.
"Ih, sombong betul," Adhit meledeknya, yang membuat Peppey langsung tertawa.
"Minimal belajar, permen karet," Peppey meledeknya balik.
"Ih?! Permen karet!? Mentang-mentang rambut gue warnanya kek permen karet!" Adhit langsung berteriak dengan kesal di balik handphone itu.
YOU ARE READING
Please, Believe Me..「 YTMCI AU 」
Fanfiction"Ku mohon, percayalah.." Menceritakan tentang seorang remaja yang difitnah melakukan percobaan pembunuhan terhadap temannya. Dia pun dijauhi oleh semua orang di sekolahnya, bahkan termasuk guru-guru favoritnya. Namun, setidaknya dia masih memiliki t...
