26. Mengungkap Tabir Masa Lalu

84 8 0
                                    

"Jika kehidupan selanjutnya itu benar-benar nyata adanya, aku hanya ingin kembali dipertemukan denganmu untuk kedua kalinya."

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca...

Pandanganku tertuju pada lelaki yang sedang duduk di ruang tamu, sembari memangku laptopnya di atas paha. Ekspresi seriusnya malah membuatku sedikit ragu untuk menghampiri dirinya. Pasti saat ini Kak Shaka sedang mengerjakan skripsinya yang sempat tertunda beberapa hari belakangan. Namun, aku harus segera berbicara padanya mengenai fakta yang kemarin diberitahukan oleh Gumi.

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Kakiku mulai melangkah mendekati Kak Shaka yang masih duduk dengan tenang di atas sofa.

"Cie dikit lagi lulus kuliah nih," ledekku sambil menyodorkan satu buah apel padanya.

Kak Shaka tersenyum sembari mengambil apel itu dari tanganku. "Iya dong, kamu kapan nih nyusul jadi anak kuliahan?"

"Sedikit lagi, Kak. Do'ain aja supaya aku bisa dapet universitas negeri terbaik dan masuk ke jurusan yang aku mau."

"Aamiin aamiin semoga terkabul dan jangan lupa usahanya juga, ya."

"Siap laksanakan, Komandan!"

Kak Shaka tertawa pelan sembari mengacak-acak rambutku, kemudian ia membuka kacamatanya.

"Ajakin Gumi belajar bareng dong disini, dia kan peringkat pertama pararel jurusan IPA."

Aku terpaku sejenak mendengar nama Gumi disebut oleh Kak Shaka. Lelaki itu kembali melanjutkan ucapannya sembari mengigit apel merah yang kuberikan.

"Jangan pacaran mulu kalian berdua, inget ya sebentar lagi kalian lulus dan harus persiapin diri buat ujian masuk universitas."

"Iya, Kak, tenang aja. Belajar tetap nomer satu kok."

"Bagus bagus gitu dong," sahut Kak Shaka yang kemudian meneguk jus di atas meja.

"Kak, aku mau nanya dong. Boleh?"

"Kamu ini lagi kenapa, Dek?" jawab Kak Shaka sembari melirikku sekilas. "Nanya tinggal nanya aja kali, emangnya kakak pernah ngelarang kamu buat ngasih pertanyaan?"

Aku mengulum bibir karena sedikit gugup untuk memulai pertanyaan tersebut.

"Takutnya aku ganggu Kak Shaka yang lagi fokus ngerjain skripsi."

"Engga, Dek. Kakak nggak pernah terganggu sedikitpun sama kamu, meskipun kamu mau ngasih ribuan pertanyaan juga nggak akan ganggu kakak."

"Hmm."

"Emangnya ada apa? Kamu mau nanya tentang apa?"

"Kak, kalo misalkan kakak ketemu sama keluarga kakak yang asli. Gimana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Story of Philosofia (Bluesy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang