🍀18🍀

4.3K 272 98
                                        

💜~Happy Reading ~💜




"Aku hamil."

Taehyung membalikkan badannya seketika.

Sedangkan Jungkook menatap lekat wajah Taehyung, mencari sepercik kebahagiaan akan kabar bahagia ini dari mata suaminya. Namun sayangnya, Jungkook tak menemukan apapun, kecuali keterkejutan luar biasa dari bola mata lelaki itu, yang entah apa maknanya. Jika pun Taehyung tidak menerima anak ini, Jungkook tidak masalah sama sekali. Semua terserah lelaki itu, Jungkook sudah lelah menghadapinya.

"Aku tidak peduli." Jawabnya singkat sembari membalikkan badannya lagi, kembali fokus pada pekerjaannya.

Jungkook menghela napasnya berat, Matanya mulai memanas, siap meluncurkan air mata yang akan jatuh deras sekali. Lantas mengangguk-angguk paham. Mencoba tersenyum sebisa mungkin, meskipun dalam hatinya sangat terluka.

"Tidak apa-apa. Aku tahu kau akan menolak kehadiran anak ini. Setidaknya, aku sudah menyampaikannya padamu. Tapi, jangan berharap aku melenyapkannya. Meskipun kehadirannya begitu mengejutkan bagiku, aku akan tetap membesarkannya. Dan satu lagi, aku tidak butuh pengakuanmu untuk anakku."

Taehyung melirik kepergian istrinya disertai tangisan pilunya. Ketika pemuda itu sudah tidak terlihat lagi bayangannya, Taehyung mengembuskan napasnya panjang seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Rasanya ia sedikit pun tak memiliki tenaga.

Mungkin bagi pasangan yang saling mencintai, ini berita bahagia. Tapi, buat rumah tangganya, hal ini justru membingungkan. Taehyung benar-benar tidak menyangka, hasil perbuatannya membuahkan seorang bayi di perut pemuda itu.

Sekarang Taehyung tidak tahu tindakan apa yang harus diambil? Baginya ini terlalu mendadak, bayangkan saja dalam kurun waktu sembilan bulan ke depan statusnya berubah menjadi seorang ayah dari bayi kecil.

Baiklah, Taehyung bisa menerima anak itu, tapi mengetahui fakta ibu dari anaknya itu orang yang ia benci sendiri. Rasanya Taehyung sulit menerima itu.

***

Taehyung menuruni anak tangga, jas kerjanya tersampir di lengan kanan. Dari kejauhan Taehyung bisa melihat Jungkook yang memakai baju seragam kerjanya, sedang mencuci piring. Pemuda itu terlihat pucat dan lesu.

Mengabaikan rasa cemasnya, Taehyung agak kecewa sebab tak menemukan sarapan di atas meja. Lalu, habis apa dia mencuci piring? Membuat sarapan untuknya sendiri? Dasar tidak sopan. Sudah menumpang di rumahnya, sekarang tidak melakukan apa-apa di rumah ini. Seperti itulah umpatan Taehyung dalam hatinya.

Seperti biasa Taehyung mengambil air dingin demi mengaliri tenggorokannya yang terasa kering. Ekor matanya tak lepas melirik pemuda yang sejak tadi membisu. Dia tidak menyadari kehadirannya atau memang sengaja menganggapnya seperti angin yang tak berwujud?

Taehyung menoleh sepenuhnya saat Jungkook berlari sambil menutup mulutnya pakai tangan ke kamarnya sendiri. Melihatnya tersiksa seperti itu, hati Taehyung cukup tak tenang.

Lama Jungkook berada di kamarnya. Anehnya Taehyung masih berdiam di tempat semula, seolah sedang menunggu pemuda itu keluar lagi, memastikan keadaannya. Terlepas dari itu semua, Taehyung sebenarnya tinggal berangkat saja, tanpa harus peduli pada istri tak dianggapnya itu.

Pintu kamar Jungkook terbuka, Taehyung langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain yang awalnya menatap intens pintu tertutup itu. Pura-pura mengelap meja adalah hal yang Taehyung lakukan agar pemuda itu tidak curiga. Dilihat dari sudut pandang orang lain, Taehyung sangat buruk dalam berakting. Terlihat jelas Taehyung hanya membuang-buang waktunya.

Tentunya, Jungkook menyadari keanehan suaminya itu dan memilih mengabaikannya, dia mengambil mantel tebalnya, memakainya begitu rapat sampai dirinya tidak kedinginan lagi. Selepas itu meninggalkan Taehyung tanpa sepatah kata pun.

Taehyung melempar lap yang digunakannya tadi untuk mengelap meja. Mengerang kecil. Berani-beraninya pemuda itu mengabaikannya. Memangnya dia siapa berani melakukan itu padanya? Dia tidak terima diperlakukan seperti itu.

Taehyung berjalan keluar sambil menghentak-hentakkan kakinya.

"Tuan Kim, apa Nyonya sedang tidak sehat?" Tanya Gyumin setelah Taehyung keluar.

Taehyung mendengus. "Tidak tahu dan tidak peduli."

Gyumin bergumam. "Maaf, hanya saja tadi Nyonya hampir pingsan."

Taehyung menghentikan pergerakannya yang sedang memakai jas kerjanya. Rasa kesal seketika berubah jadi cemas. Tadi malam dia bilang tidak peduli pada pemuda itu, tapi hatinya tidak bisa berbohong jika dia memang khawatir pada istrinya yang sedang berbadan dua sekarang.

"Kita berangkat." Ucap Taehyung.

***

Jungkook berjalan pelan sekali. Kepalanya pening, perutnya pun terasa tidak enak. Membaringkan tubuhnya di kasur empuk pasti nyaman disaat kondisinya seperti ini. tapi itu hanya berlaku buat seorang istri yang tidak bekerja. Sedangkan, Jungkook harus bekerja demi memenuhi kebutuhannya yang sekarang dan masa depan nanti.

Sesekali Jungkook menghentikan langkahnya, beristirahat sejenak menetralkan kondisi tubuhnya yang kian lemas. Jalan raya masih beberapa meter lagi, Jungkook harus segera sampai sana. Jika sudah naik bus, dia akan beristirahat disana sebentar.

Baru saja akan berjalan lagi, tubuh lemas Jungkook nyaris terjatuh tatkala suara klakson mobil mengejutkannya. Jungkook melihat sebuah mobil yang tak asing baginya, berhenti tepat di sisinya.

Jendela mobil perlahan terbuka, memunculkan Taehyung dengan pandangan lurus tak meliriknya sama sekali.

"Naiklah!" Perintah Taehyung datar.

Jungkook terhipnotis beberapa saat. Otaknya berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan orang itu. Barangkali Jungkook salah dengar tadi.

"Tidak perlu." Jawab Jungkook.

"Aku tidak menerima penolakan, Jeon Jungkook. Cepat masuk! Aku sudah berbaik hati, dan membuang waktuku yang berharga untuk menawari mu tumpangan. Jadi, cepat masuk mobil!" Kesal Taehyung seraya menatap tajam.

Jungkook mengalihkan pandangannya ke arah lain yang bisa dia lampiaskan atas rasa ketidakpercayaannya pada orang itu. "Ya sudah, pergi saja kalau sebenarnya kau tidak tulus mengantarku. Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Jadi, kau tidak perlu membuang waktu berharga mu hanya untuk memberi tumpangan pada seorang seperti aku."

Jungkook lantas berjalan lebih cepat. Tersisa Taehyung yang mengumpat dengan suara kecil.

"Kita akan mengejarnya lagi kan, tuan Kim?" Tanya Gyumin.

"Tidak. Langsung ke kantor saja. Biarkan dia menyesal sudah menolak kebaikanku."

Gyumin hanya bisa menghela napasnya. Kenapa bosnya ini cepat sekali menyerah? Terpaksa Gyumin melajukan mobilnya melewati istri atasannya. Sengaja Gyumin mengendarai mobilnya dengan pelan. Taehyung pun seakan tidak sadar akan itu. Sebab pria itu diam-diam fokus memperhatikan istrinya yang kini berjalan di belakang sana.

"Hentikan!" Ucap Taehyung tiba-tiba.

Gyumin langsung menghentikan mobilnya mendapat interupsi dari sang atasan.

"Mundurkan mobilnya!" Titahnya.

Gyumin segera menuruti perintah Taehyung. Dapat dia lihat melalui kaca spion istri atasannya itu sedang berjongkok, sambil memegangi perutnya.

"Cepatlah!" Sentak Taehyung pada asistennya.

Tak berapa lama, mobil mereka telah berada di sisi pemuda itu lagi. Taehyung bergegas turun dari mobil. Waktu yang tepat, karena pada saat dia sampai Jungkook terjatuh, untunglah Taehyung segera menangkapnya.

"Jeon Jungkook! Hey, bangun." Taehyung menepuk-nepuk pipi tirus istrinya yang sudah tidak sadarkan diri.

Bola matanya membesar. Kepanikan kemudian melandanya. Ketika Taehyung melihat celana bahan pemuda itu terlihat rembes oleh cairan kental berwarna pekat.









💜~TO BE CONTINUE ~💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tuan Dingin Tercinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang