Why?

108 9 2
                                        

"Jin-nie, -"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jin-nie, -"

"Kau mau makan apa? Biar aku pesankan" potong Seokjin.

Leyla menggeleng cepat "Tidak usah!"

"Apanya yang tidak usah?" alisnya menukik tajam.

"Tidak usah pesan makanan apapun lagi. Itu saja" tunjuknya pada makanan yang ada di pantri.

"Kau bahkan memuntahkannya!" kata Seokjin ketus.

"Aku akan makan nanti, pagi ini sepertinya aku tidak selera makan"

Seokjin sejenak berkacak pinggang seolah menimang sejenak. Lantas mengangguk "Ya sudah!" katanya terlihat acuh dan pergi begitu saja dari sana.

Leyla menatap sendu punggung lebar sang suami yang sudah hilang dibalik pintu. Ia tau ruang apa yang tengah suaminya masuki itu, ruang kerjanya. Leyla lantas duduk kembali dan menatap makanannya.

"Maafkan aku" lirihnya. Leyla lapar, sungguh. Tapi ia tak bisa memakan makannya sendiri.

*****

Di ruang kerja, Seokjin tak bisa menahan kekesalannya. Ia terus menggerutu dan tak habis pikir dengan Leyla yang membuatnya kesal pagi ini.

"Kalau tidak suka masakanku ya dibilang saja!"

"Kenapa gadis itu harus berdalih tidak selera segala!"

"Disuruh pesan malah tidak mau!"

"Pantas saja kakeknya sering pusing dibuatnya!"

Ini seperti bukan Seokjin yang terlihat sekali suka mencebik orang dan banyak berbicara berbicara. Ia bahkan tak mengeluarkan gerutuannya di hadapan sang istri. Tapi ia juga heran pada dirinya yang tiba-tiba berbicara sendiri diruangannya.

"Mungkin ini ya mengapa mama bilang aku harus sabar dengannya?"

Pria itu lantas menggeleng seolah memaksa otaknya untuk membuyarkan pikirannya mengenai insiden pagi ini. Ia lebih memilih untuk membuka komputernya dan kembali menyelesaikan pekerjaan yang ada walau dirinya belum masuk kantor untuk bekerja. Tapi memikirkan tak ada yang bisa ia lakukan hari ini dirumah dan ia belum terbiasa dengan Leyla, maka ia memilih untuk bekerja saja dirumah.

Seokjin bukannya tidak mau berinteraksi dengan Leyla, hanya saja dia malas dan tidak terbiasa dengan situasi seperti ini. Belum lagi, pria itu juga seolah tak mau berusaha untuk membangun karakater antar keduanya padahal Leyla kan istrinya.

Hampir tiga jam ia habiskan dihadapan komputer, notifikasi pesan ia terima beberapa kali. Cepat saja seokjin membuka pesan itu dan senyum terbit pada bibir tebalnya dengan gerakan cepat pula jemarinya membalas pesan itu dengan semangat. Entah dengan siapa ia bertukar pesan yang pasti si pengirim pasti sangat dekat dengannya hingga mampu membuatnya tersenyum.

Sedangkan Leyla diluar sana, berulang kali berusaha untuk memakan makanannya walaupun tidak ada satu pun yang berhasil masuk kedalam lambungnya. Ia terduduk didepan kloset dengan air mata yang sudah menetes.

Lavender | Kim Seok-Jin | END || BELUM REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang