43. MERAYAKAN JATUH CINTA

97.8K 4.5K 1.2K
                                    

Vote dulu sebelum scroll yaa biar gak kelupaan

Target masih sama, tembus 3k vote otomatis bakal lanjut🔥

Happy reading

43. MERAYAKAN JATUH CINTA

Pahlawan mengorbankan mu untuk dunia, tapi penjahat akan mengorbankan dunia hanya untuk mu (bila kamu berhasil membuat si brengsek jatuh hati).

Marselino Raygan Bumantara.

***

"Murid kurang ajar! Lama-lama saya telan juga kamu Marsel!"

Tidak perlu jadi murid 11 IPA 2 untuk tahu kalau Pak Bondang marah-marah lagi hari ini. Suara keras beliau terdengar menggema di koridor-koridor SMA Rajawali. Vokal serak pada baritonnya yang khas, menjadi pembeda dari omelan guru-guru lain.

"Sini maju ke depan! Kamu ini didiamkan malah makin menjadi saja saya lihat!" gertaknya lagi seraya memungut sepatu jordan milik Marsel yang beberapa detik lalu menghantam mukanya begitu keras. Kacamata Pak Bondang sampai retak gara-gara mendapatkan lemparan sepatu mendadak saat ia baru saja menginjakkan kakinya ke dalam kelas hendak mengajar.

Marsel mendengus kesal kemudian berdiri, melangkah ogah-ogahan meninggalkan bangkunya. Mata elangnya menyorot tajam pada Daren yang menahan tawa di sisi kiri Pak Bondang. Sial. Harusnya dia yang kena. Entah bagaimana awal mula lemparannya bisa meleset, sedikit melewati sasaran dan malah mengenai tuyul bunting bermulut berisik itu.

Kenapa Marsel katakan Pak Bondang bunting? Ya lihat saja perutnya yang membengkak itu, bagai akan jatuh tiap kali dia menegakkan tubuhnya. Marsel dengan senang hati akan menimangnya semisal khayalannya tadi berubah nyata.

"Kamu tahu ini apa?!" Pak Bondang acungkan barang laknat di tangan kanannya penuh emosi sesampainya Marsel di hadapannya.

"Hm." Marsel menanggapi malas. Ayolah, orang buta sekalipun akan langsung tahu itu sepatu kalau mereka memegangnya.

"Ham hem ham hem mau jadi Nisa Sabyan kamu?! JAWAB YANG BENAR INI APA?!"

Dua puluh empat murid lain kecuali lima belas sahabat Marsel otomatis menundukkan kepala karena serasa ikut dimarahi pula. Diam-diam mereka melirik sosok laki-laki yang berdiri di depan papan tulis, begitu tak sopannya dia mengorek kuping menggunakan telunjuk usai dibentak kesekian kalinya oleh pak Bondang.

Seragam putih tanpa atribut dikeluarkan dari celana abu-abu, terlindung jaket hitam bertuliskan amigos di bagian dada sebelah kiri. Dasi sekolah tak tahu lenyap ke mana. Potongan rambut terlalu panjang, nyaris menutupi mata. Penampilan Marsel memang tidak pernah membuatnya lolos dari cengkeraman guru BK maupun guru killer seperti pak Bondang.

"Sepatu," ucap laki-laki itu cuek. "Penglihatan bapak rabun ya karena kacamatanya rusak?"

Tawa Daren menyembur, satu kelas tertawa takut-takut. Pak Bondang tambah geram. Dia lempari Marsel dengan sepatu di tangannya. Tentunya si pemilik sepatu sigap menangkap. Dengan enteng Marsel pasang sepatu kanannya sambil berdiri, bersikap tak acuh meski pak Bondang hampir mengeluarkan taringnya.

"Dan sepatu kamu baru saja mengenai wajah saya. Bisa-bisanya kamu bersikap santai seperti ini?! Mau jadi apa kamu kelak?" gerutu pak Bondang menahan teriakannya.

MARSELANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang