-___-___-___-
PROLOG
-___-___-___-***
Pria berkulit putih medium dan berpakaian kemeja putih itu menatap seorang wanita yang berlumuran darah dengan raut wajah tak terbaca. Tanpa perubahan raut wajah apapun, pria itu melepas satu persatu baju atasan dari melepas dasi, kancing kedua pergelangan tangan dan melepaskan seluruh kemeja putihnya.
Melangkah pelan mendekati jasad wanita yang meskipun sudah tidak bernyawa, wajahnya tetap terlihat sangat cantik dengan sinar temaram cahaya rembulan yang masuk dari luar jendela. Pria itu menelusupkan kedua tangannya pada bawah kaki dan tengkuk wanita itu. Mengangkatnya dengan gaya pengantin, menatap kosong sembari berjalan keluar dari rumah.
“Maaf, saya terlambat membalas perasaanmu dan maaf.. saya–saya terlambat melindungimu.” kalimat itu terluapkan, bersamaan akan nafasnya yang tercekat.
Pria itu mendongak, tatapannya beralih ke arah petugas polisi dan rumah sakit. Mereka berlalu lalang, terutama untuk petugas polisi. Dia meletakkan tubuh tak bernyawa wanita itu ke atas Stretcher Ambulance.
“Bawa dia untuk di bersihkan, hati-hati.” titahnya dengan suara serak, pun diangguki oleh petugas rumah sakit.
Pria itu berbalik, “Bisakah anda untuk ikut ke kantor polisi untuk bersaksi?” tanpa basa-basi, pria itu mengangguk tanpa ragu.
“Saya bukan pelaku, korban ataupun lainnya yang bisa membuat hukum berburuk sangka kepada saya. Saya hanya terlambat menyelamatkan istri saya, dan...,” petugas polisi itu tampak diam seraya menunggu kalimat selanjutnya dari pria itu.
“Saya ingin menitipkan anak saya.”
***
“Saya belum bisa merawatnya, dan sekali lagi maaf. Izinkan saya pergi untuk beberapa waktu, meski harus meninggalkannya...,” lirihnya menatap jendela yang menunjukkan seberapa luas sebuah tempat yang bernama bandara pesawat.
Pria itu menunduk menatap sebuah cincin yang berkilau melingkar pada salah satu jari manisnya. “Saya akan kembali dengan lembaran baru yang akan saya buat, tanpa melupakanmu.” lirihnya kembali, tapi ada kesedihan di setiap katanya.
Pergerakan pada sebuah kendaraan raksasa berbentuk burung itu mulai bergerak melintasi jalan yang terus lurus tanpa terputus. Perlahan kendaraan itu naik dan naik ke udara, meninggalkan daratan yang setiap harinya menjadi aktivitas manusia, hewan dan tumbuhan yang saling tumbuh sampai dewasa.
“Saya akan pulang, menjemputnya. Maaf dan terimakasih.”
-___-___-___-
— TO BE CONTINUED —
-___-___-___-
.
.
.
SEE
YOU
MOON
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZRAKA
Teen FictionHidup itu pasal perjumpaan dan perpisahan, itu awal dan pelupaan. Akan selalu ada hal-hal yang suatu saat terjadi, meninggalkan jejak, hingga selalu ada orang yang pernah hadir, tidak pernah terlupakan. Bukankah begitu? *** "Bilang. Kamu mau, nya, g...