Bab 21

10.5K 306 1
                                        

Ririn menatap penuh tanda tanya sewaktu sang atas menampilkan aura berbeda dari biasanya. Selama ini yang Ririn tahu adalah Jonatan yang dingin. Pemalas basa-basi dan suka mengintimidasi lewat kata-kata maupun tatapan.

Namun kali ini Jonatan benar-benar berbanding terbalik. Senyuman cerah sejak pagi tadi terpatri jelas di wajahnya. Bahkan lelaki itu mengajak Ririn berbasa basi. Luar bias! Ririn merasa takjub sekaligus takut dengan perubahan mendadak sang atasan. Dan yang membuat Ririn tak habis pikir adalah Jonatan tidak seperti ini sebelumnya.

Ririn menanti dengan sabar apa yang ingin disampaikan Jonatan. Sayangnya, lelaki itu sibuk memainkan ponsel seolah-olah lupa dengan keberadaanya.

Bagi Ririn ini kali eksklusif di mana mendapati Jonatan yang sibuk memainkan ponsel. Ditambah lagi ia juga menampilkan berbagai ekspresi yang tentu saja jarang dilihat Ririn.

Jonatan: Pulang malam?

Rubi: Iya. Soalnya masih kumpul sama teman-teman. Kebetulan mereka lagi mampir di coffee shop.

Jonatan: Miska? Dan lelaki itu juga ada?

Dada Jonatan berdetak seakan tak terima. Jujur, entah bagaimana ia tidak menyukai teman lelaki Rubi. Jonatan tidak mengerti kenapa? Wajar bukan jika mereka dekat? Lebih lagi mereka sudah berteman sejak lama. Sialnya, kebenaran itu membut Jonatan tiba-tiba kesal.

Rubi: Iya

Jonatan menarik napas panjang sebelum mengerakan tangan untuk mengirim balasan. Lipatan kerut dikening semakin menggulung dalam dan itu membuat Ririn dibunuh oleh rasa penasaran.

Kira-kira hal penting apa yang membuat sang atasan harus berpikir sekaras itu? Mungkin inilah bentuk pertanyaan yang dipikirkan Ririn saat melihat reaksi Jonatan.

Jonatan: Saya jemput.

Rubi: Nggak perlu. Aku pulang pakai taksi.

Jonatan mengernyit tak suka melihat pesan Rubi.

Rubi: Kamu pasti cape. Aku nggak mau kamu tambah cape gara-gara jemput aku.

Jonatan tiba-tiba tersenyum mendapat klarifikasi Rubi, yang mana membuat Ririn lagi dan lagi mati penasaran.

Ternyata Rubi hanya tidak ingin membuatnya cape. Padahal ia sudah berpikir yang bukan-bukan.

Jonatan: Sudah saya bilang. Kamu itu ibarat suplemen tenaga tambahan buat saya. Mana mungkin saya cape kalau itu kamu.

Jonatan mengulum senyum saat membaca ulang pesan yang dikirimkan. Dengan perasaan berbunga-bunga ia menunggu balasan pesan Rubi.

Rubi: Tambah cinta akunya sama kamu. I love you full my husband.

Konten Jonatan nyengir. Rubi memang punya caranya sendiri untuk membuatnya salah tingkah.

Sejenak Jonatan menarik napas panjang. Ia menatap dengan seksama pada ponsel sebelum mulai mengerakkan jari untuk membalas pesan sang istri.

Jonatan: Iya. Harusnya begitu. Tunggu di sana dengan tetap menjaga hati kamu untuk saya.

Jonatan bergidik. Kata-katanya tampak berlebihan dan berkesan labil. Sayangnya, ia tidak bisa menghapus pesan itu akibat Rubi yang lebih dahulu melihat isi pesannya.

Rubi: Siap pak boss. Cinta kamu, dari Rubi istrimu yang cantik membahana.

Jonatan tersenyum lebar yang mana terus dipantau dengan cermat oleh Ririn. Dan ketika mata Jonatan bertemu tatap dengan Ririn yang menatap selidik, senyuman Jonatan seketika meredup dan hilang.

"Ehum ..., ehum ... " Jonatan berdehem pelan guna menetralisir situasi, menyebaban Ritin langung mamasang mode serius. Wanita itu kemudian menunduk.

"Kosongkan jadwal kerja saya hari kamis. Saya ada urusan keluarga," titah Jonatan. Dan dengan cepat langsung diangguk setujui oleh Ririn. "Baik, pak."

Bukan Sekedar Pelampiasan Amarah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang