halo~ akhirnya kita bisa ketemu lagi 🙊🙊💖💓💘
Happy Reading!
—✦◌✦—
🤎🐻Kicauan para burung memenuhi halaman luas Mansion yang asri, menyambut datangnya pagi dengan mengepakkan sayap mereka seakan saling menyapa.
Air mancur yang berada ditengah-tengah pekarangan bunga pun berkilauan jernih. Kupu-kupu serta para kumbang ikut berdatangan, hinggap menghiasi indahnya kelopak bunga yang sedang mekar dibasahi embun pagi.
"HUWAAA!! ITU APA?!"
Berbeda dengan para pekerja yang tengah menikmati indahnya suasana pagi hari diluar Mansion. Didalam kamar Levan dan Lovisa yang berada dilantai dua, kini tengah terjadi sebuah keributan kecil.
Lou, si bayi beruang yang baru saja terbangun dari tidurnya, kini tampak berdiri diatas kasur dengan rambut acak-acakan.
Dengan ujung selimut yang melilit salah satu kaki mungilnya, sepasang mata bulat Lou mengerjap syok. Netra emasnya menatap horor pada tepi kasur, dimana ada sebuah pacifer yang baru saja ia lempar karena menyumpal mulut mungilnya tanpa izin.
"Papa! Itu punya siapa?!" Lou menatap heboh kearah Levan, yang baru saja keluar dari kamar mandi seraya mengikat tali bathrobe.
Melihat bayi beruangnya berdiri diatas kasur membuat keributan, Levan segera mendekat dengan wajah datar.
"Kemari." Levan berhenti disamping kasur, merentangkan kedua tangan kekarnya pada si bayi.
"Papa, itu ada pacifer, punya siapa?" tanya Lou lagi, berjalan mendekati Levan seraya menunjuk kearah pacifer yang ia lempar.
Tanpa niat menjawab, Levan segera mengangkat tubuh mungil Lou dan mendudukkannya pada tepi kasur. Mata bulat Lou mengerjap, menatap sang Papa yang kini berjalan kearah sisi kasur, mengeluarkan sesuatu dari dalam nakas.
Saat Levan membalikkan tubuh, pandangan Lou langsung berubah horor. Levan kembali mendekati Lou dengan membawa sebuah pacifer yang masih baru.
Lou mendongak, menutup wajah saat sang Papa mencoba memasukkan pacifer kedalam mulut mungilnya.
"Papa, Lou bukan Eve, Lou sudah besar." Lou menggeleng brutal, tangan mungilnya semakin erat menutupi mulut.
Levan mengangkat sebelah alis. "Berani melawan Papa?"
Mendengar nada datar Levan, Lou langsung menggeleng dengan bibir melengkung kebawah.
"Kalau begitu menurut, atau semua permen jelly mu Papa buang."
Lou segera berhenti menutupi mulutnya, menatap sang Papa dengan pipi menggembung dan mata berembun.
Levan menghela nafas samar. Dengan segera, ia mengangkat tubuh mungil Lou kedalam gendongan koalanya. Jujur, Levan masih bingung, bagaimana caranya untuk menanggapi segala sikap si bungsu. Ditambah, bayinya ini barusan menyebut nama anak angkat Leovan, sang kakak.
Levan menekan sebuah tombol pada dinding, kemudian berjalan kearah jendela balkon yang perlahan gordennya mulai terbuka secara otomatis. Sinar matahari pagi langsung menembus masuk, menerpa wajah tanpa ekspresi Levan yang tampak menawan.
Lou bersandar pada bahu lebar sang Papa, menikmati pemandangan menyejukkan diluar Mansion yang asri. Dengan masih memegangi pacifer, tangan besar Levan bergerak mengusap kepala Lou lembut.
Sepasang netra kelam Levan yang dingin, perlahan mulai menatap jauh ke depan sana mengingat banyak hal. Dulu, saat dirinya dan sang istri mengawasi perkembangan pertumbuhan Lou, mereka merasa harus mulai mendidik Lou dengan tegas. Karena sikapnya yang justru menjadi semakin manja dan tetap cengeng.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOUISE
Teen FictionLouise Wang namanya, bocah manja nan cengeng berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah. Lou, hanyalah seorang anak yang selalu menginginkan perhatian lebih. Namun karena kedua or...