chapter 11

18.5K 786 4
                                    

Happy reading

•••••

Tasya yang mendapatkan tamparan oleh elara merasa marah, ia beralih mendorong tubuh elara tapi untung saja tak membuat elara terjatuh.

"Mati saja kau elara." Ucap Tasya lalu melempar air yang ada di dalam gelas.

Byurr

Elara memejamkan matanya menunggu air itu mengenai tubuhnya, tapi sayangnya ia tak merasakan apapun. Dengan perlahan elara mulai membuka matanya, dan pertama kali ia lihat adalah punggung tegap milik Erland.

Semua orang berteriak histeris saat air itu mengenai tubuh Erland. Seketika nyali Tasya ciut saat melihat Erland. Ia tak memikirkan resiko ini, memang emosi membuat nya menjadi bodoh.

Tasya menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia sangat takut sekarang. Dia kira elara hanya sendiri, tapi ternyata dugaannya salah.

"Erland." Gumam elara pelan.

Erland tetap menyembunyikan tubuh kecil elara di belakang tubuhnya. Ia mulai mengusap air yang mengenai wajahnya.

"Saya sangat terkesan sekali dengan keberanian anda, nona Tasya ." Ucap Erland memperhatikan Tasya yang bergetar ketakutan.

"Tapi hukuman apa yang cocok untuk anda yang sudah berani menyakiti istri saya?." Tanya Erland tegas, tak ada yang boleh menyakiti elaranya.

"Kurasa peringatan yang kemarin hanya di anggap angin lalu, setelah ini semoga kalian tak menyesal."

Seketika di ruangan ini begitu hening, walaupun ada banyak orang di dalam ruangan.

Erland beralih menatap keluarga ventro tajam. kemudian ia berbalik menghadap elara.

"Kau tak papa sayang?." Tanya Erland lembut sembari mengelus rambut elara.

Elara mengangguk kan kepalanya menanggapi pertanyaan Erland.

"Ayo pulang saja, aku tak nyaman berada disini." Bisik elara dengan suara yang pelan, karena memang disini masih banyak orang yang memperhatikan mereka.

"Baiklah."

Erland menggandeng tangan mungil elara hendak pergi meninggalkan ruangan ini,, tapi sebelum itu mereka sempat berpamitan kepada William dan ziya lalu mminta maaf atas kekacauan hari ini.

Di dalam mobil tampak hening, elara meremas ujung dress nya. Ia takut jika media menyebarkan berita yang tak benar sehingga merusak reputasi Erland, apalagi zaman sekarang mau berita hoax atau fakta mereka tak peduli yang terpenting itu berita. Sungguh ini yang Elara takutkan.

"Erland." Panggil elara.

"Iya sayang?."

"Maaf." Cicit elara.

"Untuk?." Tanya Erland menoleh ke arah elara.

"Karena tadi aku membuat keributan, maafkan aku." Lesu elara.

Erland tersenyum dan menggenggam tangan elara sembari mengelusnya.

Erland tersenyum dan menggenggam tangan elara sembari mengelusnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi.

"Itu tak masalah bagi ku, justru aku bangga kepada mu sayang kamu berani membalas nya." Ucap Erland

Elara menatap Erland dalam. "Benarkah?." Tanya elara

"Hm. Tapi kurasa dengan menampar nya tak cukup seharusnya kamu tarik saja rambutnya." Ucap Erland sembari tertawa.

"Tidak mau, buang-buang tenaga saja. Tadi sudah cukup soalnya Tasya menampar ku sekali dan ku balas dua kali lipat." Ucap elara bangga. Ia sudah puas rasanya.

Erland tertawa kecil mendengar ucapan elara. Erland merasa walau elara berbeda dari yang dulu tapi jika soal keberanian tak ada yang berbeda. Ntah lah Erland bingung untuk saat ini.

Huek

Huek

Elara menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat ingin memuntahkan sesuatu.

"Sayang? Ada apa??." Tanya Erland khawatir, ia segera menepi kan mobilnya di pinggir jalan.

"Aku ingin muntah Erland, perut ku rasanya tak enak." Adu elara.

Elara bergegas membuka pintu mobil dan berjongkok. Untung saja daerah sini hanya hutan belantara jadinya tak Masalah jika ia muntah disini bukan?

Huek huek

Erland ikut turun dan membantu istrinya dengan memijat tengkuk leher elara. Ia cukup khawatir dengan keadaan elara.

10 menit kemudian, elara bersandar di dada Erland. Tenggorokan nya terasa sakit karena muntah sedari tadi, tapi anehnya yang keluar hanya cairan bening.

Erland membuka botol minum dan menuntut elara untuk meminumnya. Setelah di rasa sudah tenang Erland menggendong elara ala koala menuju mobilnya.

Posisi elara duduk di atas pangkuan Erland. Ia menenggelamkan kepalanya di dada suaminya, tak tau kenapa sehabis muntah kepalanya terasa pusing.

"Sudah enakan sayang?." Tanya Erland sambil menyetir.

Elara mengangguk lirih.

"Kita kerumah sakit ya, aku takut terjadi sesuatu kepadamu."

"Tidak perlu Erland, mungkin aku sedang masuk angin." Balas elara.

"Tapi El-

"Aku baik-baik saja sayang." Lanjut elara memberi pengertian kepada Erland.

"Baiklah." Pasrah Erland.

Mereka pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke mansion. Mobil mereka memasuki halaman mansion, Erland turun sembari menggendong elara ala bridal style.

Sesampainya di kamar, Erland menurunkan elara di atas kasur nya, pantas saja elara diam saja ternyata sudah tidur. Ia berjalan menuju ruang ganti untuk mengganti baju nya tak lupa Erland juga mengganti baju elara dengan piyama agar istrinya nyaman saat tertidur. Setelah selesai, Erland ikut menyusul sang istri menuju alam mimpinya.

Bersambung.....

Sorry semua cerita author rombak jadi jika ada yang bingung bisa baca di chapter 1

Jangan lupa tinggalkan VOTE DAN KOMEN!!.

Changing Antagonis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang