37. LABIRIN PESONANYA

99.8K 5.7K 2.2K
                                        

BOOM! KAK KIA UP LAGI NIH. ADA YANG NGEDUGA GAK????

2K VOTE + 2K KOMEN LANJUTTTT

37. LABIRIN PESONANYA

“Berdebat dengan gue hanya akan mendatangkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama gue bikin lo sakit hati terus nangis dua hari dua malam dan kemungkinan yang lain, bisa aja kita berdua berakhir di kasur. Secara pribadi, gue lebih suka opsi kedua sih.” —Marselino Raygan Bumantara.

***

Kekehan Marsel mengalun ketika Alana berontak minta diturunkan dari gendongannya. Suara beratnya terdengar merdu sebelum kemudian berubah menjadi erangan kesakitan sebab rambut tebalnya Alana jambak kuat.

Dia lengah dan Alana tidak membuang kesempatan untuk melompat turun dari gendongan Marsel yang meringis sembari memegangi kepalanya. Namun, belum sempat Alana berlari, tangan besar Marsel lebih dulu menangkap pinggangnya.

Ragaman benda yang berada di atas meja rias jatuh sebagian karena baru saja tepi meja ditubruk kencang oleh tubuh belakang Alana sebab Marsel mendorongnya ke sana lalu mengurungnya menggunakan kedua tangannya. Kedua sisi meja Marsel tekan kuat-kuat sampai urat lengannya bermunculan. Alana menahan napas saat Marsel mensejajarkan wajah mereka dengan napas yang memburu cepat.

"Ingatan gue baru aja balik Na," desisnya serak. Marsel pejamkan matanya sebentar. "Lo suka kalau gue amnesia?" tuduhnya bersamaan dengan kelopak matanya yang kembali terbuka.

Tak berbohong, rasanya Alana hampir menggigil ketakutan melihat bagaimana seramnya wajah Marsel sekarang. Gadis itu tersentak saat Marsel menggigit pelan ujung hidungnya. Jantung Alana berdebar, menggila, layaknya akan melakukan presentasi di depan kelas ketika Marsel tidak kunjung menjauhkan wajahnya.

"Jawab. Lo senang kalau gue hilang ingatan makanya rambut gue lo jambak kaya tadi?" Marsel kunci kedua manik mata Alana. "Lo senang karena di saat gue amnesia gak ada lagi orang yang bisa ngelarang lo?"

"—Lo ngerasa bebas selama ini hm?" Marsel tertawa kosong. "Jangan bilang lo juga berharap gue mati waktu kecelakaan dul—" Ucapannya terjeda saat satu telunjuk Alana menempel di bibirnya.

"Kamu butuh istirahat Sel. Omongan kamu udah ngelantur begini." Alana kira Marsel setengah sadar sekarang dan dia mencoba untuk menyadarkan Marsel sepenuhnya. Padahal nyatanya, Marsel masih sadar, walau kepalanya sedikit pening tapi dia belum mabuk.

Kasar Marsel jauhkan tangan Alana dari bibirnya. "Lo gak kangen sama gue?" Sepasang iris hitam legam Marsel masih terlihat tajam meskipun matanya nampak sayu-sayu.

Merindukan Marsel? Tentu Alana sangat merindukan bajingan tampan yang satu ini. Tapi untuk mengakuinya, Alana tidak bisa. Untuk apa mengatakan bahwa dia merindukan Marsel? Hey! Dirinya dan Marsel tidak punya hubungan apapun. Mereka berdua tidak berteman, dia dan Marsel juga bukan sepasang kekasih. Status Alana hanya orang asing yang numpang tinggal di rumah Marsel, bukan?

"Don't you miss me?" Marsel bertanya lagi dan secara tidak langsung, pria itu baru saja menyadarkan Alana dari lamunannya.

Gugup, Alana basahi bibir bawahnya sedang matanya bergerak liar. Berusaha memandang apapun kecuali netra tajam Marsel yang meredup. Alana remas ujung baju tidurnya, dapat dia rasakan napas hangat Marsel berhembus kasar menyapu kulit wajahnya.

Marsel mundur, sedikit menjauh dari Alana, meremas rambutnya lalu meraup kasar wajahnya. Marsel tertawa sumbang padahal sebenarnya dia ingin sekali berteriak. Dia pandangi terluka wajah tegang Alana. "Gue lupa kalau gue cuman manusia sampah yang suka buat masalah." Marsel tersenyum kecut. "Perempuan baik-baik seperti lo gak mungkin kangen sama gue, iya kan?"

MARSELANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang