CHAPTER 10

69.7K 4K 44
                                    

Kelopak mata Malik tak berkedip saat melihat sebuah motor berhenti tepat tak jauh dari tempat duduknya. Hari ini, pria itu bersama Rian dan Lesmana sedang menyidak bengkel yang hampir sebulan ia tinggalkan keberadaannya.

"Wih, seksi amat!" decak Rian ikut terpana akan sosok penunggang motor yang sedang membuka helm.

"Lah, mantan bojomu iku, Lik?" (Mantan istrimu itu, Lik.)

Meski waktu telah berlalu begitu lama, Lesmana tak pernah lupa akan rupa perempuan yang dulu dinikahi Adhitama Malik Pasya. Ciri khas gadis setengah bule tentu saja.

"Kira-kira tuh Malik nyesel nggak ceraiin dia?" tanya Rian masih memperhatikan gadis pemilik motor yang sedang berbicara dengan salah seorang karyawan bengkel.

Mendengar kedua temannya bergosip, Malik menarik napas. Kebetulan macam apa ini, untuk kedua kalinya Nola berada dekat jangkauannya.

"Tapi ngomong-ngomong dulu cewek itu kelihatan kalem tipe anak gadis rumahan. Sekarang kok makin sangar?" Lesmana kembali menyuarakan pendapat.

"Efek janda muda semakin di depan kali," sahut Rian terbahak pelan dan ditanggapi Malik sebuah dengkusan.

Sesaat ketiganya memilih bungkam sambil memperhatikan Nola yang sedang mencari tempat duduk setelah menjelaskan perkara kerusakan pada salah seorang karyawan. Ah, atau lebih tepatnya, cewek itu hanya ingin mengganti oli pada motor trackernya.

"Sana samperin, Lik. Basa-basi apa gitu kek, kasian cewek cantik dibiarin sendirian."

Jujur Malik ragu, apalagi ketika teringat penolakan tempo yang lalu. Mau ditaruh mana mukanya itu?

Namun, ucapan semangat Nesya tiba-tiba teringat begitu saja. Apa ini saatnya ia mencoba?

"Udah sana, nggak usah sok gengsi, udah tua juga," ledek Lesmana ikut menyetujui perkataan Rian.

Merasa ada benarnya, Malik lantas bangkit dari duduknya. Sontak melihat itu, baik Rian dan Lesmana saling sikut pun tersenyum menggoda. Bau-baunya akan ada CLBK.

"Semangat!" kata Rian tersenyum mengejek.

Malik hanya melirik tajam kemudian bersiap datang menemui si perempuan.

Di sisi lain, Nola yang kurang terbiasa suasana bengkel yang baru didatanginya lebih menyibukkan diri pada ponsel. Ini akibatnya jika bengkel langganan tutup tiba-tiba, padahal motor ingin servis secepatnya.

Sibuk menonton video toktok, Nola tak sadar kursi kosong disebelahnya telah diduduki seseorang. Ketika menghidu aroma maskulin, barulah wajah Nola terangkat untuk melihat siapa yang berani duduk dekat-dekat.

Sesaat napas Nola tercekat begitu mendapati fitur wajah tak asing pun tatapan tajamnya, ini menyadarkan Nola bahwa keberadaan lelaki itu bukan sekadar mimpi bolong siang belaka.

"M-mas Malik?!"

Tubuh Nola spontan menegak bersamaan bergerak menjauh teratur. Astaga! Hampir saja jantungnya melompat andaikan pengendaliannya tak kuat.

"Apa kabar?" Malik benar-benar canggung, terlebih gestur tubuh Nola memperlihatkan diri seolah enggan berdekatan dengannya. Apa badannya bau sampai-sampai Nola bergeser menjauh?

"Baik. Alhamdulillah," jawab Nola kikuk. Sumpah Nola masih belum mampu meredakan rasa terkejutnya. Kok bisa-bisanya ada Malik sedekat ini?

"Mas lagi bengkel?" Tak ingin dicap sombong walau dulu sempat tak akur. Nola kembali bertanya, yang jelas kalau ini sampai tak mendapatkan sambutan ramah, dia tak akan sudi kembali membuka mulut.

Gelengan Malik membuat dahi Nola mengernyit. Meski begitu, ia tak banyak berkomentar. Betulkan, mana mungkin mantan suaminya gampang mencairkan percakapan.

Let It Flow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang