31. SUDUT PALING HANGAT

75.1K 4.6K 1.3K
                                    

🥂1.8k vote and 1k comments for next chapter🥂

31. SUDUT PALING HANGAT

Sulit untuk abai pada perhatiannya yang kecil dan tak berarti apa-apa namun membekas di ingatan.

***

Konyol sekali.

Rasanya seperti baru kemarin mereka berdua bertingkah layaknya gula dan semut, dalam artian, di mana ada Marsel pasti di situ juga ada Alana. Tapi sekarang malah saling membuang muka bila bertemu, atau berpura-pura bak tak pernah saling kenal ketika tidak sengaja pandangan mereka bersibobrok.

Bagi Alana, lima belas hari belakangan semenjak insiden lempar kunci, hidupnya terasa sulit untuk ia jalani. Gadis itu berusaha keras menghindari Marsel tiap ada kesempatan tidak sengaja jumpa. Pagi ke malam atau malam ke pagi, Alana selalu uring-uringan. Padahal dia yang memilih untuk bersikap demikian, tapi dia pula yang tersiksa.

Sementara Marsel? Entahlah. Laki-laki itu nampaknya cuek saja. Terlihat sangat tidak keberatan kalau mereka tak bertegur sapa bila berpapasan. Seolah mereka berdua tidak pernah saling meneriaki malam itu. Setidaknya, sejauh ini hanya itu yang bisa Alana simpulkan lewat sudut pandangnya.

Akan tetapi, setiap kali berpapasan dengan Marsel Alana selalu mencium bau menyengat. Entah itu bau rokok atau alkohol sekalipun, yang jelas, sangat menyengat dan mata Marsel selalu tampak sayu. Alana bahkan sempat berpikiran buruk, bagaimana kalau ternyata cowok itu menggunakan obat-obatan terlarang? Sebab lingkaran hitam di bawah mata Marsel terlihat begitu jelas. Seperti orang yang kurang tidur, wajahnya juga lusuh, tapi sama sekali tidak mengurangi kadar ketampanan yang dia miliki.

Namun, terlepas dari itu semua, tidak ada yang lebih buruk ketika selebaran kertas berwarna putih dibagikan sewaktu jam istirahat tadi. Benda tipis berupa surat izin yang harus diberikan kepada salah satu orang tua murid guna mengikuti acara camping besok, kini sudah ada di tangan kiri Alana. Padahal dari dulu, acara ini sangatlah Alana nantikan, namun segalanya tidak lagi menarik sebab suasana hatinya jauh dari kata baik-baik saja.

Intinya, segala rencana yang Alana susun dengan matang dibuat hancur hanya karena satu orang. Alana tidak pernah seperti ini, dia rindu dengan dirinya yang produktif, punya semangat untuk belajar, dulu dirinya seperti sumbu yang diberi minyak bila berangkat ke sekolah dan pelajaran adalah apinya. Tapi semuanya berubah dalam sekejap, berbanding terbalik, dan Alana merasa ia kehilangan arah.

Gumpalan awan hitam di atas sana seperti mewakili perasaan Alana. Gadis itu berjalan gontai memasuki rumah. Persis seperti manusia yang tidak punya semangat untuk hidup. Dan saat matanya melirik ke ruang tamu, jantungnya yang sudah dua mingguan lebih tidak berdegup kencang, sekarang mulai berulah lagi ketika tatapannya bertemu dengan mata tajam Marsel.

Sialan.

Hanya bertatapan dengannya saja tubuh Alana rasanya seperti terbakar. Sebenarnya apa rahasia Marsel hingga pesona yang dia miliki bisa bertebaran sana sini lalu tumpah mengenai dirinya? Dan lagi, apa perempuan lain juga seperti ini? Maksudnya, merasa kegerahan karena ditatap intens oleh bajingan tampan di sana? Kenapa pula tatapannya harus sayu-sayu sih? Alana kan jadi berpikiran untuk memeluknya sebab Marsel terlihat sangat rapuh kalau matanya seperti itu.

"Alana."

Oh ya tuhan.

Ingin sekali Alana mempelajari jurus seribu bayang kalau ada yang mau mengajarinya. Kenapa pada saat-saat tertentu Alana selalu diharuskan untuk menghadapi hal menyebalkan yang jelas-jelas bertentangan dengan keinginannya?

Ia buang kasar napasnya kemudian berbalik padahal baru dua langkah hendak menuju kamarnya. Kalau saja bukan Jarwo yang memanggil, malas sekali Alana menyusul mereka.

MARSELANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang