CHAPTER 4

90.5K 4.8K 19
                                    

"Gerimis gini masih nekat mau pergi kamu?" Gayatri berdiri bersedekap memperhatikan Nola yang tengah sibuk memakai jas hujan.

Melihat Nola tak juga mengindahkan peringatan, Gayatri menahan geram. "Jangan mentang-mentang udah dewasa kamu bisa seenaknya ya. Mama nggak suka kelakuan kamu yang sering keluyuran."

Nola yang menjadi sasaran omelan tentu merasa gondok. Selesai menarik resleting, perempuan itu berbalik memandang sang ibu. "Aku keluyuran punya misi berguna, nggak ada cerita melanggar peraturan semena-mena. Lagian apa salahnya aku pergi-pergi, KTP ada, SIM juga punya."

"Masalahnya kamu itu perempuan, nggak bagus dilihat orang."

Semakin dijawab, tak akan ada habisnya ucapan ngawur sang mama. Nola lebih memilih meraih helm dan memakainya.

"Aku ada acara baksos sama temen-temen, nggak sampai magrib udah pulang." Sesudahnya ia berjalan keluar menuju motor.

Ditinggal begitu saja, Gayatri berdecak kesal. Sebagai seorang ibu bukan tanpa alasan melarang, sejak anaknya bergabung dengan komunitas motor, Nola sering keluar malam dan tak pulang berhari-hari berdalih adanya kegiatan rutinan.

"Udah berangkat anakmu?" Terdengar langkah kaki Eyang berderap.

Gayatri mengangguk pasrah.

Tampak eyang menghela napas. "Akhir-akhir ini cuaca sering ndak bagus."

***

Seperti biasa, Komunitas Tracker akan mengadakan baksos yang diselenggarakan dua bulan sekali. Rencana hari ini mereka membagikan 400 paket sembako yang sasarannya tukang becak dan pedagang kecil.

Sebagai member yang jarang aktif, Nola tentu tak akan melewatkan acara yang digelar. Meskipun BMKG telah memperingatkan masyarakat akan cuaca extrem, ia nekat menerjang hujan.

Sekitar satu jam menempuh perjalanan, ia tiba di basecamp ketika para anggota telah ramai berdatangan. Bisa dikatakan walau didominasi lelaki, sebagai perempuan Nola tentu tak akan sendiri, masih ada beberapa anggota wanita lainnya. Komunitas selalu terbuka bagi kalangan mana saja, asal telah memiliki motor, SIM dan KTP tentunya.

"Biar nggak ada kerumunan. Nanti kita bagi kelompok perwilayah."

Sesaat semua anggota diam menyimak mendengar perkataan pendiri Kracker.

Nola bersama timnya berakhir mendapat bagian di wilayah yang lumayan menyulitkan. Bagaimana tidak, simpang yang dimaksud lumayan dekat dengan area perumahan seseorang. Semoga saja ia dan lelaki itu tak bersinggungan.

"Sebelum berangkat kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai!"

Usai berdoa, ketua pelaksana menjelaskan kepada anggota untuk selalu berhati-hati dan mematuhi peraturan lalu lintas. Setelahnya, tak butuh waktu lama mereka segera meninggalkan basecamp dan menuju wilayah yang menjadi titik tujuan.

Motor Nola bersama teman-temannya melaju ringan di jalan raya. Gerimis yang tadinya tampak biasa mulai menunjukkan eksistensinya. Jarak pandang mulai kesulitan karena angin yang tersapu serta rintik hujan yang mulai deras menjadikan mereka memperlambat tarikan gas. Perihal paket sembako telah dimuat oleh mobil yang mengikuti mereka di belakang.

Saat hujan semakin deras ditambah kilat petir mulai menyambar, anggota para motor memutuskan berteduh di teras ruko.

Secepatnya Nola mencabut kunci lalu melepas helm sebelum memilih duduk di kursi. Sambil menggosok kedua tangan, ia mulai menggigil, di lain sisi beberapa temannya terdengar mengeluh karena kuatnya suara petir.

"Dingin?"

Pertanyaan dari suara lelaki membuat Nola menoleh ke samping. Perempuan itu mengangguk tanpa jaim.

Let It Flow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang