Prolog

63.5K 2.1K 275
                                    


Cinta melirik jam tangan yang melingkar manis ditangan kirinya, sembari berlari menyusuri koridor kampus. Hari ini ia tidak boleh terlambat lagi. Jika sampai ia terlambat kembali, maka tamatlah riwayatnya. Dan itu berarti, Cinta harus mengulang kembali mata kuliah yang sangat dibencinya itu di tahun depan. Itu adalah mimpi buruk baginya.

Cinta tak memedulikan sumpah serapah para mahasiswa dan mahasiswi yang telah ditabraknya. Ia seakan mencoba menulikan pendengarannya. Masa bodoh dengan rasa kesal para teman satu kampusnya. Karena menurutnya, teman-temannya itu pun tidak akan memedulikan nasibnya.

Bruk.

"Ah sial!" umpat Cinta kesal.

Cinta terjatuh. Dengan kesal, ia mencoba untuk berdiri serta menahan rasa sakit di lututnya. Ia menatap tajam seseorang yang sudah menabraknya atau mungkin ditabraknya. Seseorang yang sudah membuang waktu berharganya pagi ini.

"Omo. Siapapun tolong cubitlah aku! Dan sadarkanlah diriku." Cinta membatin.

"Kamu baik-baik saja?" tanya seorang lelaki tampan yang ditabraknya.

Cinta menatap lelaki di hadapannya dengan lekat. Meneliti pahatan indah khas Arabian dari Sang Pemilik Semesta. Lelaki itu pun berbalik menatapnya dengan tatapan mata yang super tajam. Keduanya sama-sama tampak terpesona satu sama lain. Jantung mereka pun sudah mulai berlari maraton. Namun, Cinta mencoba untuk menepis rasa aneh yang tidak bisa dijelaskannya itu. Berbeda dengan lelaki yang berada di hadapannya, karena ini adalah kesempatan yang sangat berharga untuknya.

"Menurut kamu?!" sungut Cinta memasang wajah super kesal.

Lelaki tampan itu pun tersenyum. Senyumnya sungguh mampu membuat siapapun lupa akan segalanya.

"Oh God! Manis sekali." Cinta kembali membatin di dalam hatinya.

Cinta pun menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia tidak ingin dirinya jatuh hati kepada lelaki tampan di hadapannya itu. Hal itu tidak boleh terjadi. Ia pun segera menjauh dari lelaki di hadapannya itu.

Cinta kembali berlari menuju kelasnya. Meninggalkan seseorang yang sempat ditabraknya tadi. Atau mungkin orang yang sudah menabraknya. Ia harus menyelamatkan dirinya sendiri. Dengan napas terengah-engah, ia berhenti di depan kelasnya. Kelas yang sebenarnya sangat ia benci. Ia mengatur napasnya kembali saat memasuki kelasnya. Semua mata teman-temannya tertuju padanya.

Dengan gayanya yang cuek, Cinta melangkahkan kakinya menyusuri anak tangga untuk menuju tempat duduk favoritnya. Ruang kelasnya memiliki tempat duduk yang berundak-undak. Seperti sawah terasering di Bali. Di tingkat kelima, Cinta berhenti dan mulai duduk di samping teman baiknya.

"Telat lagi, Ta?" suara lembut Sofie membuat kedua sisi bibir Cinta tersungging.

"Kebiasaan jelek tahu nggak sih, Ta! Untung saja Pak Hotman belum masuk," lanjutnya kembali.

Cinta menatap Sofie tak percaya.

"Sumpah? Demi apa?!" pekik Cinta.

Ini sebuah mukjizat untuk Cinta. Tidak pernah ada dalam sejarah dosen killer-nya itu datang terlambat.

"Demikianlah pemberitahuanku, Ta!" sahut Sofie.

Cinta pun tertawa mendengar jawaban lucu dari teman baiknya, Sofie. Ia mencubit pipi teman baiknya yang chubby. Sofie pun menjerit kesakitan.

"Sue Lo, Ta!" pekik Sofie kesal.

Cinta pun tertawa membahana. Ia memang sangat gemas melihat pipi chubby Sofie. Sehari tidak mencubit pipi teman baiknya itu seakan membuat tangannya terasa gatal.

Kelas yang sebelumnya ramai tiba-tiba saja menjadi hening seketika. Cinta yakin dosen killer-nya itu pasti sudah datang. Dengan cuek, ia tak mengacuhkannya. Ia memang membenci mata kuliah ini. Sangat benci. Ia pun menyibukkan dirinya dengan mengambil binder dan juga peralatan tulis yang lain. Dibukanya binder itu, kemudian mulai menggoreskan pensilnya untuk menggambar kartun kesayangannya, Doraemon.

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang