Elnath berlalu meninggalkan Tyara yang menatapnya penuh tanda tanya. "Hello, aku bertanya. Kenapa kamu tidak menjawab?" tanyanya heran mengimbangi langkah Elnath.
Lelaki itu terus melangkah, tak memindai pertanyaan si gadis. Hatinya terusik dengan pertanyaan. Ada rasa sesak yang memenuhi rongga hatinya sekarang.
Mereka melalui jalan komplek. Sedikit perumahan, lebih banyak lahan kosong
yang ditumbuhi bunga-bunga cantik.Awan yang menghitam menjatuhkan ribuan butiran kristal bening. "Gerimis, aku suka gerimis!" seru Tyara melonjak riang, menikmati sentuhan kristal yang berjatuhan di wajahnya. Elnath terdiam, menggadah ke langit-memejamkan mata ikut merasakan rintikan gerimis.
Tyara mengeluarkan sebuah radio mini dari dalam kantong kostumnya, lalu ia memencet tombol untuk menghidupkan benda tersebut. Terdengar alunan musik yang asyik.
Tyara mulai menggerak-gerakkan tubuhnya, menari dengan gerakan lucu nan menggemaskan.
Elnath terhibur. Melupakan perasaan sedihnya tiba-tiba melanda sekarang
dalam sekejap menghilang."Ayo, menari!" ajak si gadis riang gembira menari penuh semangat.
Terbawa suasana, Elnath mengerakkan tubuhnya mengikuti irama musik dan
gerakan Tyara.Di bawah rinai gerimis 2 insan menari penuh suka ria. Melupakan sejenak kesedihan dalam hidup masing-masing. Tersenyum dan tertawa bersama mengiringi kebersamaan mereka.
Gerimis mereda dan berhenti.
"Duh, capek!" Tyara mendudukkan diri
di bangku panjang pinggir jalan. Jalan yang sedang mereka lewati sekarang tengah sepi.Di depan maupun di belakang bangku mereka ada sebuah taman bunga. Jalan yang mereka tempuh sekarang jalan komplek.
"Capek ya?" tanya Tyara, spontan yang ditanya mengangguk. "Tapi seru!" lanjut si gadis tersenyum bahagia. Entah kenapa perasaannya sekarang sangat senang.
Mereka duduk bersama setelah merasa puas dan lelah menari-nari. Dibatasi lentera yang menyala indah. Sementara Snow main-main diatas rerumputan di hadapan mereka.
Snow adalah seekor anjing betina, jenis anjing Havanese, memiliki bulu putih yang mewah, tebal dan halus. Hadiah dari Narumi, Nenek Tyara 3 tahun lalu. Selalu mengikuti pemiliknya kemana saja walaupun kadang suka keluyuran sendiri.
"Aku tidak pernah melihatmu. Apa kamu baru pindah rumah?" Elnath menggeleng. ''Disini aku lahir, hanya aku yang tidak pernah merasakan dan menikmati tahan airku," batinnya kecewa.
"Kamu tinggal di komplek disini?"
Elnath mengangguk.
"Ooh, nomor berapa?"
Elnath mengangkat tangannya, menunjukkan kedua jari, lalu kelima jari. Dia menjawab pakai isyarat.
"Oh, nomor 25. Rumahku nomor 29."
Elnath hanya mengangguk dan kembali diam, memandang rerumputan hijau dihadapan mereka. Dia sedang berpikir bagaimana menjawab pertanyaan Tyara yang harus
memakai lisan. Seperti namanya."Dari tadi kamu diam terus, kenapa?" tanya Tyara menatap heran dan sedikit kesal karena merasa tidak dihargai.
Elnath menghela nafas. "Apa yang harus aku lakukan?" batinnya bingung.
Tyara memiringkan kepalanya dan tangannya menepuk pundak lelaki itu. Refleks Elnath menoleh. Pandangan merekapun bertemu.
Si gadis mengalihkan pandangannya lebih dulu. Ada debaran aneh. Sama halnya dengan Elnath.

KAMU SEDANG MEMBACA
Evening Day
Teen FictionTyara Trisha, gadis manis yang berhati peri dibalik badut kelinci imut. Suka menolong dan menghibur orang lain. Terlahir di keluarga yang kejam dan ringan tangan, terutama Gena, ibu Tyara dan tidak dianggap atau lebih tepatnya tidak pedulikan Anom...