3. Awal Sebuah Pertemanan

142 57 184
                                    

Jangan lupa follow sebelum lanjut baca ygy ;)

"Awal dari sebuah kisah adalah episode yang tak pernah menjadi bagian yang buruk

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

"Awal dari sebuah kisah adalah episode yang tak pernah menjadi bagian yang buruk."

***

"Baik, selamat pagi semuanya, sebelumnya perkenalkan nama saya Mario Hadijaya guru mata pelajaran matematika sekaligus wali kelas X IPA-2 ini. Dan saya ucapkan selamat datang di SMA Shankara."

Seorang laki-laki paruh baya dengan wajah tegas yang baru saja memasuki ruang kelas itu segera menyapa sekaligus memperkenalkan diri di hadapan semua murid barunya. Hal itu disambut dengan antusias oleh para murid yang kemudian memperkenalkan diri mereka satu persatu.

"Perkenalkan nama saya Sevanya Adhisti, saya biasa dipanggil Sevanya."

Sevanya Adhisti, gadis yang berada di kelompok yang sama dengannya saat MOS itu duduk di kelas yang sama dengan Kanin. Entah ini kebetulan semata atau semacamnya, namun Kanin merasa bersyukur karena ia berada di kelas yang sama dengan seseorang yang telah ia kenal sebelumnya.

"Baik, selanjutnya."

Kanin beranjak bangkit dari duduknya saat merasa Pak Mario menunjuknya. "Perkenalkan nama saya-"

Kalimat Kanin terpotong saat seseorang membuka pintu dan mengalihkan atensi semua orang di kelas. Termasuk Pak Mario tentunya. Seorang cowok berbadan tegap baru saja memasuki ruang kelas.

"Gallen Adhikara, kamu terlambat di hari pertama masuk sekolah?"

Pak Mario berujar begitu melihat badge name yang tertera di kemeja seragam cowok itu. Satu nama yang sontak membuat Kanin memfokuskan atensinya pada cowok yang bernama Gallen itu. Ia tak akan salah, cowok itu adalah orang yang meminjamkan jaketnya padanya saat MOS waktu itu

"Maaf, Pak," ujar cowok itu dengan raut dinginnya.

Pak Mario mengangguk-anggukkan kepalanya. "Baik, karena hari ini hari pertama, maka Bapak maafkan, tapi lain kali jika terlambat lagi kamu harus menerima konsekuensinya. Paham, Gallen Adhikara Garvi?"

Cowok bernama Gallen itu menganggukkan kepalanya. Lalu ia berjalan menuju bangku kosong begitu Pak Mario mempersilahkannya. Tepatnya bangku ujung belakang sebelah jendela, tepat di belakang bangku yang Kanin tempati saat ini.

Kanin lain halnya, gadis itu terdiam beberapa saat di tempatnya. Cowok yang meminjamkan jaket padanya saat itu, ternyata berada di kelas yang sama dengannya. Itu artinya, ia tak perlu bersusah payah mencari keberadaan cowok itu saat ingin mengembalikan jaket tersebut kepadanya.

"Silakan, lanjutkan perkenalannya," ujar Pak Mario.

Kanin segera tersadar dan melanjutkan memperkenalkan dirinya yang sempat tertunda karena kedatangan Gallen.

"Perkenalkan nama saya Kanin Zainnida Renata, panggil saja Kanin."

Setelah memperkenalkan diri, Kanin kembali duduk di bangkunya. Ia menjadi tak fokus pada teman-teman sekelasnya yang memperkenalkan diri satu per satu setelahnya. 

"Hal pertama yang harus dilakukan tentu saja memilih ketua kelas, apakah ada yang ingin mengajukan diri?"

Suasana kelas mendadak senyap begitu Pak Mario melontarkan kalimat yang dianggap keramat bagi semua siswa. Lagipula, siapa yang akan mengajukan dirinya untuk menjadi ketua kelas dengan suka rela? Namun masalah ini akan segera terpecahkan dalam beberapa waktu kedepan. Juga dengan struktur kelas tersebut.

***

Bel istirahat baru saja berbunyi dan Pak Mario telah meninggalkan ruang kelas beberapa menit sebelum bel berbunyi. Suasana kelas terlihat sedikit ricuh karena siswa-siswi yang saling berkenalan dan saling membagi pengalaman satu sama lain. Mereka terlihat begitu bersemangat hingga tak menghiraukan jam istirahat.

Lain halnya dengan Kanin. Gadis itu terlihat diam di bangkunya dengan menyibukkan diri dengan ponsel di tangannya. Ia sama sekali tak berminat untuk berkenalan dengan semua teman sekelasnya. Jangankan semua, sebagian saja ia tak berminat. Bukan karena ia adalah orang yang anti sosial. Melainkan karena ia tahu kedepannya ia pasti akan mengenal semua teman sekelasnya. Baginya, bertemu orang baru sama sekali tak terlalu menyenangkan. Ia bahkan sampai berpikir apa hebatnya bertemu orang baru?

Dibanding melakukannya, Kanin teringat akan suatu hal. Gadis itu meletakkan ponsel miliknya ke dalam laci lantas menoleh ke bangku belakangnya. Seperti dirinya, nampaknya Gallen juga terlihat tak peduli dengan lingkungan barunya.

Kanin membenahi duduknya dan menatap Gallen. "Gallen," panggilnya dengan suara pelan.

Gallen mengalihkan atensinya pada Kanin dengan salah satu alis yang terangkat.

"Em... Soal kemarin, makasih ya. Gue balikin besok jaketnya," ujar Kanin.

Gallen mengangguk dengan wajah tanpa ekspresinya. Tak ada sepatah katapun yang cowok itu lontarkan dan hal itu cukup membuat Kanin merasa canggung. Beruntung di tengah-tengah rasa malu itu seorang siswi menghampirinya.

"Hai, Kanin!" sapanya dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

Kanin menoleh dan tersenyum. "Hai!"

"Gue Bellindya Auri Septihana. Tapi gue nggak suka dipanggil Bellin, Auri, apalagi Septi. Gue lebih suka dipanggil Abel. Nice to meet you." Tak lupa ia mengulurkan tangan ke arah Kanin dengan sebuah senyum lebar yang menghiasi wajah cantiknya.

Kanin membalas uluran tangan tersebut dengan sebuah senyum di wajahnya. Lihat, bukan? Tanpa berinisiatif untuk memulai perkenalan denga orang lain, orang lainlah yang terlebih dahulu ingin mengenal dirinya. Meskipun tak sepenuhnya yakin, caranya untuk mengenal semua teman sekelasnya adalah dengan cara yang tak beda jauh dengan barusan.

"Btw, kantin yok!" ajak Abel begitu melepas tangannya dari Kanin. Gadis itu tak hanya mengajak Kanin saja, namun juga Sevanya yang tampak baru saja selesai membereskan alat tulisnya. Ketiganya beranjak ke kantin bersama. Dan tanpa mereka sadari, mulai detik itulah mereka mulai saling mengenal dengan baik satu sama lain. Saling melakukan banyak hal di sekolah bersama. Lantas sebuah kebersamaan itu mulai mencetak sebuah kisah di antara ketiganya.

 Lantas sebuah kebersamaan itu mulai mencetak sebuah kisah di antara ketiganya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

***
-TBC-

Garis Lengkara Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt