🥂1.65k vote and 1k comments for next🥂
15. SESEORANG DI MASA LAMPAU
Setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya.
***
Pria bertubuh gempal itu gemetaran dari kepala sampai ke kaki, kursi panjang yang ia duduki bahkan juga ikut bergetar hebat, hampir mengompol di celana kalau saja ia tidak mengingat statusnya yang berjenis kelamin laki-laki.
Cowok kunciran dan lelaki pecinta alat musik yang duduk di sisi kanan dan kirinya bisa merasakan seberapa besar ketakutan siswa dari kelas X IPS 2 yang tak lain adalah adik kelas mereka.
Mata Arlan menyorot tidak suka pada pria jangkung yang berdiri menjulang di depan Danu. "Jangan dipelototin terus napa Sel. Mata lo katarak? Enggak lihat kalau ni anak sampai menggigil karena takut sama lo?"
Bastian mengambil dua lembar tisu yang selalu tersedia di atas meja. Mengelap keringat yang ada di pelipis Danu dengan telaten. "Kasihan. Sampai keringetan begini lo. Santai aja kali, Marsel enggak bakalan makan orang, kalaupun dia kanibal, badan lo ini enggak bakalan sanggup buat dia telan semua."
Danu tertawa paksa. "Bi-biar gu-gue sendiri aja Bang." Tangannya yang dingin dan bergetar itu mengambil alih tisu di tangan Bastian, mengelap keringatnya dengan kepala yang terus menunduk semenjak kedatangannya ke warbel bersama Aksara.
Rasanya ia hampir pingsan ketika cowok pendiam itu datang ke kelasnya, memberitahu seisi kelas kalau Marsel sedang mencarinya, menunggu dirinya untuk datang ke warung belakang sekolah, dan saat itu, agaknya Danu ingin menggali kuburannya sendiri.
"Jangan nunduk! Tatap gue!"
Danu menggeleng kuat. "Enggak mau Bang. Gue enggak ada nyali Bang, buat natap mata lo."
"Sel. Udah. Lo bikin dia takut," peringat Aksara yang bersandar di dinding warung sambil bersedekap. Merasa bersalah karena sudah membawa Danu ke sini, bodohnya lagi, dia menurut saja tanpa tahu dulu alasan Marsel meminta tolong padanya.
Kenzo datang dari dalam bersama satu gelas air putih untuk Danu. "Minum dulu biar tenang." Meringis iba ketika Danu menegaknya terburu-buru.
"Pelan-pelan aja. Gue enggak bakal minta," tutur Arlan, membantu Danu membersihkan seragam sekolahnya yang basah terkena tumpahan air.
Kenzo memukul pelan bisep Marsel yang terlindung jaket. "Lo keterlaluan Sel. Cuman masalah sepele padahal, tapi malah lo besar-besarin. Perkara itu doang dipermasalahkan sampai segininya, lagian Danu juga udah bilang kan, kalau ini pertama kalinya dia enggak nulis penjelasan dari pilihan ganda."
"Tapi masalah sepele itu udah bikin gue jadi terlihat bloon di depan Alana!" teriak Marsel dalam hati.
"Gue janji enggak bakal ngulangin lagi hal itu Bang. Ini yang pertama dan terakhir kalinya Bang, suer," lirih Danu.
"Itu harus." Bastian merangkul pundak Danu. "Kalau lo ngelanggar janji yang lo buat, gue sunat lagi burung lo."
Danu meringis, kedua tangannya refleks menutupi selangkangannya. "Ja-jangan lah, Bang."
"Ck, jangan ditutupin gitu, merpati lo enggak bakalan terbang," ejek Arlan, dengan kurang ajarnya cowok itu menyingkirkan kedua tangan Danu yang melindungi area terlarangnya.
"Lo pada lagi bahas apaan?"
Semuanya kompak memusatkan atensinya pada seseorang yang baru datang dan langsung mencomot satu risol mayo. "Kalau gue enggak salah dengar tadi, burung jadi topik pembicaraan kalian." Farel mendaratkan bokongnya di samping Aksara yang juga baru duduk saat ia tiba tadi. "Bukan burung yang 'itu' kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MARSELANA
Teen FictionTinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan bajingan yang Marsel miliki. Laki-laki problematik yang berusia satu tahun di atasnya itu adalah soso...