⚠️Lestarikan vote di setiap bab yang kalian baca. Dilarang keras menjadi siders pada lapak ini⚠️
Jadilah pembaca bijak yang tahu cara menghargai karya orang lain setelah menikmatinya.
Happy reading
13. SEPERTI RENCANA YANG DIRANCANG
Orang baik itu bakal ketemu orang baik juga, jadi jangan pernah berhenti berbuat kebaikan sebelum kamu berjumpa dengan mereka yang sama seperti dirimu.
***
Koridor SMA Rajawali kini tidak lagi ramai terisikan oleh siswa dan siswi, guru honor, ataupun pengajar senior. Tiap lorong yang ada di bangunan tiga tingkat itu sepi tak berpenghuni, ibarat sebuah terowongan panjang jarang dilintasi. Keadaan sekarang bisa dibilang terlalu damai setelah insiden besar-besaran semalam.
Suasana hampa berteman lengang itu dikarenakan ratusan manusia di sana telah masuk ke dalam lokal masing-masing untuk memulai proses belajar mengajar pagi hari ini, terhitung sejak sepuluh menit yang lalu.
Tuturan nyaring dari para pendidik yang sedang melaksanakan tugas mulia, memberikan sebagian ilmunya kepada seluruh murid nan masih fakir ilmu pengetahuan, bila dibandingkan, maka akan kalah dengan nyaringnya suara beberapa pria yang tengah berkumpul di warung belakang sekolah.
Alamat akan membolos, lagi.
"Balik sekolah nanti, sesudah jenguk Daren, jadi kan, bagi-bagi sembako, makanan ringan, sama uang kaya biasanya ke mereka—kaum duafa—?" tanya Kenzo lalu kembali menghisap ujung rokoknya.
"Jadi," sahut Aksara sekenanya.
"Memang hari ini udah waktunya ya bang? Gue sampai lupa gara-gara masih kepikiran hal semalam," ujar salah satu adik kelasnya yang ikut berkumpul.
"Um. Hari ini." Aksara tersenyum kecil, berusaha keras agar terlihat ramah, namun jatuhnya malah kikuk. Karena memang, senyuman sama sekali bukan gaya hidupnya.
"Kok berasa flat ya awal hari gue kaga ada si crocodile? Rasanya seperti ada yang kurang, enggak ada yang bisa gue tuntun buat kembali ke jalan yang benar," kata Arlan sembari mengikat jambulnya menggunakan karet rambut kecil berwarna hitam, ia pinta oleh adik kelas yang berpapasan dengannya tadi pagi, tentu saja tanpa paksaan, cowok itu memintanya dengan cara baik-baik. Seperti yang selalu diajarkan oleh Bapaknya.
"Halah, kaya udah bener aja jalan hidup lo." Bastian memainkan kerikil kecil yang ada di bawah sepatunya, entah dari mana benda berwarna kelabu itu berasal. "Tapi gue setuju sih sama lo Lan. Mendadak jadi kangen gue sama Daren," sambungnya.
Selesai mengikat rambutnya, Arlan menyimpan cermin mini milik bang Jali yang sudah berpindah kepemilikan menjadi kepunyaannya sejak ia duduk di sana delapan menit lalu ke dalam saku seragamnya. Kemudian kakinya mulai bertingkah, ia rebut paksa kerikil yang tengah dimainkan Bastian, kini benda itu berada di bawah sepatunya.
"Hidup gue mungkin jauh dari kata benar, tapi asal lo tahu, gue sekarang lagi berusaha keras."
Lagi dan lagi, batu jelek tersebut berpindah tuan, kini berada dibawah kendali adik kelas yang seumuran dengan mereka, Farel. "Berusaha keras buat?"
Cowok kunciran itu tidak langsung menjawab, iris cokelat gelapnya terus tertuju pada sepatu Jordan Farel, tepatnya pada sesuatu yang ditindih outsole berbahan karet tersebut. Pergulatan kaki terjadi begitu saja, jikalau batu itu bisa bicara, pastilah sudah berteriak girang sebab tengah diperebutkan oleh dua lelaki incaran para betina kurang belaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARSELANA
Teen FictionTinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan bajingan yang Marsel miliki. Laki-laki problematik yang berusia satu tahun di atasnya itu adalah soso...