10. glimpse

156 21 0
                                    

Setelah selesai menikmati corn dog buatan nenek, Evan langsung pamit pada Deren begitu juga dengan nenek. Mengingat waktu sudah mulai gelap. Evan juga harus bertemu seseorang. Untuk itu, cepat-cepat Evan langsung pergi dan berjanji untuk menjemput Deren besok saat berangkat ke kampus.

"Deren mandi dulu, ya nek, mau pergi," Izin Deren dan langsung masuk ke rumah. Tidak ada pertanyaan dari nenek. Tapi, mendengar cerita dari Evan tadi, membuat nenek sedikit penasaran seperti apa Deren di kampusnya. Dia juga penasaran sifat yang ia berikan ke orang itu karena traumanya pada kakaknya atau memang begitu adanya. Karena yang ia tahu, Deren terlihat sangat ceria jika di rumah.

Tepat pada pukul 7.15 PM, pintu rumah Deren diketuk oleh seseorang. Nenek yang sedang berada di dapur langsung menuju ruang depan dan membuka pintu. Ia mengingat kalau Deren hendak pergi, artinya yang sedang mengetuk pintu rumah itu pasti teman Deren. Tapi sepertinya dia orang baru. Karena jika itu Ardian atau Aryo, mereka akan teriak memanggil nama Deren dengan sangat kencang.

Ketika pintu terbuka, terlihat seorang pria dengan polo shirt navy dan celana chinos cream. Pria itu langsung tersenyum dan mencium tangan nenek yang baru saja membuka pintu untuknya. "Maaf, Derennya ada?" tanya Aldi. Pria yang sedang berada di depan rumah Deren.

"Ada, sebentar saya panggil." Belum sempat dipanggil, Deren sudah muncul dengan kaos polos hitam dengan celana pendek selutut dan handbag di tangannya.

"Deren pamit dulu, ya nek," Deren mencium tangan nenek. Begitu juga Aldi yang juga ikut berpamitan.

Di perjalanan, tidak banyak percakapan yang mengisi keheningan di antara mereka berdua. Deren yang fokus melihat lampu kota sementara Aldi fokus pada jalan raya. Tentu saja, dia sedang menyetir. Sangat tidak mungkin baginya untuk melihat Deren yang duduk di sampingnya. Bisa-bisa mereka menuju rumah sakit.

"Kamu mau makan apa?" tanya Aldi mengisi keheningan di antara mereka yang cukup lama.

"Aku ikut kamu saja," jawab Deren seadanya. Sebenarnya bukan karena Deren tidak tau mau makan apa. Tapi, sejatinya orang yang diajak, Deren akan mengikuti orang yang mengajaknya. Dan dia tidak akan komplain jika dibawa kemana pun.

Mereka pun akhirnya sampai di sebuah kafe yang terlihat sangat sunyi. Mengingat Aldi sangat tidak suka keramaian, begitu juga dengan Deren. Jadinya mereka sangat cocok untuk mengunjungi tempat ini. Setelah memesan makanan dan minuman, mereka pun duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Aku minta maaf, karena tidak datang sesuai janjiku," ucap Deren setelah mereka berada di keheningan selama 2 menit.

"Santai saja, lagian aku tahu kamu pasti sibuk, aku punya videonya, kamu mau nonton?"

Aldi langsung tersenyum dan mengangguk. Deren langsung mengeluarkan HP nya dan menunjukkan video rekaman hasil drama mereka. Di sana Deren terlihat sangat tampan. Aldi semakin terpana dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Selama menonton video itu, Aldi hanya terfokus pada Deren. Dia bahkan tidak memerhatikan jalan cerita dari drama yang Deren bawakan.

Setelah video berakhir, Aldi langsung bertepuk tangan pelan. Dia bahkan bingung mau bicara apa. "Kau ganteng sekali di situ," puji Aldi secara spontan. Tidak ada rasa ragu bahkan tidak berpikir dua kali. Kalimat itu muncul begitu saja.

Kalimat itu berhasil membuar Deren tersenyum malu. Dia menggaruk pipinya yang tidak gatal. Seketika itu juga dia mengingat kalau dia ingin menceritakan kisah tokoh mitologi terkenal. Dia pun langsung mengalihkan fokus mereka.

"Oh iya, kau tau Narcissus? Tokoh mitologi yang aku sebutkan?" tanya Deren begitu antusias. Melihat antusias Deren yang ingin bercerita membuat Aldi penasaran bagaimana cara pria itu menceritakan kisahnya.

hi you!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang