Ada Apa dengan Ronan?

Start from the beginning
                                    

"Nabila kenapa?" Dareen meletakkan kameranya di atas meja kemudian berjongkok menghampiri gadis kecil itu.

"Lala sedih, Kak Dareen."

"Sedih kenapa Nab?"

Gadis itu mengangkat kepalanya, "Lala kepikiran Kak Ronan."

"Bagun dulu yuk! Kamu jangan di sana, menghalangi orang lewat. Nanti cerita sama Kak Dareen, ya."

Lala senang bukan kepalang. Untuk pertama kalinya lelaki itu memanggil namanya dan ia suka. Dan untuk pertama kalinya Dareen mengajaknya berbicara. Biasanya lelaki itu cuek dan acuh padanya. Jangankan diajak ngobrol, tersenyum ke arahnya pun tidak pernah.

"Kak Dareen beneran mau dengerin cerita Lala?" Lala mengangkat wajahnya antusias.

"Iya Nabila. Sekarang bangun dulu yuk! Nanti dimarahin Pak Elang lagi mau?"

Lala menggeleng kemudian bangkit. Mematikan lampu di tangannya dan meletakkan benda tersebut di tempatnya.

"Coba aja bukan keponakan bos, udah gue pites itu bocah," gumam Bara saat Lala berlalu berbaur kembali dengan tim lighting untuk menawarkan bantuan.

Dareen terkekeh. Hanya saja dirinya kepikiran oleh ucapan Lala. Apa yang terjadi pada Ronan sehingga membuat gadis itu begitu sedih? Apakah berhubungan dengan pesannya tempo hari yang menitipkan Salmira padanya?

"Kak Dareen," sapa Lala sembari melingkarkan tangannya di lengan Dareen.

"Hm," jawab Dareen seadanya karena ia masih sibuk mengamati gambar-gambar yang tadi diambilnya.

"Katanya mau ngajak Lala ngobrol."

Bara mencebikkan bibir melihat kelakuan gadis itu. Manjanya natural dan menyebalkan.

"Ajak pergi sana Reen. Daripada nangis di sini!"

"Nanti ya Nab, ini kan masih jam kerja. Jam makan siang gimana?"

"Dia ngajak aku makan siang bareng? Beneran?" Lala membatin. Dirinya girang bukan main.

Lala tersenyum riang sambil berulang kali melihat jam di ponselnya. Tidak sabar rasanya makan siang bersama kakak fotografer ganteng.

"Kak Dareen mau makan di mana? Lala hubungin supir Lala dulu buat jemput kita ya?" Tanya Lala ketika mereka berjalan keluar studio.

"Makan di atas aja Nab, di cafetaria."

"Rame Kak, Lala gak suka."

"Yaudah kalau gak mau. Aku naik dulu ya," pamit Dareen cuek membuat Lala mau tidak mau menurutinya karena sebuah kesempatan langka bisa makan siang bersama Dareen yang selalu cuek padanya.

"Katanya mau dengerin cerita Lala. Kok malah ninggalin?"

"Katanya gak suka makan di atas, rame. Ya aku gak mau maksa kamu Nab."

"Suka kok, ayo!" Kini gadis itu yang antusias. Cara bicaranya, tingkahnya yang seperti anak kecil membuat Dareen malas menghadapi gadis itu sebenarnya. Hanya saja dirinya sudah terlanjur berucap akan mendengarkan cerita gadis itu.

"Jadi Pak Ronan kenapa, Nab?" tanya Dareen ketika mereka sudah mendapat tempat duduk di dalam cafetaria tersebut.

Lala mengaduk kuah baksonya, "ini pertama kali Lala makan bakso," ucapnya tanpa menjawab pertanyaan Dareen. Membuat lelaki itu menarik nafas dalam-dalam.

"Enak ternyata, kenapa mienya dua jenis?" Lala melahap makanan yang katanya baru pertama kali dicobanya itu dengan sangat lahap.

Dareen yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala kemudian menuangkan kecap dan sambal ke dalam baksonya.

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now