senanda || rumah sakit

Start from the beginning
                                    

Suara isakan pelan milik Senanda mulai terdengar. "T-tadi Bunda chat aku, bilang kalau Kaivan kondisi tubuhnya drop sehabis OSN. Terus gurunya bawa ke rumah sakit. A-ku mau pergi tadi siang, tapi Bunda nggak izinkan," ucap Senanda dengan napas yang semakin tersendat.

Aiden menghela napas. "Oke. Gue yakin Kaivan pasti baik-baik aja, makanya Bunda nggak bolehin pergi tadi siang." ia terdiam sejenak. "Mau lihat Kai, kan?"

Senanda mengangguk cepat. Ia melepaskan diri dari Aiden dan mengusap wajah yang basah oleh air mata.

Aiden bergerak cepat mengambil tisu di kursi belakang mobil, memberikannya pada Senanda. "Setelah tenang, baru kita masuk. Kalau sampai Bunda apalagi Kaivan lihat lo begini, yang ada mereka malah balik khawatir, kan?"

Senanda mengangguk lagi, tangannya sibuk mengeringkan wajah dan membersihkan hidung dengan tisu yang diberikan Aiden. Beberapa menit di mobil tanpa berbicara apa-apa, hanya ada usapan dari Aiden pada tangan, kepala dan bahu, membuatnya merasa lebih baik.

"Kaivan akan baik-baik aja, kan?" tanya Senanda pelan.

Aiden membawa wajah Senanda untuk dapat menatapnya. Dia mengangguk. "Dia mungkin kelelahan akibat belajar tanpa memperhatikan kondisi tubuh. Secepatnya akan sembuh, kok." Aiden mengecupi kedua pipi Senanda, gemas. Pipi dan hidung pacarnya memerah akibat menangis tadi.

"Begitu, ya," gumam Senanda. Masih dengan suara pelan, ia lanjut berkata, "Aku boleh minta peluk lagi? Sebentar aja."

Aiden tertawa. "Lama juga nggak masalah, kok."

Senanda langsung melingkarkan lengannya di bahu Aiden, menenggelamkan wajahnya di sana. Menghirup wangi tubuh Aiden yang tercampur dengan parfum membuatnya kembali rileks. Padahal sudah sore, tapi cowok yang berstatus sebagai pacarnya ini masih wangi dan ganteng. "Kakak wanginya enak."

Aiden meninggalkan ciuman pada bahu Senanda yang tertutupi seragam. "Iya, dong, biar lo betah meluk gue lama-lama."

Setelah rasanya cukup, Senanda merenggangkan sedikit pelukannya. Dengan kilat ia mengecup sekali bibir Aiden, lalu kembali duduk ke posisi semula.

Aiden menahan senyum. "Apa ini?" dia memajukan tubuh, mendekati Senanda yang mengalihkan wajah ke arah jendela.

"Sebagai ucapan terima kasih dari aku." tangan Senanda bergerak untuk membuka pintu mobil, yang kemudian ditahan Aiden. Ia pasrah saja karena tepat setelah itu, Aiden membalas dengan menciumi seluruh permukaan wajahnya. Senanda hanya bisa memejamkan mata. Apalagi Aiden modus sekali dengan berkali-kali meninggalkan kecupan di bibir. Kesempatan.

"Sudah, dong," rengek Senanda. Ia mendorong wajah Aiden menjauh. "Aku tadi cuma sekali ciumnya."

Aiden terkekeh. Lengsung pipinya muncul membuat wajah itu terlihat semakin menarik untuk dipandang. "Lo nggak tahu sih, seberapa gemesnya gue sama lo, Seee." dia mengunyeli kedua pipi Senanda sembari tertawa kecil.

Setelah kegiatan lovey dovey di dalam mobil itu berakhir, dua anak manusia itu pun memasuki rumah sakit. Senanda juga sempat menelepon bunda untuk bertanya ruangan Kaivan.

Mendekati ruang rawat Kaivan yang hanya berjarak beberapa langkah, ia melihat pintu itu terbuka, dan bunda keluar dari sana.

"Bun!" Senanda memanggil seraya berlari kecil, meninggalkan Aiden. Ia langsung memeluk bunda.

"Padahal sudah dibilangin tidak perlu ke rumah sakit. Ngeyel. Kalau kamu ikutan sakit bagaimana? Rumah sakit ini banyak virusnya dari orang-orang yang berbagai macam penyakitkannya. Apalagi kamu mudah jatuh sakit juga, Kak." bunda mengomel, namun tangannya tidak berhenti mengusap punggung.

Senanda.Where stories live. Discover now