7. nice person

211 25 0
                                    

Sinar mentari mengisi ruang hampa dalam kamar Deren. Entah siapa yang membuka jendela kamarnya itu sehingga cahaya yang cukup silau itu berhasil membangunkannya. Matanya berusaha untuk membuka sembari meregangkan tubuhnya di atas kasur. Tidak tahu jam berapa saat ini, tapi yang pasti hari ini Deren sedang tidak ada kelas.

Deren menyeret langkahnya keluar dari kamar dengan hanya mengenakan boxer saja. Suara wajan dan sendok yang bersentuhan terdengar jelas di indera pendengarannya saat ini. Aroma sayur tumis yang manusuk manja ke penciumannya membuat perutnya mendadak keroncongan dan bergejolak ingin diisi secepatnya. Tujuannya saat ini adalah dapur yang mana ada nenek di sana sedang menyiapkan sarapan mereka hari ini.

"Eh... sudah bangun, cuci muka dulu sana, habis itu sarapan," sapa nenek saat melihat Deren, cucu kesayangannya mendekat dan memeluknya dari belakang.

"Nenek masak apa hari ini?" tanya Deren manja dengan dagu yang menempel di bahu neneknya.

"Teri sambel sama sayur tumis."

"Pasti enak."

"Kamu coba saja nanti, sudah sana! cuci muka."

Sebelum pergi, Deren mencium pipi neneknya lalu ke kemar mandi untuk mencuci muka dan menggosok giginya. Kemudian kembali ke ruang makan untuk menikmati sarapan yang sudah disiapkam sejak tadi.

Deren menyantap makanan yang ada di atas meja begitu juga dengan nenek yang ikut merasakan masakannya sendiri. Senyumnya mengembang saat melihat Deren sangat menikmati masakannya. Walaupun sebenarnya ia sudah sering melihat pemandangan ini, tapi dia sangat bersyukur karena sudah diberikan cucu yang baik seperti yang ada di hadapannya saat ini.

Nenek ingat saat pertama kali melihat Deren datang ke rumah dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Anak itu menangis saat nenek membuka pintu rumahnya dan memeluk nenek dengan sangat erat. Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi tapi nenek langsung menyambut cucunya itu dan mempersilahkannya untuk tinggal di sana.

Awalnya nenek tidak tahu apa yang terjadi dengan Deren. Setelah Deren menceritakan semuanya, nenek juga sangat berat untuk menerima fakta yang ada. Tapi, biar bagaimana pun juga, Deren tetaplah cucunya. Apalagi ketika dia tau Deren hanya tinggal berdua dengan Derbi karena putrinya sudah meninggal.

Walau begitu, nenek sama sekali tidak membenci Derbi. Dia tahu perasaan pria itu seperti apa. Dia juga tahu bagaimana keadaan Derbi. Karena, sebulan setelah Deren tinggal di rumahnya, nenek menemui Derbi. Di sana Derbi menceritakan semuanya dengan jujur tanpa ada yang ditutup-tutupi. Di situ nenek paham mengapa Derbi tega melakukan itu walaupun sebenarnya sangat berat untuk melakukannya.

Nenek sangat tau sifat kedua cucunya itu. Saat kecil Derbi sangat menjaga dan merawat Deren. Apalagi, jarak usai mereka berselang 10 tahun. Jadi, Derbi yakin dan bisa menjaga Deren dengan sangat baik. Menjadi cucu yang baik adalah motto hidup Derbi sejak dulu. Begitu juga dengan Deren. Hal itu yang membuat nenek sangat percaya dengan Deren dan Derbi. Walaupun sudut pandang mereka berbeda, tapi nenek paham bagaimana perasaan Deren pun Derbi.

Nenek tidak pernah menyangkal kalau orientasi seksual Deren berbeda. Dia sangat menghargai itu dan bahkan dia tidak pernah menganggap aneh atas pilihan hidupnya. Yang penting, dia selalu menekankan jangan pernah bersikap gegabah dan bertingkah yang tidak baik. Hampir setiap hari nenek selalu mengingatkan itu. Itulah mengapa Deren selalu bersikap hati-hati untuk berkenalan dengan orang lain. Selain karena masa lalunya, ucapan nenek juga menjadi salah satu factor kenapa Deren masih sendiri sampai saat ini.

"Bagaimana pentas seni mu besok?" tanya nenek mengingat besok adalah hari di mana pentas seni di kampus Deren diadakan.

"Aman, nek, nanti Deren mau ke kampus untuk menyiapkan semuanya," jawab Deren setelah meneguk teh hangat yang ada di atas meja.

hi you!Where stories live. Discover now