***
Untuk ku yang belum sempurna tolong jangan berharap lebih
***
Matahari mulai menyingsing hawanya tak sesejuk tadi, penduduk bumi mulai ramai mengisi sudut sudut kota. Pagi pagi sekali Marwa sudah meninggalkan pondok milik sang Ayah, berbeda dengan Safa Marwa memilih jalan nya sendiri menuntut ilmu di luar pondok milik sang Ayah.
Siapa sangka Marwa Alya Qanita adalah putri kedua dari Ustadz Syam Kholid, penampilan nya yang berbanding terbalik dengan sang kakak membuat siapa pun tak begitu yakin dengan status Marwa,
Alih alih mengabdikan diri di pondok Marwa justru mengabdi sebagai siswi semester 5 jurusan kedokteran, sebuah cita cita yang ia idam idam kan sejak kecil.
"Aku denger denger kamu di lamar anak Ustadz dari Pekalongan Wa?"tanya Nisa sejurus kemudian mata mereka saling bertemu,
Marwa mengangkat kedua bahunya, gadis itu mengigit pelan bibir nya, sebenar nya ia tak yakin dengan tujuan pemuda itu, setelah mendengar perkataan sang kakak beberapa hari yang lalu membuat Marwa benar benar sadar
ada benar nya mana mungkin seorang Gus berakhlak baik ilmu agama yang di bilang hampir sempurna ingin memperistri diri nya.
"Mungkin beliau salah orang Sa, mungkin beliau kira Marwa itu Safa. Ya maklum kan ngga pernah ketemu apa lagi kenal jadi ya, wajar kalau kebalik"tutur Marwa
"Tapi selepas pertemuan itu apa?dia menghubungi mu?"
Marwa menyedot es jeruk miliknya menyisakan parutan es batu yang tampak memadat.
"Ada"jawab nya singkat
"Nah, berarti ngga salah orang doang Wa"
"Emang nya dia bilang apa? Wa"sambung Nisa penasaran,
"Biasa si sekedar nanyain apa bener itu aku, dia juga nunjukin foto aku, dia bilang kalau foto itu dia dapat dari wali nya"tutur Marwa
"Terus kamu terima ngga lamaran nya?"
Marwa menggeleng pelan"belum tau semua keputusan ada di tangan Abi, sebenar nya aku belum pengen nikah cepet cepet Sa, tapi aku ngga bisa nolak kalau Abi yang memutuskan"
"Aku juga ngga bisa nerima beliau Sa, ternyata Kak Safa sudah jatuh hati sejak awal bertemu malam itu. Aku ngga mungkin nyakitin perasaan Kak Safa, ini yang dia mau Sa nikah dengan seorang Gus"sambung Marwa, tatapan nya nanar ada rasa yang tak bisa ia jelas kan saat ini.
Kejadian waktu itu Safa benar benar membuat jarak di antara mereka, Marwa tak menyangka jika akhir nya seperti ini. Ini adalah kali pertama ia di lamar seorang pemuda,
Ia pikir dengan hidup nya yang tak terarah seperti ini tak kan ada pemuda yang datang dengan maksud baik memperistri diri nya, terlebih yang datang adalah seorang Gus yang di gadang gadang akan jadi penerus pondok pesantren di Pekalongan.
Seseorang yang memiliki kedudukan tinggi tak kan bisa setara dengan dirinya yang hanya seorang mahasiswi semeter 5 hari hari di sibuk kan dengan kegiatan sosialisasi kegiatan ekstra di kampus atau hanya sekedar nongkrong nongkrong bersama teman teman sekampus,
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku
Teen FictionUntuk wanita akhir zaman seperti ku, istiqomah bukan lah perkara mudah. Iman yang seringkali naik turun, bohong jika aku tidak menginginkan ketaatan dalam hidup ku, bohong kalau hati ini tidak sakit di saat hati ingin taat tapi malah maksiat yang ak...