12. BINCANG TENGAH MALAM DENGANNYA

96.9K 4.9K 1K
                                    

🥂1.65k vote and 1k comments for next🥂

12. BINCANG TENGAH MALAM DENGANNYA

Usai terjalinnya obrolan panjang, salah satunya pasti tidak terima ketika perbincangan itu berakhir.

***

Manusia punya yang namanya gerakan refleks. Gerakan refleks yang berjalan sangat cepat dan tanggapannya terjadi secara otomatis terhadap rangsangan. Gerak tubuh yang spontan tanpa memerlukan kontrol dari otak, muncul sebagai tanggapan dari stimulasi luar tubuh.

Itu yang dilakukan Alana ketika lelaki berahang tegas tersebut mulai mendekat padanya, menahan pinggangnya menggunakan satu tangan kekarnya yang selalu kurang ajar, sementara satu tangannya lagi menyingkirkan perlahan rambut Alana yang tergerai menghalangi leher putih gading itu, membawa surai tebal Alana ke satu sisi.

Kepala Marsel merunduk, cowok itu belum ada niat sama sekali ingin berhenti mengerjai Alana, isakan samar-samar gadis yang kini sedang menangis ketakutan entah kenapa membuat dirinya merasa terhibur. Well, sebut saja dia sikopat gila, pria sinting, lelaki kurang kerjaan, atau apapun itu, Marsel tidak peduli.

Mata segelap obisdian itu menatap lamat-lamat wajah putih Alana yang bersimbah air mata juga keringat dingin, bibir mungil warna merah jambu alami milik Alana bergetar kecil menahan isak tangis, sedangkan bulu mata lentiknya kini sudah kuyup.

Ah fuck! Marsel akui bahwa ini sangat menggemaskan.

Namun, sebelum bibir cowok itu sempat mendekati area leher Alana, ketika Marsel sudah merasa cukup bermain-main, kedua tangan Alana malah bergerak melakukan perlawanan. Tidak disangka Marsel, pun tidak dalam kehendak Alana, kedua tangannya seperti bergerak spontan, spontan menjambak kuat rambut Marsel bagian kanan dan kiri.

Marsel mengerang kesakitan sembari mengumpat, berusaha membebaskan rambut tebalnya dari cengkeraman Alana. Alana yang sudah tersadar dengan apa yang ia lakukan, bukannya berhenti malah semakin menjambak rambut Marsel.

Anggap saja sebagai balasan karena sudah berani bersikap tak senonoh dengannya.

"LEPAS SIALAN!"

Kali ini Alana tidak gentar, sama sekali tak takut dengan bentakan berat Marsel yang penuh emosi di dalamnya.

"JAUHIN TANGAN LO BANGSAT!"

"Enggak, sebelum kamu janji bakal keluar dari kamar aku," ujar Alana parau, Alana tahu, mungkin saja rambut Marsel sudah rontok berhelai-helai, kini.

Marsel menggeram rendah, rasa ngilu di kepala bagian kanannya yang tadi sempat menghilang kembali datang, dicekalnya balik kedua pergelangan tangan Alana sampai rambutnya bebas dari remasan gadis itu. Rahang Marsel terkatup, giginya bergemelutuk, kebiasaan cowok itu sejak kecil bila ia sedang marah.

Tak butuh waktu lama untuk Marsel bisa melumpuhkan perlawanan yang Alana berikan padanya. Spontan ia bawa Alana bersandar pada dinding kamar, meletakkan kedua tangan gadis itu di sisi kepala sembari ia cekal kuat sampai membuat sang empunya meringis kesakitan.

Marsel mensejajarkan wajahnya dengan wajah Alana. Kaki gadis itu masih berusaha keras bekerja di bawah sana, terus menendang-nendang apapun yang bisa ia tendang, baru berhenti ketika lutut Marsel ikut menahan.

Ngeri juga membayangkan lutut gadis ini mengenai masa depannya, bisa lecet serta hilang kehebatannya nanti, dan Marsel tak ingin hal itu terjadi.

Alana merinding, benar-benar takut sekali ketika napas hangat Marsel yang memburu menerpa pipinya.

"Gue bilang lepas YA LEPAS!"

MARSELANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang