Seketika Edo merasa iba. Ia kasihan pada Cinta.

"Cinta..." Edo kasihan pada Cinta.

"Huhft... Mau gimana lagi, Kak."

Edo pun langsung memeluk Cinta dengan erat.

"Yang sabar, ya. Kalau kamu butuh teman curhat, kamu bisa ke aku aja. Jangan sedih, harus kuat."

Edo kemudian melepaskan pelukannya, lalu menatap wajah cantik milik Cinta.

"Maafin aku juga ya, Cin. Kalau aku sudah nyakitin hati kamu." Ujar Edo.

"Ish! Mana ada kamu nyakitin hati aku, Kak. Malah aku seneng kalo Kakak jadian sama Kak Bastian." Ujar Cinta.

"Cinta, meskipun kita nanti beda kota lagi. Kita bisa kok video call an kalo kamu kangen sama aku." Ujar Edo.

"Pasti, Kak. Hiks! Hiks! Hiks!" Cinta langsung memeluk Edo dengan sangat erat sambil menangis.

"Kakak jaga kesehatan, ya. Hisk! Hisk! Jangan lupa kasih jatah Kak Bastian tiap malam. Hiks! Hiks! Hiks!"

Edo pun ikut menangis tersedu-sedu. "Kamu juga jaga kesehatan ya, Cin. Kalo aku ada waktu, aku bakal berkunjung ke rumah kamu, kok."

"Iya, Kak. Hiks! Hiks!" Cinta melepaskan pelukannya.

Edo kemudian mengelus kepala Cinta lalu membersihkan air mata di pipinya.

"Yaudah, Kak. Aku mau pulang dulu." Ujar Cinta dengan mata yang sedikit sembab.

"Iya, Cinta..."

"Oh ya, Kak. Lain kali kalo mau ciuman, tolong difoto ya, terus kirim ke aku."

"Masih sempat-sempatnya bercanda ya, kamu... Ha?" Edo mencubit pipi Cinta.

"Hehe... Yaudah Kak Edo sayang. Dadah... Semoga kita bisa ketemu lagi. Titip salam buat Kak Bastian, bilangin kalau mau jubjub harus pakai pengaman." Cinta pun melambaikan tangannya

"Astaga. Iya iya!" Edo tertawa, bener-bener deh kelakuan Cinta. Edo sangat menyukai keriangan yang dimiliki oleh Cinta. Dia selalu tersenyum dan baik kepada semua orang.

Teruntuk Cinta, semoga di tempat barumu, kamu selalu bahagia. Selalu kuat dan lupakan semua masalah yang sudah menyakiti hatimu.

.

Singkat cerita. Sepulang sekolah, Bastian langsung duduk di ruang tengah. Ada Gavin yang mengambil cuti, ada Rafa, Gara dan Edo.

"Babang gimana ujiannya, lancar?" Tanya Gara.

"Hem." Jawab Bastian.

"Syukurlah..." Sahut Buna Rafa.

"Gimana, susah kan soalnya. Gue aja sampai pusing ngerjainnya waktu itu." Keluh Edo.

"Biasa aja." Menurut Bastian, soalnya sangatlah mudah. Ingat, Bastian punya otak yang encer, tidak seperti kalian (yang baca).

"Itu mah kata, Lo. Lah kata gue, ya susah lah." Ujar Edo.

Gavin, Rafa, dan Gara terkekeh mendengar perkataan Edo.

Setelah bergurau. Tiba-tiba dengan gamblangnya Bastian bilang...

"Lo mau jadi pacar gue?"

Seketika Daddy Gavin, Buna Rafa, dan Gara terdiam. Sedangkan untuk Edo, ia terlihat malu.

"H-ha?"

"Lo mau jadi pacar gue?" Bastian mengulang perkataannya.

"Bas... Apaan, sih. Malu tuh, ada Om Gavin sama Om Rafa." Edo sangat malu. Bisa-bisanya Bastian menembak Edo di depan orang tuanya sendiri.

"Terus? Biar mereka tau." Ujar Bastian.

Edo kemudian menatap Om Gavin dan Om Rafa.

"Jawab aja, iya." Kata Om Gavin.

"Buruan dijawab." Om Rafa terlihat tak sabar ingin menantikan jawaban dari Edo.

"I-iya, deh." Jawab Edo sedikit gugup.

Bastian tersenyum tipis.

"Yey! Babang akhirnya punya pacar!" Gara juga terlihat senang. Ia bertepuk tangan dengan sangat kencang.

Pipi Edo terlihat memerah. Ia menunduk menyembunyikan rasa saltingnya.

.

Malam harinya, Daddy Gavin, Buna Rafa, Gara, Bastian, dan Edo yang tak pulang sedari pagi tadi sedang menonton televisi.

Dan di luar sedang hujan deras, petir dan gemuruh yang sangat menakutkan.

"Edo, kamu nginep aja di sini." Ujar Buna Rafa.

"Eh enggak, Om. Aku pulang aja. Tinggal jalan kaki udah sampai, kok." Kata Edo.

"Jangan, hujannya deras banget, loh." Buna Rafa khawatir pada Edo meskipun rumah mereka bertetangga.

"Yaudah, deh." Akhirnya Edo memutuskan untuk menginap saja.

"Tidur sama gue." Ujar Bastian.

"Hum." Edo mengangguk.

"Buna... Hujannya deras banget, ya." Gara sedikit takut kalau sudah ada gemuruh sama petir.

"Iya sayang."

Lalu semuanya kembali fokus melihat acara televisi. Padahal kalau hujan bahaya banget nonton televisi, tapi gakpapa, kalau meledak ya tinggal beli lagi.

Tapi, tak lama, ada suara bel rumah yang berbunyi.

Buna Rafa mengerutkan keningnya. Siapa yang hujan-hujan begini datang ke rumahnya.

"Buna mau ke depan dulu. Mau liat siapa yang bertamu." Buna Rafa kemudian berjalan ke depan untuk membuka pintunya.

Ceklek!
Buna Rafa membuka pintunya. Dan betapa terkejutnya Rafa saat melihat ada seorang perempuan muda yang basah kuyup sambil menggendong bayi.

"Astaga... Kamu siapa?" Buna Rafa nampak khawatir.

"Permisi Tuan. Apa benar ini ru-rumahnya Mas Bastian?" Tanya perempuan muda itu dengan bibir yang bergetar dan tubuh yang menggigil.

.

TBC

SEBASTIAN DEVANO || END ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora