Bantuan Orang Tua

En başından başla
                                    

Edy dan Una saling tatap. Ia tahu Ronan adalah anak yang gigih. Dia selalu memikirkan orang yang dia sayangi terlebih dahulu daripada dirinya sendiri. Mereka yakin Ronan pasti akan melalukan hal yang sama andai Salmira mau memberinya kesempatan.

"Aku dan Una yakin Ronan bisa memperlakukan Salmira dengan baik, Ya. Dia kalau udah sayang sama orang, akan melakukan apapun untuk orang itu bahkan kadang lupa mikirin dirinya sendiri. Aku kenal betul anak itu."

"Aku gak bisa janji sama kalian. Tapi akan aku coba untuk bicara sama Salmira. Dan aku gak mau memaksa dia," ucap Aya tegas. Rasa percayanya pada Ronan sedikit berkurang setelah mengetahui apa yang telah anak itu lakukan pada puterinya.

"Tapi sebelum aku bicara sama Salmira, aku mau bicara sama Ronan. Suruh dia ke rumahku kalau nggak sibuk," ucap Aya lagi. Sepertinya ia memang harus mendengar ucapan Ronan secara langsung agar. Bisa menilai kesungguhannya.

🌻

Ronan menarik nafas dalam-dalam. Mencoba menetralkan detak jantungnya ketika mobilnya memasuki pekarangan rumah sederhana itu. Tubuhnya mendadak menggigil ketika ia turun dari mobil. Ronan mencengkram erat paper bag di tangan kanannya. Tidak bisa dipungkiri Ronan sangat gugup.

Kemarin orang tuanya meminta Ronan untuk meminta maaf secara personal pada Aya tentang apa yang terjadi di masa lalu. Sebagai lelaki, Ronan harus berani mengakui kesalahannya dan menghadapi semuanya sendiri. Dan di situlah ia sekarang, di depan pintu rumah Salmira, dengan degup jantung yang bertambah berkali-kali lipat.

Cahaya membuka pintu dan menyambut kedatangan Ronan. Wanita itu mempersilahkan Ronan masuk kemudian menyuguhkan minuman dan beberapa cemilan untuk tamunya itu. Aya tidak menyangka kalau Ronan akan datang secepat itu.

"Tante, Ronan bener-bener minta maaf atas semua kesalahan Ronan ke Salmira di masa lalu. Ronan tahu tan-"

Aya menyela ucapan Ronan, "tunggu Ron!" Wanita itu bangkit. Melangkah mendekati kamar Salmira dan mengetuknya.

Gadis itu membuka pintu. Ia kaget melihat siapa yang bertamu ke rumahnya.

"Mama yang minta dia ke sini. Bukankah kalian harus minta maaf secara langsung ke Mama?"

Bagai dihantam ribuan ton baja, dada Salmira mendadak sesak. Jantungnya terasa mencelos. Ia sudah bisa menebak kalau mamanya sudah mengetahui apa yang selama ini disembunyikannya.

Salmira duduk di ujung sofa. Tempat yang sama yang di duduki Ronan namun mereka cukup berjarak. Sementara mamanya duduk di single sofa. Keduanya merasa seperti akan disidang.

"Lanjutin Ron!" Seru Aya meminta Ronan melanjutkan kalimat yang tadi diselanya.

Lidah Ronan mendadak kelu. Dadanya bergemuruh hebat. Tapi papanya berpesan padanya kalau ia harus berani menghadapi setiap masalah dalam hidupnya. Ronan adalah laki-laki jadi ia tidak boleh gentar.

"Ronan menyesal. Harusnya semua itu gak pernah terjadi. Ronan menyesal pernah mempermainkan perasaan Salmira. Bersikap pengecut setelah-" Ronan tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Ia takut Salmira terluka jika harus mengingat kejadian itu lagi.

"Kenapa gak kamu lanjutin?"

"Maaf tante, Ronan takut melukai perasaan Salmira lagi kalau Ronan lanjutin ceritanya."

Salmira menoleh pada Ronan. Mulutnya masih tertutup rapat. Sama sekali tidak berkomentar apapun.

"Tante sudah tahu semuanya. Jujur tante kecewa berat sama kamu Ron. Tante juga marah ke Salmira tapi lebih marah ke diri tante sendiri. Tante merasa gagal menjadi orang tua. Dan pasti itu juga dirasakan orang tua kamu."

Selamanya [Sudah Terbit]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin