Sesampainya di gerbang utama, terlihat sudah ada kereta kuda mewah yang terparkir serta beberapa Ksatria untuk melakukan pengawalan.
Salah satu Ksatria kemudian menghadap Ketua lalu membungkuk memberi hormat. "Tuan Putri, kami ditugaskan untuk mengawal Anda ke istana Kekaisaran."
"Hmm ... Kurasa tidak perlu seramai ini bukan? Lagipula jaraknya tidak terlalu jauh dari sini," kata Elena yang tidak terlalu senang.
"Maafkan kami atas ketidaknyamanan ini, Tuan Putri. Akan tetapi, ini sudah prosedur penjaga keluarga Kaisar," kata Ksatria itu yang kembali menunduk.
"Jangan terlalu dipikirkan," ucap Ketua yang kemudian berjalan naik ke kereta kuda. Salah satu pelayan lalu membukakan pintu untuknya. "Raul, ayo cepat naik."
Aku lalu mengikuti ketua masuk ke dalam kereta kuda. Gerbongnya cukup luas dan hampir sama seperti di dalam sebuah limousine.
Pelayan itu menutup pintu dan tak lama kemudian kereta kuda ini mulai berjalan.
"Raul, menurutmu apa yang akan dirapatkan nanti di sana?" tanya Ketua Elena. "Sebagai bangsawan yang mendukungku, seharusnya kau memberiku beberapa nasihat bukan?"
Hmm ... Mari kita pikirkan sejenak.
Event besar dengan skala nasional yang akan terjadi harusnya peperangan dengan Republik Venetia sesudah kelulusan nanti. Kurasa ini terlalu cepat mengingat belum ada kabar mengenai pemicu pasti kedua negari ini berperang.
Kemarin, aku mendatangi tempat hiburan yang sebelumnya kubangun. Karl Johnson dan Mai Khalissa juga sudah mulai mengumpulkan informasi dengan menempatkan agen-agen mereka di seluruh daerah Kekaisaran.
Terdapat tiga isu yang menarik perhatianku kemarin.
Yang pertama, isu mengenai peredaran obat-obatan terlarang yang mulai meningkat di wilayah utara Kekaisaran.
Yang kedua, isu mengenai membludaknya imigran dari Negeri Kuwalid. Kekaisaran tidak memiliki prajurit yang cukup untuk menjaga perbatasan dengan cuaca panas seperti itu. Banyaknya imigran yang datang akan menimbulkan konflik antar kelompok sosial, meningkatnya kriminalitas dan tumbuhnya wilayah kumuh yang dibangun oleh para imigran yang belum memiliki tempat tinggal.
Yang ketiga, isu mengenai para pekerja paksa dari Suku Tyal yang beberapa tahun lalu memberontak pada Kekaisaran. Terjadi kematian yang cukup banyak pada tahun ini membuat jumlah mereka sekarang hanya tersisa 3000 orang yang tahun sebelumnya masih 3500 orang.
Jika dibiarkan, maka pekerja yang mati akan terus bertambah, membuat pandangan suku-suku lain dari Bangsa Noors akan memiliki pikiran yang berbahaya melihat saudara sebangsa mereka diperlakukan layaknya binatang.
"Hmm ... Kurasa mereka akan fokus membahas mengenai isu para pekerja paksa Suku Tyal, Ketua," jawabku dengan sungguh-sungguh. "Tepatnya langkah apa yang harus diambil agar sesuai dengan keuntungan Kekaisaran."
Mendengar penjelasanku, Ketua menyentuh dagunya seperti sedang berpikir. "Bukankah Kak Felix yang menangani masalah ini?" tanya Ketua.
"Benar sekali, Pangeran pertama yang menangani masalah pemberontakan 5 tahun yang lalu dan proses hukuman Suku Tyal sampai saat ini," jawabku menjelaskan pertanyaan Ketua.
Kami lalu berbicara mengenai tiga isu ini untuk persiapan rapat nanti sepanjang perjalanan.
Tidak lama kemudian, kereta kuda ini berhenti. Pintu gerbong kemudian terbuka memperlihatkan seorang pelayan yang sebelumnya.
"Tuan Putri, kita sudah sampai."
Kami pun keluar, terlihat beberapa gedung yang megah dikelilingi hiasan taman yang indah.
Arc 2 : Prolog
Start from the beginning
