Lima-●

6 0 0
                                    

My eyes lock into your heart, I think it is love that everyones talked about.

Los Angeles, 2014

Sinar Matahari di musim panas perlahan membangunkanku melewati jendela yang berada di samping tempat tidur. Aku terbangun tanpa busana dengan tangan yang masih memeluk seorang wanita yang berasal dari Argentina. Sama denganku, dia adalah mahasiswa dari Caltech dan mengambil studi matematika. Kami berdua memliki hubungan, akan tetapi hanya sebatas mencari kesenangan. Sudah hampir enam bulan.

"Seane, wanna have a bite for breakfast? I have a few egg," tuturku membangunkan Seane yang masih terlelap.

"Why don't you say good morning or else? Such an idiot," balas Seane. "Kiss me first." Seane kemudian membalikkan badan dan langsung mendekatkan bibir merah mudanya. Gairah pagi yang memang menjadi waktu untuk memuncak kemudian membuatku langsung membalas ciuman.

"Don't stop, this is the breakfast." Kami berdua kemudian kembali tersihir dengan ciuman yang sesaat langsung mengulang permainan tadi malam. Setelah itu rutinitas kami berdua adalah sarapan dengan daging asap dan telur mata sapi dengan secangkir teh hangat untuk Seane serta secangkir es kopi hitam pahit untukku.

"Caka, can I ask a question?" tanya Seane yang memcah keheningan.

"Sure, what is it?" balasku sambil memotong telur mata sapi yang setengah matang.

"If we keep doing this for years to come. Do you finally have a feeling for me?" Pertanyaan Seane cukup membuatku terkejut. Keheningan langsung menyelimuti secara tiba-tiba.

Aku kemudian menatap mata Seane, "What kind of feeling you expect from me?"

"Affection. Emotional affection. Love?" balas Seane dengan padat dan terdiam. "Nevermind, this is stupid, I have class in an hour."

"Seane, wait." Aku meraih tangan Seane dan menahan untuk tidak meninggalkan apartemenku.

Seane kemudian mengeluarkan air mata, "This is our choice to only have this kind of relationship, but your presence really made me fall for you, Sancaka. And I know for sure that you will never have same feeling for me."

***

Aku meraih gawai dan melihat ada pemberitahuan pada layar kunci dari diskusi grup PERMIASLA. Saat aku buka, ternyata berisi fail tentang undangan acara penyambutan mahasiswa asal Indonesia yang akan kuliah di Los Angeles. PERMIASLA merupakan himpunan mahasiswa asal Indonesia yang menjadi wadah untuk pemuda asal Indonesia. Di tahun 2017 ini aku akan turun jabatan atau demisioner setelah menjadi ketua setahun terakhir. Kegiatan penyambutan ini sekaligus menjadi kegiatan seremonial penurunan jabaran.

"Abyan, nanti bareng," pintaku kepada Abyan yang sedang makan burger di salah satu bangku di lapangan kampus.

"Iya, gue sebenernya udah ngga kenal pengurus yang baru. Secara teknis gue yang minta temenin," balas Abyan. Abyan memang seseorang yang tidak suka berkecimbrung dalam lingkup organisasi, akan tetapi dia memilih melakukan pekerjaan sukarela dari beberapa organisasi lingkungan hidup, salah satunya WFF.

"Baik, kalau begitu gue ke lab dulu ya mau melanjutkan menulis laporan," tuturku sambil memasukan dompet dan penyuara telinga ke dalam tas.

"Sudah sampe mana?" tanya Abyan.

"Paling akhir bulan ini sudah bisa kelar untuk draf pertama," balasku sambil menggendong tas dan siap untuk meninggalkan Abyan.

"Keep being Sancaka that I know, okay?" Abyan memberikan jempol kepadaku sambil memberikan senyum.

"Thanks."

Kalimat yang diutarakan Abyan barusan mungkin menjadi sindiran halus untukku. Bagaimana tidak? Banyak hal yang sudah aku tinggali. Bahkan, makan saja kadang cuman sehari sekali. Tanpa ada Abyan mungkin aku bisa saja ditemui dalam keadaan tidak sadar di suatu ruangan. Di kepala benar-benar hanya terisi oleh sebuah karya tulis. Dan juga aku kesepian. Walaupun ada Abyan, tetapi selama ini ada suatu rongga di hati yang ingin diisi oleh suatu hal. Ingin mencari seseorang di sana. Lebih dari teman. Menjadi seorang yang akan mengisi jiwa dan raga.

"Kalau ada, mungkin gue juga selalu ngga akan pernah peka dengan kehadiran. Kembali dianggap hanya ingin main-main," tuturku berbisik sambil mengetik laporan.

"Good mor—"

"Ehm, good morning?" balasku ketika seorang wanita dengan perawakan jawa, berkacamata, dan memiliki rambut sebahu berwarna hitam legam yang tiba-tiba membuka pintu Lab, "It is already 3 Pm anyways, may I help you?"

"Ah." Raut wajah seakan bingung dengan jari telunjuk yang sedikit terangkat, "I think, I-I enter the wrong room, sorry."

"Okay," balaku singkat.

"Nice T-shirt anyways," kemudian dia pergi begitu saja. Meninggalkan kesan pertama yang menggantung, namun memiliki sensasi yang berbeda di dalam jiwa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

K E L I N D A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang