jadi sebelum itu kalian pernah ga? kehilangan ayah kalian? kalo pernah berarti kalian itu sama seperti remaja bernama Zain Hervelion, remaja 16 tahun yang ditinggal ayahnya saat usia 7 tahun, kematian ayah Zain itu masih jadi misteri hingga saat ini...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*
*
*
*
*
*
*
Metro City, siang 12 Januari 2016
Di ruang bawah tanah-basement, tempat itu terlihat kotor, seperti tak dibersihkan selama beberapa tahun. Hanya ada kasur lusuh, meja kayu, kursi yang penyangganya patah sedikit. Tempat itu sangat kotor, banyak bekas perban di lantai, serta darah.
Dua pria ada di basement itu. Satunya sedang bermain ponsel, duduk di kursi rusak itu, sedangkan satunya memandangi jam dinding berkali-kali. Seperti sedang menunggu sesuatu.
Pria itu-Alam yang lelah melihat jam terus. Menghampiri pria satunya yang fokus main ponsel-Iqbal. "Iqbal, ayo berangkat! Udah waktunya," katanya dengan nada semangat.
Iqbal menatapnya, lalu memutar bola matanya malas. "Sabar dulu Alam, ini aja masih siang, gue masih nyari informasi tentang kejadian semalem, takutnya nanti ada masih ada polisi di sana," katanya dengan malas sambil menggerakkan jari-jemarinya mencari informasi di internet.
Alam mengernyitkan keningnya. "Lah! Enak dong kalo siang," katanya sambil meninggikan suaranya. "Ayo udah, Iqbal. Lagian lo takut banget sama polisi, lo aja kemarin menang adu tembak sama polisi," lanjutnya, Alam menyilangkan kedua tangannya di dada, seolah-olah menantang Iqbal.
Iqbal menatap tajam mata Alam, lalu ia berkata dengan lemas, "Yaudah dah, terserah lo aja, Lam." Iqbal mengalah.
Iqbal bangun dari kursinya itu, ia menaruh ponselnya di kantong celananya. Lalu, ia mengeluarkan sebuah masker dari tasnya. Masker itu jelas digunakan oleh mereka berdua untuk menyamar, dan tidak ketahuan oleh orang lain.
Setelah itu, tanpa lama lagi, Iqbal langsung menuju ke tangga basement untuk naik ke lantai atas. Meninggalkan Alam yang masih beres-beres, ia membawa satu tas, yang entah apa gunanya.
Setelah menunggu beberapa lama, mereka mulai keluar dari basement. Sekarang mereka di lantai atas yang sangat kotor, mereka ada di dalam sebuah rumah yang atasnya kosong, tapi ruang bawah tanahnya banyak barang.
Rumah ini merupakan rumah yang dibeli oleh Iqbal, hanya sebagai tempat persembunyian Alam. Dia sudah memikirkan ini semua sejak dulu. Dia benar-benar jenius.