"Aku sudah mendingan Mas."

"Baru mendingan belum sembuh." Kafka menyuruh Putri untuk kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Awalnya Putri hendak menolak, namun karena rasa pusing kembali ia rasakan ia urungkan niatnya itu. Ia menuruti keinginan Kafka.

"Sudah minum obat?" Tanya Kafka yang sudah duduk di samping Putri.

Putri mengangguk. "Maafkan aku yah Mas. Entah kenapa beberapa bulan ini aku sering banget sakit."

Kafka membelai pucuk kepala Putri, "Kenapa harus minta maaf? Wajarkan manusia sakit."

Putri mengangguk. Tapi tetap saja ia merasa tak enak karena disaat ia sakit itu berarti ia akan merepotkan Kafka.

"Kamu sudah makan?" Kafka beranjak dari duduknya.

"Sudah." Jawab Putri, ia mengalihkan pandamgannya dari arah Kafka yang tengah membuka pakaian kerjanya, entah kenapa meskipun mereka sudah menikah dan usia pernikahan mereka sudah berjalan beberapa bulan tapi tetap saja Putri tetap merasa malu bila harus melihat Kafka telanjang dada, apalagi lebih dari itu.

"Makan apa?" Kafka sudah mengganti kemeja kerjanya dengan t-shirt berwarna coklat muda.

"Roti."

"Mau aku masakan sesuatu?"

Putri menggeleng.

"Ya sudah kalau begitu kamu istirahat lagi saja. Aku ada di ruang kerja."

Putri mengangguk. Kafka pergi ke ruang kerjanya yang bersampingan dengan kamar mereka.

Setelah Kafka keluar dari kamar Putri malah sama sekali tidak bisa kembali memejamkan matanya. Ia menatap ke arah langit-langit kamar sambil memikirkan tentang pernikahanya dengan Kafka, memikirkan hal tersebut membuat kepala Putri terasa semakin pusing.

Suara adzan isya terdengar dari ponsel Putri yang ia taruh di atas meja dekat lampu tidur. 

Kafka kembali masuk ke dalam kamar, "Aku kira kamu kembali tidur," ucapnya pada Putri yang sudah bersiap untuk berwudhu.

"Pusing banget Mas. Jadi nggak bisa tidur." 

"Mau kuteleponkan dokter?"

Putri langsung menggeleng. "Tidak usah. Kalau besok masih pusing baru nanti aku akan berobat ke klinik." Putri sudah punya klinik langganan dan biasanya ia akan sembuh bila berobat kesana.

Kafka mengangguk. "Aku pergi ke masjid dulu." Ucapnya setelah berganti baju dengan koko berwarna putih dan sarung berwarna biru dongker.

Putri pun mencium punggung tangan Kafka dan Kafka mencium kening Putri.

***

Setelah melaksanakan salat isya Putri kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia menatap ke arah langit-langit kamar, berusaha untuk kembali memajamkan matanya namun usahanya gagal. Akhirnya Putri memilih beranjak dari atas temlat tidurnya, ia duduk di sofa panjang yang menempel pada rak buku berukuran sedang, rak buku yang sengaja Kafka belikan untuk menjadi tempat tinggal bagi novel-novel kesayangannya. Tak ada niatan bagi Putri untuk membaca novel karena kepalanya masih pusing. Ia hanya duduk sambil memeluk bantal sofa.

"Sudah habis." Gumamnya saat melihat ke arah kalender kecil yang bertengker manis di atas meja.

Pintu kamar terbuka, Kafka masuk dalam keadaan setengah basah, sepertinya ia kehjanan.

"Kok malah duduk disitu? Bukannya tidur?" Tanya Kafka saat melihat Putri yang duduk di sofa.

"Belum ngantuk, kenapa tidak bawa payung?"

"Aku kira tidak akan turun lagi hujannya." Kafka masuk ke dalam kamar mandi, bergegas mengganti pakaiannya yang basah.

"Kan bisa nunggu sampai hujannya reda. Mas malah hujan-hujanan." Putri kembali mengajukan Pertanyaan pada Kafka yang sudah keluar dari kamar mandi.

"Bukan hujan-hujanan sayang, tapi kehujanan." Jawab Kafka.

"Aku buatkan teh yah," Putri sudah hendak beranjak dari atas sofa, namun Kafka menahannya.

"Tidak usah, lebih baik sekarang kita tidur."

"Mas," Putri terperanjat kaget saat Kafka menggendongnya. "Aku bisa jalan sendiri nggak usah digendong."

Kafka mengabaikan ucapa  Putri, ia menggendong Putri hingga ke kasur.

"Jangan peluk yah." Ucap Putri pada Kafka yang hendak memeluknya.

"Kenapa?"

"Takutnya Mas kena flu juga."

Bukannya menuruti permintaan Putri, Kafka malah mengecup bibir Putri dan memeluknya dengan erat. "Insya Allah nggak akan nular."

"Tapi Mas..."

"Sudah tidur, ayo baca doa mau tidurnya." Ucap Kafka lembut sambil mengecup pucuk kepala Putri.

Bagaikan anak kecil Putri pun menuruti perkataan Kafka, ia membaca doa mau tidur. Dan kantuk pun akhirnya menyapanya.

TBC

29 Rajab 1445

Akhirnya pecah telur juga.

Adakah yang masih nunggu? Berapa lama kalian nunggu lanjutan cerita ini, komen yah biar aku tahu🤭🙏

Bukan Pernikahan Impian | ENDTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon