"Aku juga!" Sahut Kai sembari mengacungkan tangannya.

Jethro terkekeh kecil, kenapa yang ia jadikan sekutu selalu berumur lebih muda darinya. Ia jadi seperti mengurus anak jika begini.

"Aku akan menebus semua kesalahanku padamu!" Charles membungkukkan badannya pada Jethro. Mungkin inilah alurnya yang mengharuskan Charles melakukan ini.

Jethro sih tidak masalah, malah beruntung sekali dirinya memiliki pihak dari keluarga Gilleon dan Gideon.

"Lakukan dengan baik." Ucap Jethro sebelum dirinya melangkah masuk ke dalam mobil. Ia memutuskan untuk tidak bertemu Gideon dan yang lainnya untuk saat ini.

"Apa itu artinya iya?" Tanya Charles tanpa mengalihkan tatapannya dari mobil Jethro yang mulai menjauh.

"Tentu saja." Jawab Kai yang juga sedang menatap ke arah mobil Jethro yang sudah tak terlihat.

"Sedang apa kalian?" Gideon datang dari dalam rumah.

"Jethro, dia baru saja pergi." Jawab Charles.

Gideon terkejut akan itu, "Jethro datang kesini?!"

Charles dan Kai mengangguk, kemudian berlalu pergi dari sana meninggalkan Gideon yang masih terdiam.

Perasaan Gideon entah mengapa terasa aneh, "Jethro, apa yang akan kau lakukan sebenarnya?" Gumamnya.

Sikap Charles dan Kai terasa aneh menurutnya. Ia cukup penasaran dengan apa yang ketiganya obrolkan tadi.

***

Jethro keluar dari mobilnya setelah ia sampai di depan kantor polisi. Ia ingin mengunjungi seseorang disini.

"Saya ingin bertemu dengan Jace." Ucap Jethro pada salah satu petugas polisi begitu dirinya sudah masuk ke sana.

"Baik, mari saya antarkan tuan." Polisi itu menuntun Jethro untuk mengikutinya ke ruang jenguk para tahanan.

"Silahkan duduk disini, saya akan memanggilkan tahanan Jace sebentar." Ucap polisi itu lalu pergi setelahnya.

Jethro duduk dengan nyaman sembari menunggu kedatangan Jace, "Tempat tinggal yang bagus, Jace." Gumamnya dengan tawa kecil.

"Waktumu 15 menit." Jace datang dengan baju tahanan yang pria itu pakai. Kantung matanya menghitam dan badannya terlihat lebih kurus dibandingkan saat Jethro bertemu dengannya terakhir kali.

"Mau apa?!" Sinis Jace begitu ia duduk di hadapan Jethro yang dibatasi oleh kaca.

"Melihat adikku tentu saja." Jawab Jethro santai dengan senyum tipisnya.

"Hahaha, adik? Kau menganggap ku adik setelah memenjarakan ku?!" Seru Jace terlihat kesal.

Jethro tertawa pelan, "Saya lebih baik dibandingkan kakakmu yang satu itu, kau tahu?"

Jace hanya diam, "Kenapa dia tidak datang menjengukku?" seingatnya Jayden belum pernah datang kesini untuk menjenguknya.

"Dia belum menemuimu sampai sekarang? Kakak yang buruk." Jethro menggelengkan kepalanya pelan.

"Tapi tenang saja, saya sudah menghukumnya." Lanjutnya.

"Menghukum kakak? Apa yang kau lakukan?!" Tanya Jace terdengar was-was.

"Kau tahu permainan golf? Saya memukul kakakmu persisi seperti itu." Jethro menatap Jace sembari memperagakan gaya permainan golf disaat memukul bolanya.

"A-apa maksudmu?" Jace menatap tak percaya pada Jethro.

"Kepala kakakmu mengeluarkan banyak sekali darah setelah aku memukulnya." Lanjut Jethro dengan santai.

Kedua tangan Jace bergetar begitu mendengarnya, "A-apa yang lainnya tahu?"

"Tidak, hanya dirimu. Ini adalah rahasia diantara kita berdua, okey?" Jethro mendekatkan wajahnya pada kaca yang membatasi jarak keduanya.

Jace menggeleng tak percaya, ia takut.

"Saya benci pengkhianat Jace." Ujar Jethro tiba-tiba.

Apakah pria dihadapannya ini sedang memberinya peringatan? Pikir Jace.

"Saya bisa melakukan hal yang lebih kejam untuk mereka yang mengkhianati ku, kau tahu?" Itu artinya, Jethro memperingati Jace untuk tidak memberitahukan tentang hal ini pada siapapun.

Jace reflek mengangguk begitu mendengarnya, entahlah ia tiba-tiba saja menjadi patuh pada pria ini.

"Jangan biarkan siapapun mengeluarkan mu dari sini selain saya." Tekan Jethro yang yakin Jace tahu apa maksudnya.

Jace mengepalkan kedua tangannya di bawah meja. Pria ini pasti sudah mengetahui rencana sang mommy untuk mengeluarkannya.

"Tunggu saja disini, Jace. Kau akan lebih aman berada disini dibandingkan dengan diluar." Karena jika diluar, Jethro akan memburunya habis-habisan.

"Waktunya sudah habis, ayo kembali." Petugas polisi membawa Jace yang tengah melamun untuk kembali ke sel tahanannya.

Jethro mendadahi Jace yang mulai menghilang di balik pintu.

"Baru segini saja, mereka sudah takut." Tawa Jethro terdengar keras di sana.

***

Beberapa hari ini, Jethro tengah disibukkan dengan urusannya di kantor bersama dengan Kaivand yang juga membantunya. Perusahaan cabang yang dulunya hampir menuju ambang kehancuran karena Jayden, sudah berkembang dengan pesat atas usahanya selama ini.

Dering telepon terdengar disaat Jethro tengah sibuk-sibuknya membaca dokumen ditangannya.

"Halo, Opa." Ucap Jethro begitu tahu Gillmore yang meneleponnya.

"Jethro, sebentar lagi akan diadakan pertemuan para pemegang perusahaan cabang." Suara Gillmore terdengar dari sebrang sana.

Jethro tersenyum tipis mendengarnya, "Jadi, haruskah aku pulang?"

"Ya, tentu saja. Pulanglah cepat, pertemuannya akan diadakan di kantor pusat."

Jethro mengangguk walaupun Gillmore tidak melihatnya, "Baiklah."

"Jangan lupa! Yang lainnya merindukanmu."

"Hm, aku mengerti."

"Yasudah." Gillmore menutup panggilannya.

Jethro menyandarkan punggungnya di kursi, lalu mencari kontak seseorang di ponselnya untuk dihubungi.

"Yo, tuan! Ada apa kali ini?" Suara itu adalah seseorang yang selama ini melakukan perintah Jethro karena dibayar.

"Bagaimana jika membuat seseorang sekarat?" Balas Jethro.

"Wah wah, tugas ini terdengar sangat berbeda dibandingkan yang lainnya, ya?"

"Lakukan pada orang ini, dan jangan membunuhnya." Suruh Jethro.

"Ya ya baiklah, tapi bayaran kali ini tentu saja akan lebih besar."

"Saya tahu, lakukan dengan baik." Ucap Jethro lalu menutup panggilannya.

Jethro menyugar rambutnya kebelakang, "Tanganku sudah terlanjur dilumuri darah." Ucapnya dengan tawa.

To Be Continued

Jangan lupa vote + comment nya ya! (‐^▽^‐)

🍉🍉🍉

Game OverOù les histoires vivent. Découvrez maintenant