9. Ayam Kesayangan

Start from the beginning
                                    

"Gue abis nugas. Tiap minggu dapet tugas fotografi. Jadi gue keliling di jalanan buat nyari moment yang pas buat dijepret."

"Sekalian aja jadi tukang foto keliling."

Ilham mendengus. Ia jadi teringat dengan kejadian tadi sebelum ia datang ke markas Drax. "Gue emang abis digituin sama ibu-ibu di jalan tadi. Nih lihat sampai kaos gue robek dikit."

Mendengar jawaban Ilham yang terlalu ambigu, Gala bertanya memastikan sembari mengamati ujung kaos Ilham yang memang ada sedikit bagian yang robek. "Digituin apaan? Dilecehin?"

"Woi!" teriak Ilham kaget. Ia tidak habis pikir dengan arah pemikiran Gala yang terlalu jauh. "Maksud gue, tadi di jalan waktu ketemu ibu-ibu gue disangka tukang foto keliling. Udah gue bilang bukan, tapi masih ditarik-tarik katanya nanti gue bakal dibayar lebih kalau mau ikut dia."

"Ikut ke... Oyo?"

Ilham menyikut perut Gala emosi. Tebakan Gala benar-benar ngawur. "Anjing! Lo dengerin dulu kek penjelasan gue!"

"Lama."

Gala kembali fokus dengan kegiatan melukisnya. Sementara Ilham sibuk klarifikasi sebelum apa yang ia ceritakan pada Gala barusan menyebar menjadi gosip yang tidak-tidak di grup chat anak Drax.

Pasalnya, meski terlihat diam dan tidak peduli, Gala suka menyebar gosip yang aneh-aneh tentang dirinya. Terakhir Gala mengatakan kalau dirinya menyukai sesama jenis. Hanya karena cowok itu tidak sengaja melihatnya memakai jaket yang sama dengan jaket yang Dewa--abang Riri sekaligus cowok yang juga mengejar Nenda--kenakan saat di kampus.

Padahal fakta yang sebenarnya terjadi adalah Ilham membeli jaket couple untuk dirinya dan Nenda. Sayangnya, tanpa sepengetahuannya, ternyata Nenda justru memberikan jaket pemberiannya itu pada Dewa. Alhasil yang memakai jaket couple tersebut bukan ia dan Nenda. Melainkan ia dan Dewa.

"Jadi saudara ibu-ibu itu lagi hajatan, tapi fotografer yang udah disewa nggak datang-datang. Acaranya udah mau mulai, makanya pas lihat gue bawa kamera di pinggir jalan langsung diseret. Untung gue berhasil kabur."

"Kenapa nggak lo bantuin aja sih? Kasian," sahut Gala.

"Bukannya gue nggak mau bantu. Ini masalahnya tugas gue deadline-nya jam delapan tadi. Sementara foto yang gue dapetin masih kurang banyak," jelas Ilham. "Kalau bukan karena deadline tugas gue pagi-pagi kayak gini, sekarang gue juga nggak bakal mampir ke sini setelah ngumpulin tugas ke kampus."

"Oh."

Ilham tidak tinggal diam saat Gala kembali melanjutkan kegiatan melukisnya tanpa memedulikan ocehannya. Ilham tetap mengoceh. Sesekali juga memberikan komentar terhadap lukisan cowok tersebut. Sampai di mana Gala benar-benar emosi.

"Lo bisa diem nggak, Ham? Gara-gara lo lukisan gue jadi jelek!"

"Apa hubungannya? Gue cuma ngomong. Nggak ngerecokin tangan lo yang lagi ngelukis sama sekali." Ilham berbisik menggoda. "Apa tangan lo gemeter gara-gara gue duduk di sini? Kan kata lo gue nggak suka cewek."

Gala menjatuhkan tatapan datar pada Ilham di sebelahnya. "Bacotan lo bikin gue nggak fokus."

"Aww... jadi lo beneran salah tingkah nih, Gal?" goda Ilham sembari mengerlingkan mata jahil.

"Anjing!"

Tawa ngakak Ilham menggelegar ke seluruh sudut ruangan. Rasanya puas sekali menjahili Gala seperti ini. "Pantesan bocil takut balik, Gal. Lo aja masih suka marah-marah kayak gini."

Ya, selain Gala, Ilham memang ikut memanggil Riri dengan sebutan 'bocil'. Pasalnya sewaktu mereka masih SMA dan satu sekolah, Ilham memang lumayan akrab dengan Riri yang waktu itu masih berstatus sebagai pacar Gala. Ilham juga sudah menganggap Riri seperti adiknya sendiri. Begitu juga dengan Alan dan Akbar. Meskipun di beberapa keadaan Gala bisa ngamuk mendengar ada orang lain, selain dirinya memanggil Riri dengan panggilan 'bocil'.

FAVORABLEWhere stories live. Discover now