1. Mother for Matteo

32K 2.1K 207
                                    

"Panglima, ada seorang wanita yang bersedia menjadi ibu susu bagi Pangeran Mahkota." Ucap Declan, ketua kelompok prajurit yang baru diangkat jabatannya beberapa jam lalu.

Bak mendapat durian runtuh di musim panceklik, Calix menyambut dengan senyum tipis di wajahnya. "Siapa dia? Mengapa kau tak langsung membawanya ke istana?"

Declan menunduk. "Wanita itu mengajukan satu syarat yang tidak bisa saya putuskan sendiri untuk setuju. Saya menunggu keputusan anda, Panglima."

Kening Calix bergelombang sesaat, ia bukan hal aneh jika seseorang meminta imbalan atas jasa yang dilakukannya di masa sekarang. "Apa syarat yang diajukannya?"

"Wanita itu bersedia datang ke istana dan menjadi ibu susu Pangeran jika dia dan kedua anaknya diperbolehkan tinggal di istana sampai keturunan dari keturunan anak-anaknya mendatang." Ujar Declan memberitahu.

"Aku tidak bisa mengambil keputusan begitu saja tanpa berdiskusi dengan Kaisar, tapi..." sebelum memutuskan, Calix lebih dulu menoleh ke arah Matteo yang saat ini masih tertidur pulas dengan Mirela yang duduk terkantuk-kantuk disebelah ranjang gantung Matteo.

Matteo bisa saja bangun dan menangis, entah beberapa menit, jam, atau berjam-jam kemudian. Calix harus segera mengambil keputusan demi Matteo.

"Baiklah, panggil dia ke istana." Putus Calix memilih menyetujui syarat dari wanita tersebut.

Declan mengangguk, setelah memberi salam penghormatan pada Calix dia pergi mendatangi wanita tadi dan mengabari kalau pihak istana setuju untuk menampung dirinya beserta dua anaknya tinggal di istana sampai keturunan-keturunannya yang akan datang.

"Begitukah?" wanita tersebut mengulas senyum tipis.

Declan yang berdiri di depan pintu rumahnya mengangguk atas pertanyaan wanita tersebut. "Panglima sendiri yang memintamu segera datang."

"Baiklah," wanita itu bangkit sambil menggendong bayi laki-lakinya yang baru berumur dua bulan lalu berseru memanggil satu lagi anak perempuannya yang berumur lima tahun. "Aisha, kemarilah. Cepat bawa mainanmu, kita akan pindah ke rumah baru."

"Kita akan pergi kemana, ibu?" gadis kecil dalam balutan gaun katun menggemaskan warna biru itu bertanya.

"Jangan banyak tanya, cepat bawa saja satu mainanmu!" Ujar wanita tersebut lalu berjalan keluar rumah diikuti oleh Declan.

"Baik ibuuu!" gadis kecil bernama Aisha itu lekas memeluk boneka isi beras buatan mendiang ayahnya lalu mengikuti langkah sang ibu.

Diperjalanan orang-orang nampak berbisik tentang wanita tersebut. Declan mendengar dengan jelas apa yang orang-orang katakan, dia tidak mungkin mengabaikannya begitu saja karena punya sepasang telinga yang masih berfungsi dengan baik.

"Yang benar saja? Wanita penghibur itu sungguh dijadikan ibu susu untuk Pangeran Mahkota?"

"Ewhhh, lihat cara berpakaiannya."

"Ck! Benar-benar wanita murahan!" timpal yang lainnya.

"Tidak sekalian saja dia copot penutup dadanya itu, gemas sekali aku melihatnya!"

Wanita itu mendengar segalanya tetapi dia abai dan tetap berjalan. Declan juga sama, mencoba untuk pura-pura tidak dengar walaupun yang dikatakan orang sekitar tentang wanita itu benar adanya. Terutama cara berpakaiannya yang seolah menunjukkan identitas wanita tersebut.

Wanita penghibur.

"Mengapa Anda melambatkan langkah, Tuan Declan?" wanita itu menegur Declan yang sempat kehilangan fokus.

Declan menggeleng. "Tidak, tidak ada apa-apa, Madam."

"Kalau begitu ayo, ambil jalan di depanku dan tunjukan jalan yang benar menuju istana." Kata wanita tersebut seraya berhenti berjalan sehingga Declan kini berada di depan dan memimpin.

The Shadow Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang