5. Para pembuat ikatan

292 23 0
                                    

Setelah beristirahat selama 2 hari kurasa sekarang aku dalam kondisi sepenuhnya sehat. Itu sebabnya aku kembali ke kampus untuk mengikuti kuliah seperti sebelum-sebelumnya. Itu rencanaku, menjalani keseharian normal. Sayangnya begitu melewati gerbang, kulihat kekacauan yang tidak asing.

Beberapa mahasiswa yang bisa dipastikan seluruhnya adalah alpha bersikap layaknya binatang liar dalam masa birahi. Mereka berusaha menuju ke 1 titik, tempat seorang omega yang terduduk di tepi halaman. Theo di sana, mencoba mengamankannya sementara mahasiswa lain yang tak terpengaruh feromon si omega bersusah payah menenangkan para alpha.

“Sial! Feromonnya kuat sekali.” Itu suara Luki.

Aku menoleh ke belakang. Memang ada Luki berdiri tidak jauh dariku. Dia tampak mati-matian menenangkan diri. Tidak lama, Ayu muncul bersama 2 dayang perempuannya.

“Bantu Luki pergi dari sini.” saranku pada Ayu.

“Membantunya pergi?”

“Kau tidak ingin suamimu bersetubuh dengan perempuan lain kan? Atau bahkan membuat ikatan dengan omega di sana. Bantu dia pergi sebelum itu terjadi.”

Bukannya melakukan sesuai saranku Ayu justru terdiam dengan wajah bingung. Begitu pun dengan kedua perempuan di sampingnya.

“Seret Luki pergi dari sini, Ayu. Lakukan bersama 2 temanmu itu. Kalian bertiga cukup kuat untuk melakukannya.”

“Ha?”

“Secepatnya! Sekarang!” tegasku yang akhirnya berhasil membuat ketiga perempuan itu bergerak, menarik Luki pergi meninggalkan area kampus. Di saat yang sama, Luki berusaha memberontak tapi untungnya berhasil diseret pergi.

Selesai dengan urusan Luki-Ayu, aku berjalan mendekati Theo yang diserbu beberapa alpha. Dia jadi serupa burung yang melebarkan sayap untuk menutupi si omega. Segera kutarik salah 1 alpha yang nyaris membobol pertahanannya. Kusingkirkan.

“Gabriel?” Theo membulatkan kedua matanya begitu melihatku.

“Tumben kau tidak bisa menyelesaikan masalah sendirian.” gumamku.

“Terlalu banyak alpha yang kehilangan kendali karena feromon wanita ini terlalu kuat.”

“Aku akan membantumu. Jadi cepat bawa dia pergi.”

“Tapi bukankah kau juga alpha, Gabriel? Kenapa kau sama sekali tak terpengaruh? Itu hanya bisa terjadi kalau kau sudah membuat ikatan dengan seseorang.”

“Apa pentingnya membahas itu sekarang? Cepat pergi selagi ada kesempatan!”

“Terserahlah. Yang penting kau bisa membantu.”

Memang harus begitu. Tidak ada gunanya meributkan hal lain. Wanita itu harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan. Juga agar sekian alpha di sekitar kami menjadi tenang.

***

Sejam lewat sejak keributan yang terjadi di halaman kampus. Kegiatan kuliah kembali normal. Aku berada di dalam kelas dan Theo baru saja tiba di sampingku. Dia telat, memang. Tapi bisa dimaklumi karena semua juga tahu dia menjalankan tugas pahlawan seperti yang biasa ia lakukan.

“Lancar?” tanyaku, basa-basi.

“Ya.” Syukurlah, “Aku heran dengan kejadian beberapa hari terakhir. Terlalu banyak omega yang menguarkan feromon akibat tidak meminum obat. Kalau birahi pertama bisa kumaklumi, karena mungkin mereka belum paham tentang birahi dan semacamnya. Tapi kalau sudah berstatus sebagai mahasiswa tidak mungkin belum paham kan?”

Biasanya kekacauan seperti tadi lebih sering terjadi di SD dan SMP, memang.

“Kudengar kadang birahi pada wanita tidak selalu terjadi secara teratur. Mungkin gara-gara itu mereka tidak tahu kapan harus meminum obat.” jawabku.

“Setidaknya mereka harus selalu membawa obat untuk jaga-jaga.”

Mau bagaimana lagi kan. Dibanding berjaga-jaga terkadang manusia lebih memilih sikap masa bodoh.

“Tapi Gabriel, aku masih penasaran kenapa kau tidak terpengaruh feromon omega.”

Bahasan itu lagi.

“Kau... diam-diam punya pacar dan sudah membuat ikatan dengan pacarmu?” tebaknya.

“Apa harus kujawab?”

“Tidak juga. Aku hanya penasaran.”

Tidak dijawab pun sebenarnya dia sudah mendapatkan jawabannya, meski kurang tepat. Dia benar, aku sudah membuat ikatan. Bukan dengan pacar melainkan suami, yang masih di bawah umur. Abmoral.

“Aku sudah membuat ikatan dengan seseorang saat SMP.” akunya.

Ha?

“Rasanya agak berat menyimpannya sendiri. Makanya sekarang kuceritakan padamu.” Tambahnya.

“Saat SMP?”

Dia mengangguk. Geni saja sudah SMA dan tetap terhitung di bawah umur. Theo malah...

“Terjadi secara tidak sengaja pada birahi pertamaku. Aku ketakutan sendiri akibat kejadian itu.”

Bisa kumengerti. Membuat ikatan bukan perkara enteng bahkan untuk yang sudah dewasa.

“Akhirnya aku menjalani manipulasi DNA agar dari seorang alpha berubah menjadi beta.”

“Memangnya ada manipulasi semacam itu?”

Dia tertawa, pelan, sebisa mungkin agar tidak didengar yang lain karena sekarang kuliah masih berlangsung.

“Aku hanya dibohongi agar bisa tenang.” Jelasnya, “Yang sebenarnya, karena sudah membuat ikatan aku jadi tidak terpengaruh feromon omega lain.”

“Lalu bagaimana dengan orang yang sudah terikat denganmu?”

“Kami baru bertemu kembali. Rencananya aku akan bertanggung jawab. Akan kunikahi dia begitu pendidikan kami selesai.”

“Ho.”

“Bagaimana denganmu? Masih ingin merahasiakannya dariku?”

Sial!

“Aku baru mengikat mate-ku.” Akhirnya aku mengaku.

“Whoaa... kau berhasil bertemu mate-mu. Selamat.”

“Terima kasih.”

“Artinya Luki akan sepenuhnya patah hati.” Ha? “Kau sadar kan dia menyukaimu? Sebelumnya masih ada harapan karena kau sekadar mengabaikan perasaannya. Tapi sekarang, kau sudah bersama orang lain.”

“Jangan melupakan Ayu.”

Lagi-lagi dia tertawa.

***

13:54 wib
29 Oktober 2023
reo

GravityWo Geschichten leben. Entdecke jetzt