Lima - Hari ketiga

Start from the beginning
                                    

Namun, reaksi San justru membuat Hongjoong tertawa gemas, kesempatan bagus, ia bisa memanfaatkan ini untuk mengalihkan topik. Surai San, ia usap dengan lembut. "Lanjutkan lukisanmu, dua puluh menit lagi kita pulang, akan aku belikan strawberry smoothie di perjalanan nanti."

San mengangguk, kembali duduk dan melanjutkan lukisan yang sebentar lagi selesai, untuk detail tambahan bisa ia lanjutkan besok sesuai keinginan Hongjoong agar ia tak kelelahan. Pipi San menghangat, perhatian yang Hongjoong berikan selalu memberinya kehangatan.

Hongjoong sendiri sudah kembali pada posisi awal, menatap lautan. Masih merutuki diri sendiri karena sudah ceroboh, untung saja San tidak curiga dan dapat teralihkan dengan cepat.

Waktu pertemuan akhirnya tiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Waktu pertemuan akhirnya tiba. Dengan langkah berat Hongjoong berjalan memasuki hutan, sesekali helaan napas terdengar mengiringi langkah, sampai tiba di sisi lain, ia mengernyit kala netranya menangkap benda asing yang tak seharusnya ada di sana.

Menyebutnya benda asing mungkin terdengar berlebihan, tetapi perahu itu sebelumnya tak ada. Bagaimana bisa Seonghwa mendapatkan perahu seperti itu? Bentuknya sedikit aneh, seperti perahu nelayan jaman ... dulu?

Dari mana pria aneh itu mendapatkannya? Karena setahunya, perahu itu tak ada di daerah Korea mana pun, semua nelayan sudah memakai perahu yang lebih modern, bahkan kebanyakan memakai kapal besar yang dapat menangkap lebih banyak ikan.

Kesampingkan dulu dari mana asalnya. Kini otak Hongjoong dipenuhi pertanyaan mengenai apa yang akan Seonghwa lakukan dengan perahu tersebut?

"Hongjoong? Kamu sudah datang ternyata. Apa yang kamu lakukan? Kemarilah, jangan hanya berdiri diam di sana."

Suara Seonghwa, menarik kembali Hongjoong pada kenyataan, berjalan mendekat walau terkesan segan melalukannya. Netranya terfokus pada perahu, jangan bilang Seonghwa akan memintanya menaiki itu.

Namun, ketika sampai di dekat Seonghwa, pria itu hanya mengajaknya untuk duduk. Menanyakan apakah ia sudah makan, tentu saja langsung Hongjoong iyakan. Setiap akan kemari, ia memang sengaja makan malam lebih awal.

Dapat Hongjoong lihat Seonghwa menggerutu dan membuka kotak bekal yang dibawa, mengeluarkan roti lapis, dan memakannya dalam diam.

"Hongjoong mau," tawar Seonghwa sekali lagi setelah menghabiskan roti lapis yang pertama, tapi gelengan yang ia dapat, dengan sedih ia memakan roti lapis keduanya yang sengaja ia siapkan untuk Hongjoong.

Selepas Seonghwa makan, keduanya hanya diam menatap lautan.

Hongjoong berpikir, mungkin ia terlalu berlebihan, ia pikir Seonghwa akan memintanya melakukan sesuatu dengan perahu itu, tetapi sejak tadi mereka hanya diam, bahkan sampai dua jam kemudian.

Pukul tujuh, suasana mulai gelap. Ya tak bisa dibilang sepenuhnya gelap karena cahaya lampu dari kota sampai ke tempat ini, dan lentera yang selalu Seonghwa bawa menambah terang suasana.

Our Destiny . JoongHwaWhere stories live. Discover now