꒰ Part 01 ꒱

12 1 0
                                        

˚ ༘♡ ·˚꒰ part 01 ꒱ ₊˚ˑ༄

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

˚ ༘♡ ·˚꒰ part 01 ꒱ ₊˚ˑ༄

“Anjing, mati lo!”

Teriakan itu menarik perhatian Tisa. Belum sempat Tisa mencerna apa yang terjadi, seorang cowok tiba-tiba terpelanting menabrak meja di hadapannya. Ringisan pelan keluar dari bibir Tisa lantaran nyeri menyerang lututnya yang terkena kaki meja.

“Woi, Rana! Stop, Anjing! Lo mau bunuh orang, hah?!”

Tisa berdiri dan menarik mundur kakinya dengan tertatih-tatih, menjauhi dua orang yang sedang berkelahi di samping kursi yang ia tempati. Tangan Tisa gemeteran menyaksikan bagaimana cowok beranting hitam itu menghajar wajah cowok yang ia duduki hingga babak belur. Suasana makin mengerikan karena hanya terdengar suara pukulan keras yang bertubi-tubi.

“Stop, Tolol!”

Kemudian cowok beranting hitam bernama Rana ditarik kasar, dan sempat menendang sisi tubuh lawannya yang terbaring tidak berdaya dengan wajah penuh luka.

“Minggir!”

Sepasang manik Tisa mengikuti pergerakan Rana yang kembali mendekati korban bogem mentahnya guna mengambil handphone dari saku celana. Tatapan Tisa bergetar ketika Rana mengangkat wajah, menatapnya dengan mata rubah yang masih memancarkan amarah. Tisa lantas menunduk saat pandangan Rana turun dan kerutan halus muncul di glabela cowok itu.

Mungkin.. Rana merasa terganggu dengan keberadaan Tisa yang terang-terangan mengamatinya?

Pemikiran itu melintas seolah menyadarkan Tisa yang terdiam, dengan cepat Tisa meraih susu pisang berkemasan botol gemuk —yang urung ia nikmati di sana— kemudian berjalan melewati sisi kiri meja.

“Kasih ke BK, tuh Anjing ngerekam cewek-cewek yang lagi ganti baju di toilet,” ujar Rana seraya melempar handphone yang ditangkap Amar dengan baik.

“Gue kira lo udah hilang waras tiba-tiba ngebantai anak orang,” kelakar Amar.

Tidak ada sahutan dari Rana karena cowok itu sudah melangkah meninggalkan kantin. Sepasang netra berwarna zamrud yang tampak mencari-cari, dan langkahnya kian cepat setelah mendapati figur mungil seorang siswi berjalan pincang di koridor.

“Ikut gue.”

Tisa nyaris menjerit saat tangan besar  melingkupi pergelangannya. Melihat sang empunya yang tidak lain adalah Rana, membuat Tisa syok hingga melupakan menghirup napas beberapa saat.

Sedangkan Rana agak mengeratkan genggamannya ketika merasakan bagaimana pergelangan mungil itu mulai gemetar.

Cewek ini jelas takut padanya. Sudah pasti begitu.

˚ ༘♡ ·˚꒰🦊🐰꒱ ₊˚ˑ༄

Handphone disaku kembali diraih guna memeriksa notifikasi, dan Tisa menghembuskan napas gusar karena tidak ada satupun pesan muncul dari aplikasi ojek online. Masih berdiri di samping pos satpam, Tisa memandangi hujan yang derasnya menjadi alasan kenapa aplikasi hijau itu tidak kunjung memiliki notifikasi.

Jika saja Tisa menerima tawaran Cendana, mungkin saat ini dirinya sudah bersantai di balik selimut ditemani musik dari Joe Hisaishi untuk menyelami alam mimpi. Sayangnya, Tisa terpaksa menolak karena harus melakukan piket kelas —yang sebetulnya wajib dilakukan di pagi hari— sebab ia datang beberapa menit sebelum bel sekolah berdering, nyaris dihukum oleh guru piket.

Deru motor membawa Tisa sadar dari lamunan. Sebuah motor sport hitam berhenti di hadapannya, Tisa mengamati bagaimana pengendaranya turun untuk berlari mendekat sembari menarik kaca helm, dan sepasang manik berwarna zamrud yang dibingkai bulu mata hitam lentik menampakkan keindahannya.

Tisa mengerjap melihat Rana berdiri menjulang dihadapannya.

“Pake, cepet,” titah Rana menyodorkan hoodie hitamnya pada Tisa.

Decakan sebal terdengar, bahkan kesabaran Rana tidak mencapai ketebalan kamus lengkap 100 juta. Lantas bergerak memakaikan hoodie pada Tisa yang membuka mulut hendak bersuara, namun, urung dengan pandangan menunduk.

Rana melipat ujung-ujung tangan hoodie membebaskan tangan Tisa, melirik sejenak ke bawah, mendengus geli melihat ujung hoodie-nya ternyata menutupi nyaris sampai lutut cewek itu.

Ternyata semungil ini, Rana membatin dengan tangan mengepal erat.

“Cepet naik kalo nggak mau gue tinggal.”

Beruntung Tisa tidak kembali mengalami imbesilitas, segera mengikuti Rana setelah menutupi kepala dengan tudung. Tisa menerima uluran tangan Rana, dan berhasil duduk di motor tinggi tersebut. Kemudian sepasang murid itu melaju meninggalkan area sekolah dibawah hujan yang masih setia membasahi bumi.

˚ ༘♡ ·˚꒰🦊🍒🐰꒱ ₊˚ˑ༄

selesai ditulis, kamis, 26 oktober 2023.

haiii..

maaf untuk kata umpatan yang ada disini, jangan ditiru ya, wkwk

karakter-karakter disini walaupun dgn latar lokal, tapi figurnya aku buat kayak manga shoujo yang punya variasi soal warna rambut dan warna mata, jadi jangan merasa aneh haha

p.s. ini cerita ringan

tinkermoon 🍒

ObfuscateWhere stories live. Discover now