"Oke."

***

Hari berganti tanpa terasa, hari esok telah berganti hari ini. Vallen sudah membuat janji dengan Deon, untuk  menemaninya menjenguk ibunya yang saat ini di kantor polisi. Vallen sudah tahu di kantor mana ibunya ditahan. Ia juga mendengar jika ayahnya kembali sakit dan saat ini dirawat di rumah sakit. Jadi, setelah ia menjenguk sang ibu, ia akan mengunjungi ayahnya, Hendra.

"Ayah, Vallen akan bermain dengan Deon, boleh, kan?"

"Tentu saja, boleh."

"Terima kasih, Ayah. Nanti sore, Vallen usahakan pulang."

Hugo mengelus kepala Vallen dengan sayang, "Iya, tidak perlu terburu-buru, bersenang-senanglah," setelah mengucapkan itu, Hugo menunjuk ke pipinya. Vallen tentu saja tahu dengan kode sang ayah, tapi ia tetap masih merasa sedikit malu. Jadi, Vallen mencium pipi ayahnya dengan gerakan kilat. Setelah berbalik, Vallen melihat kakak kembarnya yang saat ini melihat ke arahnya, seperti menginginkan sesuatu? dan terus menatap ke arahnya. Vallen hanya bisa heran, apakah kakaknya juga ingin dicium?

"Emm, Kakak menginginkannya juga?" tanya Vallen, tapi si kembar tidak menjawab dan terus menatap ke arah Vallen. Setelah tinggal bersama dengan si kembar, Vallen sedikit demi sedikit bisa memahami arti tatapan sang kakak. Vallen berjalan perlahan ke arah kakak kembarnya lalu secara bergiliran mencium pipi sang kakak.

Si kembar yang awalnya menatap cemburu ke arah sang ayah, saat ini mulai tersenyum. Walaupun mereka hanya menarik sedikit sudut mulut mereka. Bisa dilihat suasana hati si kembar terlihat lebih baik.

"Ayah, Kakak, Vallen pergi dulu, ya. Deon sudah ada di depan jadi Vallen akan keluar sekarang."

"Hati-hati," ucap si kembar secara bersamaan.

Setelah Vallen hilang dibalik pintu mansion, Hugo menginstruksikan pada bodyguard yang selalu mengawasi anak bungsunya, Vallen.

"Lindungi dan awasi putraku, aku tidak ingin ada sesuatu yang terjadi padanya, nyawa kalian taruhannya."

"Baik, Tuan."

Vallen tidak tahu jika rencana kunjungan pada sang ibu tanpa sepengetahuan keluarganya akan tetap diketahui oleh Hugo dan yang lainnya. Vallen tidak tahu jika semua gerak-geriknya akan selalu diawasi Martinez karena semua itu demi keamanannya sendiri. Jadi saat ini pun Vallen diawasi dan di bawah perlindungan Martinez. Walaupun Vallen sama sekali tidak mengetahuinya atau lebih tepatnya belum mengetahuinya.

***

Di perjalanan menuju ke kantor polisi, Vallen dalam suasana yang tidak enak dan ia merasa gugup. Bagaimanapun, kata kantor polisi membawa kesan tidak nyaman bagi siapapun.

Deon memutuskan untuk turun di sebuah taman. Jika nanti mereka akan pulang, ia akan mengabari supirnya untuk menjemput. Saat ini, Deon ingin menghibur Vallen supaya terlihat lebih tenang dan santai sebelum mereka pergi untuk menjenguk Ibu Vallen. Deon membelikan temannya es krim rasa kombinasi.

"Terima kasih, De."

"Sama-sama."

Jarak menuju kantor polisi tidaklah jauh dari tempat mereka berada. Vallen dan Deon memutuskan untuk berjalan kaki saja. Keduanya berjalan sembari menghabiskan cup es krim di tangan mereka.

Di perjalanan, mereka melihat seorang kakek-kakek yang mendorong gerobak bakso di jalan yang menanjak dan terlihat kepayahan. Jadi, Vallen dan Deon berinisiatif untuk membantu sang kakek. Mereka melihat kakek itu sudah tua dan masih harus bersusah payah mendorong gerobak bakso di jalan yang menanjak pasti sangatlah berat. Deon mengambil alih gerobak, Vallen membantu mendorong gerobak di sampingnya.

"Tenang, Kek, biar Deon saja yang membawanya. Kakek cukup berjalan saja, ini pasti berat. Biarkan Deon dan Vallen saja, kami masih muda dan kami kuat, jadi Kakek cukup berjalan di samping kita saja."

"Terima kasih, ya, Den. Kalian anak yang sangat baik."

Deon dan Vallen tersipu malu saat dipuji sang kakek.

Sampai ada kejadian yang tidak terduga, Deon yang asik berbincang dengan Vallen dan si Kakek, lupa jika setelah jalan menanjak ada kemungkinan jalan menurun.

Di saat asik ngobrol itu, Deon tidak menyadari jika setelah itu, jalan berubah menjadi turunan. Deon yang tidak siap, tentu saja terkejut karena gerobak yang tertarik gaya gravitasi dan meluncur dengan cepat di jalan menurun. Deon mencoba mengimbangi laju gerobak tapi Deon tetap kewalahan untuk menghentikan laju gerobak bakso yang terlalu cepat.

"VALL! VALL! INI GEROBAK TERLALU CEPAT!"

"DE! DE! TAHAN!"

"VALL, AKU TIDAK BISA!"

Akhirnya tangan Deon yang memegang gerobak tidak bisa menahan laju gerobak yang meluncur dengan cepat. Jadi, Vallen, Deon dan kakek pemilik gerobak hanya bisa pasrah melihat gerobak bakso yang meluncur sendiri di jalanan menurun. Gerobak itu berhenti  setelah jatuh terguling ke pinggir jalanan. Untung saja, sewaktu itu, tidak ada kendaraan yang melintas jadi tidak ada kecelakaan lain.

"Gerobak saya," ucap lirih sang kakek.  Si kakek tidak tega memarahi kedua remaja yang telah berinisiatif baik untuk membantunya. Jadi, ia hanya bisa meratapi gerobaknya yang sudah tergeletak di pinggir jalan dengan kondisi yang mengenaskan, pancinya telah terlempar dengan bakso berserakan.

Deon dan Vallen membeku dan merasa bersalah dan tidak enak. Keduanya melihat ke arah sang kakek. Mereka tidak menyangka jika niat baik mereka akan berakhir seperti ini. Apalagi melihat wajah kakek pemilik bakso yang terlihat sedih.

Deon dan Vallen saling memandang.

'De seharusnya kamu pegang dengan erat!'

'Gerobaknya meluncur terlalu cepat!, aku tidak bisa menahannya!'

Mungkin seperti itulah arti tatapan dari keduanya.

###

Vallen up ya 🤭

Adegan di atas terinspirasi dari pengalaman bapak Inay. Setiap diceritain, Inay pasti bakalan ngakak. 🤣🤣🤣
Padahal udah diceritain berkali-kali tapi tidak pernah gagal membuat Inay tertawa.

Tapi bapak Inay dagang nasi goreng 😁

Berikan komentar kalian donk.
Gimana Vallen? 😁

Btw, selamat datang bulan Oktober, semoga lebih baik dari bulan kemarin 🤗

1 Oktober 2023.

Another Cannon Fodderحيث تعيش القصص. اكتشف الآن