22. Salia

12.3K 652 44
                                    

Sudah tamat di aplikasi KARYAKARSA dengan nama pena [AYUTARIGAN] tidak pakai spasi dan tersedia di GOOGLE PLAY BOOKS. Thank you 💚




Gween menuruni tangga dengan tergesa-gesa karena dirinya sudah sangat terlambat untuk pergi ke restoran yang akhir-akhir ini mengalami banyak masalah karena ditinggal begitu saja oleh Reza Arabian.

Wanita itu tak tahu kemana perginya sang Bos yang menurut orang kepercayaan Reza, pria itu sedang sibuk membangun cabang bisnisnya di negara tetangga.

Gween tak habis pikir, bagaimana bisa pria itu menghilang tanpa aba-aba dan meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja di sini.

"Tuan Jero memberikan pesan agar anda sarapan terlebih dahulu sebelum pergi." Suara wanita yang sebenarnya sangat tidak ingin dilihat oleh Gween itu menghentikan langkahnya begitu saja.

Ya, mereka telah kembali dan sudah seminggu pria itu jarang kembali ke apartemen.

"Aku tidak lapar," jawab Gween datar.

"Dan Aku tidak akan tanggung jawab jika Tuan Jero mengamuk dan mengulitimu!" sahut Salia tak kalah datar.

"Aku tidak peduli." Gween melanjutkan langkahnya, tak menggubris delikan tajam wanita  itu yang amat sangat geram.

Namun, belum sampai mencapai pintu keluar, tangan Gween ditarik paksa dengan kencang hingga wanita itu memiliki kesakitan karena lengannya seolah dipelintir hingga menimbulkan rasa nyeri yang teramat sangat.

"Apa-apaan, Sialan?" Gween memekik keras sembari berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman wanita itu.

"Lo pikir Lo siapa, Bitch?! Berani-beraninya lo berlagak sok tuan putri!" desis wanita itu sembari menyeret Gween menuju dapur.

"Perempuan gila! Lepasin gue, Brengsek!" Gween berusaha menendang kaki Salia, tapi ternyata wanita itu sangat sigap menghindar dan malah semakin mengencangkan tarikannya.

"Lo tahu, harusnya sebentar lagi gue bisa mendapatkan hati Jero Axford kalau aja lo nggak tiba-tiba muncul dan ngehancurin semua rencana gue!"

"Gua nggak ada hubungan apa-apa sama pria brengsek itu! Kalau lo suka, ya ambil!" teriak Gween marah karena Salia kini berpindah menjambak rambut wanita itu.

"Enak banget mulut lo bersuara! Nggak ada hubungan apa-apa tapi lo bisa tinggal di sini seenaknya! Keluar masuk kamar Jero sesuka hati!" geram perempuan itu. "Lo pikir gue manusia tolol? nggak tahu apa yang lo lakuin dan Jero di kamar itu?"

Gween merasa kepalanya pusing dan matanya mulai berkunang-kunang. Tapi dia tidak boleh menyerah karena jika dirinya kalah kali ini maka Salia akan semakin merendahkan dirinya.

"Bagus, kalau lo udah tahu. Gue nggak perlu khawatir lagi lo bakalan stroke mengetahui fakta itu."

"Hei, manis!" Salia menarik pipi Gween dan berdecih sinis. "Lo berbicara seolah-olah lo adalah wanita paling berharga bagi Jero."

Salia tertawa terbahak-bahak seperti orang gila. "Jangan bermimpi, Gween Calista. Lo bukan seleranya," ejek perempuan itu blak-blakan.

Gween menyeringai dingin sembari menatap manik mata wanita itu tajam. "Jadi, selera Jero itu Lo?" tanyanya dengan senyum meremehkan.

"Off course!"

"Terus kenapa dia nggak milih Lo?" Gween menyeringai lebar kala menyaksikan wajah wanita itu yang berubah keruh dan merah padam.

"Karena dia mau balas dendam sama lo!"

"Dendam? Gue nggak ada salah apa-apa sama dia, nggak usah ngarang cerita!"

"Bukan Lo, tadi adik Lo!"

"Hah?!"

"Apa?!" Salia mendengkus sinis. "Kaget kan Lo? Makanya jadi cewek jangan murahan!"

Gween berontak sekuat tenaga hingga dia berhasil melepaskan diri dan menghadap wanita itu yang menatap jijik kepadanya.

"Maksud elo apa?" Gween berusaha mencari kejelasan.

"Lo pikir gue sudi ngejelasin sama lo!" Salia mendesis sinis. "Cari tahu sendiri! Itupun kalau Lo masih diberi Tuhan waktu," bisik wanita itu sebelum tertawa terbahak-bahak dan menarik tangan gue dengan cepat lalu memasangkan sebuah borgol di sana.

"Apa-apaan Lo? Salia ... Salia, Sialan! Lepas!" Gween berusaha untuk memberontak ketika wanita itu menyeretnya dengan paksa.

"Biarin lo mati membusuk di sini!" teriak wanita itu yang melemparkan Gween ke sebuah ruangan tak terpakai yang Gween tebak sebagai gudang.

"Salia! Lepas! Saliaaa!"

Terlambat, Salia sudah lebih dulu keluar dan menutup pintu serta menguncinya. Perempuan itu tersenyum senang dan melenggang pergi dengan riang.

Ya, sejak dulu ia sudah mendambakan seorang
Jero Axford dan berharap pria itu akan menjadi kekasihnya sehingga ia rela bersusah payah demi bisa dekat dengan pria itu termasuk bekerja sebagai pelayan restoran di gedung yang sama tempat pria itu tinggal.

Padahal jika dipikir-pikir, Salia tak perlu melakukan hal itu karena jatah bulanan yang diberikan oleh sang mama bahkan jauh di atas gajinya di tempat tersebut.

Itulah perjuangannya demi mendapatkan perhatian seorang Jero Axford. Hanya satu langkah lagi, maka dia bisa memiliki pria itu seutuhnya. Tapi sayang, kehadiran seorang perempuan bernama Gween Callista cukup membuat wanita itu meradang.

Awalnya dia berusaha untuk biasa saja dan memantau sampai sejauh mana hubungan mereka yang Salia yakin tidak akan bertahan lama karena jelas-jelas Gween bukanlah tipe wanita idaman Jero.

Tapi lama kelamaan ia menjadi geram apalagi Jero sama sekali tak menggubris godaannya dan malah mengajak Gween ikut ke Jepang seolah mereka sedang merayakan bulan madu.

Maka kini setelah mereka kembali, Salia tak bisa tinggal diam dan harus menyingkirkan wanita itu. Berhari-hari terkurung di dalam sana akan membuat wanita itu mati dengan segera.

Senyum cerah Salia memudar begitu saja kala melihat Jero berada di hadapannya dengan wajah datar dan dahi berkerut dalam.

"Apa kamu belum juga mengemasi barangmu?" desis Jero dengan tajam.

Salia berusaha menormalkan ekspresi wajahnya sembari menyunggingkan senyum tipis. "Sudah, Tuan. Saya sedang membersihkan beberapa ruangan sebelum benar-benar meninggalkan tempat ini," jawabnya amat sangat sopan.

Jero mengibaskan tangan. "Tidak perlu. Cukup kemasi barangmu dan pergi dari sini!" titahnya.

Salia tersenyum masam, apalagi saat pria itu meninggalkan dirinya begitu saja.

Sialan! Padahal dia berharap Jero akan berubah pikiran dan membiarkan dirinya untuk tetap bekerja di sini sehingga dirinya bisa dengan mudah melancarkan aksinya untuk kembali mendekati pria itu yang sudah mengusir dirinya sejak malam itu.

"Dimana Gween?"

Salia yang masih berdiri di sana berjengit kaget ketika pria itu kembali muncul dan bertanya dengan wajah merah padam.

"Dia sudah pergi sejak sejam yang lalu," sahut Salia tenang, berusaha keras untuk menutupi kegugupannya.

Jero menatapnya dengan tajam sebelum berjalan mendekat dan berbisik di telinga wanita itu. "Jangan bermain-main lagi denganku, Salia. Aku bukan pria penyabar yang selalu bisa memaafkanmu!" desisnya geram sebelum berbalik dan meninggalkan wanita itu yang mematung di tempatnya.

Lagi katanya? Apakah selama ini pria itu tahu?

Salia meremas jarinya yang saling bertautan dan berlari untuk segera mengemas barangnya. Dia harus benar-benar pergi saat ini juga.

TO BE CONTINUED

I Order You [RE-PUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang