•°~Happy Reading~°•
"Ayo ke pertanyaan terakhir, pertanyaan ke sepuluh menuju lantai sebelas. Pertanyaan ini sedikit susah dan aku dengan berbaik hati memberikan clue. Coba aktifkan handphone kalian."
Keempat Scorpion itu mengecek handphone masing-masing, mereka kaget karena banyaknya panggilan masuk dan pesan dari Narasfa, Arasfa, maupun Zaedyn.
"Sudah lihat? Akan kuberikan lima menit, entah apa yang kalian lakukan dengan itu, aku tidak peduli. Tapi ingat, tiga orang di tanganku!"
Zaedyn
Kita dijebak!
Pesan yang dilihat Reska. Buru-buru laki-laki itu menelpon balik Zaedyn. Namun sekali belum dijawab nanti yang kedua kalinya. Napas memburu terdengar saat Ryder mendekatkan handphone di telinganya.
"Zaedyn!"
"Ryder..." Suara parau Zaedyn menyapa.
"Kalian tidak apa-apa, kan?!" Ryder berkata setelah meloudspeaker handphonenya.
"Tolong, Arasfa dan Narasfa sekarat, Alfeith ... dia...."
Belum selesai Zaedyn berbicara sambungan telah putus sepihak. Mereka terbelalak. "Zaedyn!" Ryder berseru namun terlambat.
"Lima menit berakhir!"
"Bangsat!" Reska mengupat sakit kagetnya. "Tidak bisa santai saja?!"
"Ahahaha ... maafkan aku kalau kalian kaget. Skip! Pertanyaan terakhir ... dengarkan baik-baik karena aku takkan mengulang kedua kalinya."
Jantung mereka berdegup kencang, pikiran mereka terbagi. Rasa sakit menyerang kepala Alice dan hampir saja membuatnya jatuh jika saja Axton tak menahannya.
"Pertanyaannya, siapa aku?"
"Apaan pertanyaan itu?!" Ryder berseru dengan marah.
"Eh, bukanya kalian sudah mencari tahu siapa dalangnya? Apa hanya sampai Maecy saja? Ahahaha..."
"Buka pintunya, brengsek!" Ryder berseru.
"Ouh, anak baik tidak boleh mengumpati orang."
"Jangan main-main!"
"Aih? Baik-baik. Kenapa kalian manja sekali? Mau tau jawabannya? Kalian bisa membuka pintu dengan kapak yang ada di sana."
Mereka terkesiap melihat sebuah kapak di sudut ruangan, Ryder yang emosi meraihnya dan melayangkan pada pintu dengan membabi buta.
Nix menoleh saat suara dentuman di pintu masuk, terlihat Ryder dan yang lainnya masuk lalu menyerukan namanya.
"Tolong Flora!" Nix berseru cepat saat Ryder hendak menghampirinya. Biarlah dia, asalkan Flora lebih dulu, Nix tidak akan terguncang jika hanya dihantam berkali-kali, namun Flora, gadis itu berjuang mati-mati di sana agar tidak jatuh.
"Aku diacuhkan begitu?" cetus laki-laki bertopeng yang merengut di kursinya.
"Jangan pedulikan dia!" teriak Nix sambil melotot pada Ryder yang hendak berhenti.
Ryder, Reska, dan Axton tersentak karena pelototan Nix, ketiga laki-laki itu bergegas menyelamatkan Flora yang entah bagaimana keadaannya. Mereka menariknya dengan pelan dan ketika berhasil tangis Flora pecah dengan Alice yang memeluknya, sementara Reska dan Axton melepaskan ikatan tali di tangan Flora.
"Cih, tidak sopan. Masuk dan berbuat seenaknya di wilayahku," gerutu laki-laki bertopeng yang kini berdiri di antara Nix dan Maecy. Tanpa aba laki-laki itu menarik rambut sebahu Nix membuat iris berbeda itu bertatapan dengan iris kelam seseorang dari balik topengnya.
Mata itu membentuk bulan sabit, Nix tau dia sedang tersenyum menyeringai. "Aku menyukai matamu," ujarnya lalu menghempas kepala Nix lalu membentur kepala Maecy membuat keduanya mengaduh.
"Sialan!" Benar-benar sialan, Nix akan membunuh siapa pun yang berada dibalik topeng itu.
Ryder, Reska, dan Axton mencoba mendekat kala seseorang bertopeng itu tengah berjongkok, entah apa yang dilakukannya. Namun, tepat setelah laki-laki itu berdiri bersama Nix jantung ketiga laki-laki berdegup kencang karena sebilah belatih ditodongkan pada leher Nix mengakibatkan sayatan kecil hingga mengeluarkan darah.
"Maju selangka lagi, maka leher Nix putus," ancamnya sambil berjalan mundur bersama Nix.
Mereka terkesiap, begitu juga Maecy yang tak mengerti dengan Tuannya. Ini tidak ada pada rencana mereka. Rencana awal, Maecy hanya dipinta membunuh dengan imbalan dibunuh, untuk bersenang-senang dan berbuat kekacauan di Scorpius High School. Namun untung menyandera salah satu anggota Scorpion tak ada dalam rencana.
"Lepaskan Maecy dan kalian boleh pergi," cetusnya yang kini berdiri satu meter dari pembatas rooftop.
"Tidak! Lepaskan Nix dan kami pergi!" tawar Ryder dengan tatapan tajam.
"Tidak ada negosiasi," ujar laki-laki bertopeng itu seraya mundur selangkah.
Nix hanya bisa menatap teman-temanya dalam diam, tak bisa melakukan apapun. Jika memberontak, maka bukan hanya nyawanya yang melayang, tapi semua orang, karena dibalik punggungnya terdapat sebuah pistol di saku hoodie laki-laki itu.
"Kau-"
"Ryder!" Sanggahan Ryder terhenti karena Nix menyelanya. Iris berbeda itu menatap Ryder tajam membuatnya terdiam.
"Laki-laki yang patuh," kekeh laki-laki bertopeng itu. Namun bukannya berhenti laki-laki itu malah terus memundurkan langkanya hingga keduanya menaiki pembatas rooftop.
"Ada perkataan terakhir?" bisik rendah laki-laki di belakang Nix.
Nix menoleh sekilas lalu menatap teman-temannya yang menatap cemas. "Selamatkan Maecy, jangan biarkan dia mati apa pun yang terjadi. Kalian pergilah dari sini," tutur Nix dengan penuh permohonan yang sangat.
Laki-laki bertopeng itu menyeringai dibalik topengnya. "Kalian ingin tahu aku siapa? Datang ke tempat Nara dan yang lainnya. Selamat tinggal."
Mata mereka membelalak melihat kedua tubuh itu limbung ke belakang. "Nix!"
Suara debuman dari bawah menyentak mereka semua, kelima Scorpion itu menatap di bawah sana. Ryder menggeram karena melihat balon penyelamat di bawah sana yang menahan tubuh Nix dan seseorang bertopeng itu.
"Sialan!"
Mereka hanya bisa diam saat mobil yang membawa Nix bersama orang tak dikenal itu pergi. Ryder mencengkeram rambutnya frustrasi, matanya yang merah menatap Maecy dan Flora yang pingsan dipelukan Alice dengan tajam.
•°~TBC~°•
Rab, 04 Oktober 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Scorpion Missions
Mystery / ThrillerOrganisasi Scorpion harus beralih tugas mencari dalang dibalik kematian seorang siswi Scorpius High School dan berlanjut pada pembunuhan berantai. "Tidak ada pembunuh yang sengaja meletakkan petunjuk, apalagi sampai memberitahukan siapa dirinya." Ke...