Si Pemuas Satu Kos 2

ابدأ من البداية
                                    

"Bukan begitu sih, Den," jawab Bang Tono.

"Kita berdua takut Den Harlan terjebak di pergaulan tidak baik," Bang Joni berkata jujur. "Sekarang kan banyak teman-teman yang menjerumuskan. Coba deh lihat berita-berita di TV. Banyak mahasiswa-mahasiswa tertangkap pesta shabu atau berbuat mesum di hotel dan digrebek. Kan kami dan Bi Iyem khawatir kalau Aden diam-diam ikutan begitu... Kan ngeri, Den..."

"Tapi kan Harlan bukan anak yang seperti itu..." jawab gue lirih.

"Iya, kami tahu, Den," Bang Tono menjelaskan. "Kami cuma mau Aden jaga diri... Jangan sampai mempermalukan nama keluarga Aden... Jangan buat Bi Iyem, si Joni dan saya sedih..."

Gue langsung menghambur dan memeluk kedua pria yang sudah gue anggap keluarga sendiri itu erat-erat. Melihat gue memeluk mereka berdua, mereka tersenyum lalu mengelus-elus punggung dan kepala gue.


"Harlan janji akan jaga diri baik-baik..." kata gue sambil memejamkan mata dan tersenyum terharu.

"Iya, Den," kata Bang Tono tersenyum setelah gue melepas pelukan gue kepada mereka berdua.

"Ya sudah, Aden hati-hati ya," kata Bang Joni juga tersenyum hangat.

Gue mengangguk. Tak lupa gue melambaikan tangan gue sebelum gue mengendarai motor sport gue pergi.

Maafkan Harlan, Bang Tono, Bang Joni, dan Bi Iyem... Harlan memang anak nakal.


[ … ]


Sebenarnya, ada alasan gue malas pulang ke rumah lama-lama. Saat orang tua gue datang dari luar negeri, mereka biasanya tinggal di Jakarta bisa sampai dua minggu. Setiap kedatangan mereka terlalu lama, anak-anak di kosan pada uring-uringan. Mereka kehilangan tempat pembuangan pejuh mereka. Terutama Bang Sandro. Dia bisa marah-marah tidak jelas ke gue.


Pernah suatu sore gue datang sehabis tidak tidur di kosan selama tiga minggu karena orang tua gue datang dan membawa gue berkunjung ke New York untuk mengunjungi kakak perempuan gue. Begitu gue masuk ke gerbang kosan dengan muka tanpa rasa dosa, Bang Sandro langsung menyergap gue. Dia menarik tangan gue kuat-kuat, lalu membawa gue ke kasurnya.


"Loe lama banget sih enggak nginep sini?" katanya lalu menyedot mulut gue kuat-kuat dan mencumbui isi mulut gue.


Gue tersenyum kegirangan. Diam-diam gue juga merindukan mulut nakalnya yang suka mengerang saat mencumbui gue itu selama di New York. Jujur, gue juga berkelana secara seksual di kolam raksasa pria-pria seksi di New York. Tetapi, tidak ada koneksi antara gue dengan orang-orang random Amerika itu. Bersama Bang Sandro, gue merasakan sebuah ikatan. Meskipun dia seringnya menunjukkan sisi ngacengnya saja dengan gue, gue tetap merasa lebih terpuaskan setelah melayani dia.


Dengan begitu lihai, Bang Sandro sudah melucuti habis setiap benang yang melekat di tubuh seksi gue. Melihat gue sudah telanjang tidak berdaya seperti itu, Bang Sandro tersenyum mesum dan langsung menggerayangi segenap tubuh putih mulus gue yang montok ini. Mulutnya langsung menyergap leher gue dan menjilatinya sampai gue mengerang keenakan. Tangannya yang nakal terus memilin puting kecil gue begitu seksinya dan tangan yang lain meremasi pantat semok putih gue dengan sangat bernafsu. Ketika gue sedang terbaring telanjang di hadapan seorang pria yang jantan dan luar biasa seksi yang mendominasi gue seperti ini, gue merasa hidup gue komplit. Seperti ini lah yang gue mau...

KUMPULAN CERITA PANAS by Roberto Gonzalesحيث تعيش القصص. اكتشف الآن