"Anjing! Malah hujan!"

Caca bisa mendengar berbagai umpatan kasar Ilham. Tak hanya itu, Ilham juga langsung menutupi wajahnya menggunakan telapak tangan.

Caca yang sejak tadi sibuk berpikir, sekarang langsung paham kenapa Ilham terlihat panik seperti itu. Sebab, kalau sampai wajah Ilham yang penuh luka lebam basah terkena air hujan, yang ada lukanya akan terasa semakin perih. Sembuhnya juga akan memakan waktu yang lebih lama dari biasanya.

Melihat pemandangan tersebut, Caca sebenarnya merasa sedikit iba. Apalagi ketika Ilham berusaha mengedor-gedor pagar rumahnya sendiri. Seperti tengah memohon pada orang yang berada di dalam untuk segera memberinya akses masuk agar bisa berlindung dari guyuran air hujan. Caca jadi merasa sedikit... kasihan?

Karena hati kecilnya sebagai manusia tergerak, Caca buru-buru berlari ke dalam rumah. Ia tidak peduli jika kemarin cowok itu dengan sengaja membuat anak ayamnya mati. Lagi pula kata sang nenek, kejahatan tidak boleh dibalas dengan kejahatan.

"Kamu harus tetap tumbuh menjadi manusia baik sekalipun telah diperlakukan tidak baik oleh manusia lain."

Cewek dengan dress putih tanpa lengan yang panjangnya hanya sebatas lutut itu keluar dari dalam rumah dengan membawa payung berwarna kuning di tangan kanan. Serta kotak P3K di tangan kiri.

Dengan langkah kecil penuh kehati-hatian--karena takut terpeleset oleh jalanan licin yang masih terguyur air hujan--Caca melangkah sedikit cepat. Ia membuka pagar rumah dan menghampiri Ilham yang kini kembali duduk pasrah di rerumputan.

"Ngapain lo?"

Itu adalah pertanyaan yang langsung Caca dapatkan ketika dirinya berdiri tepat di hadapan Ilham.

Dengan satu alis terangkat, cowok berwajah ketus yang kini sudah Caca lindungi menggunakan payung, mendongak. Menatap Caca sepenuhnya dengan tatapan kaget sekaligus bingung.

"Woi! Lo ngapain berdiri di sini?" tanyanya menuntut jawaban karena Caca masih diam.

Alih-alih menjawab, Caca justru hanya sedikit membungkukkan badan guna meletakkan kotak obat di samping Ilham. Lalu, mengambil tangan kanan Ilham agar cowok yang masih menunjukkan ekspresi kebingungan tersebut segera mengambil alih payung dari tangannya.

Senyum tipis Caca lemparkan saat Ilham terdiam dan tidak menolak payung pemberiannya.

Di detik selanjutnya, cewek dengan rambut kepang dua itu berbalik dan kembali berlari kecil ke arah rumahnya. Menjauh dari Ilham sambil menutupi kepala menggunakan tangan sebelum tubuhnya benar-benar menghilang di balik pagar. Meninggalkan Ilham dengan segala pertanyaan yang kini hinggap di kepala.

"Dasar bocah setan aneh."

Diam-diam Ilham tersenyum tipis.

***

BYURRR!!!

Tubuh Caca mematung di tengah lapangan saat satu timba air mengguyur badannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Rasa panas dari terik matahari siang ini digantikan oleh rasa dingin. Juga rasa malu yang harus ia tanggung. Sebab, kini dirinya menjadi bahan tontonan teman-teman satu sekolah.

Mereka semua menatap Caca sambil berbisik, menahan tawa, bahkan ada juga yang secara terang-terangan tertawa begitu kencang hingga terbahak-bahak. Dan, semua itu tidak luput dari perhatian Caca.

Dada Caca bergemuruh menahan amarah. Bagaimana tidak, kejadian yang tengah menimpanya siang ini sudah termasuk tindak bullying. Bukan sebuah lelucon yang pantas untuk ditertawakan. Namun, sepertinya mereka semua ingin menutup mata untuk fakta itu.

FAVORABLEWhere stories live. Discover now