Part 19 - Long Slow Distance

94 19 1
                                        

"Kenapa kau tadi ada dua?" 

Pertanyaan dari Jisung membuatku terdiam mematung, aku tidak tahu harus menjawab apa apalagi saat melihat wajah Jisung yang serius.

"Apa maksudmu ada dua?"

Jisung menunjuk di depanku. "Tadi, aku lihat Jaemin Hyung ada dua, kau berbicara dengan Jaemin Hyung yang lain."

Suara langkah kaki ribut yang perlahan mendekat membuatku dan Jisung teralihkan sejenak. Renjun berlari-lari dari belakang Jisung, napasnya masih ngos-ngosan.

"Jaemin, aku mencari kau ke mana-mana ternyata kau ada di sini." Renjun mengusap keringat di dahinya.

"Kenapa kau ada dua, Hyung? Dan kenapa satunya tiba-tiba menghilang?" Jisung bertanya lagi dengan tidak sabaran karena Renjun tiba-tiba mengintrupsinya.

Renjun melototkan mata, dia berpandangan padaku dan bertanya tanpa suara tentang kebenaran yang Jisung katakan, aku lantas mengangguk kecil.

Renjun membuat gerak-gerik yang mencurigakan, dia kemudian mendekati Jisung dan memeluk Jisung dari belakang. "Tidak ada Jisung, kau hanya salah lihat."

Renjun mengelus pelan kepala si bungsu, beberapa menit kemudian Jisung pingsan yang mana membuatku khawatir. Aku mengangkat Jisung dan membaringkannya di sofa.

"Jisung kenapa bisa pingsan?" tanyaku sembari mengelus pelan surai Jisung.

"Aku sudah menghaous ingatan Jisung," jawab Renjun.

Aku menoleh padanya yang berkata dengan santai, keningku mengernyit. "Apa tidak ada cara lain? Kenapa harus membuatnya pingsan? Kasian Jisung."

"Ada banyak cara, tergantung berapa lama memori yang dihapus dan tergantung berapa banyak orang yang harus dihapus ingatannya." Renjun duduk di tengah ruang latihan, dia melambaikan tangan dan menyuruhku duduk di sebelahnya.

Aku menghela napas tetapi tetap ikut duduk di samping Renjun. "Bagaimana?"

"Selain membuatnya pingsan, aku bisa menggunakan cara kedua, yaitu mencium bibirnya," bisik Renjun tepat di telingaku, yang mana membuatku merinding.

Renjun tertawa melihat ekspresi wajahku. "Kau bohong ya? Memangnya sudah ada orang yang kau ... cium bibirnya biar hilang ingatan?"

Renjun menghentikan tawanya, ia lantas menggelengkan kepala. "Tidak ada, aku juga tidak mau  menggunakan cara itu."

Aku tersenyum lega tanpa sadar.

"Idih, ada apa dengan senyum anehmu itu?" Renjun mengejekku.

"Lebih baik kau berhenti mengejekku, Renjun, sebelum sepatu ini melayang ke kepalamu."

Renjun mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Pemuda itu lantas membenarkan duduknya agar lebih nyaman. "Tadi Jaemin ke sini ya, Mingmei?"

Aku menggangguk dan mulai menceritakan tentang kedatangan Jaemin dan dia yang tiba-tiba menghilang setelah mengeluh merasakan sakit di dadanya. Setelah mendengar cerita dengan seksama, Renjun tersenyum tipis dan mengelus pelan belakang kepalaku.

"Jangan khawatir, Jaemin akan baik-baik saja, tapi kita mungkin tidak akan bisa melihatnya lagi karena dia menjalani hukuman."

"Hukuman? Kenapa Jaemin dihukum?"

Renjun menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaanku. "Dia masuk ke salah satu tubuh perawat karena ingin mencegah sasaeng yang mau meracuni tubuh Mingmei."

Aku terkejut, bagaimana bisa ada orang sejahat itu yang mau meracuni orang yang bahkan belum sadarkan diri. Manusia benar-benar kejam.

"Jaemin melakukan hal baik, kenapa dia dapat hukuman?"

Neo Zone: DreamilyOù les histoires vivent. Découvrez maintenant