Prolog

39.1K 2.3K 51
                                    

Yorkshire, Inggris 1812

Huntley Park, Kediaman Pedesaan Earl of Malborough

"Ingat! kau tidak boleh merusak semuanya, Kate" perintah ibunya saat mereka berada di luar pintu yang mengarah ke ruang biru, tempat ayahnya sedang menjamu tamu, "Jika kau melewatkan kesempatan ini, kau mungkin tidak akan pernah menikah."

Kate mendesah panjang, "Aku tahu, ibu." Katanya, belum apa-apa ia sudah merasa lelah. Ibunya menarik nafas panjang sebelum memberi kode pada pelayan untuk membukakan pintu. Kate mengekor di belakang ibunya masuk dan memberi hormat, pandangannya langsung bertemu dengan sang ayah yang memberinya senyum hangat dan seorang laki-laki seumuran ayahnya yang ia ingat sebagai Earl of Rochester dan istrinya yang masih tetap cantik dalam usianya.

"Katherine, kau sudah besar dan cantik," ungkap wanita itu.

Cantik, adalah kata yang berlebihan dan cenderung asing terdengar di telinga Kate, ia mungkin sedikit terbiasa dengan sebutan manis sang ayah, namun ia tersenyum mengangkat pandangan matanya.

"Terimakasih, My Lady," jawabnya sopan. Kate memandang berkeliling dan saat itulah oksigen meninggalkan paru-parunya. Di sana berdiri di dekat salah satu bufet, seorang pemuda dengan rambut gelap dan mata kelabu, memandangnya terang-terangan. Semburat panas merayapi pipi Kate, ia langsung menundukkan kepala tak berani menatap pria itu. Ia pasti tunangannya. Dalam ingatannya terbesit seorang anak laki-laki dengan tatapan angkuh dan senyum bosannya, bahkan dalam usianya yang tujuh tahun Kate tahu laki-laki itu akan tumbuh menjadi anak yang tampan. Tidak, rasanya tampan saja tidak cukup menggambarkan pria yang tadi dilihatnya. Dan pria itu akan menjadi tunangan Kate.

Lady Katherine Huntley, putri sulung dari Earl of Malborough selanjutnya sibuk menekuri lantai di kakinya. Rasanya ia tak mampu mengangkat wajah hanya untuk melihat calon tunangannya lagi. Ia sudah tahu, ibunya telah mengatakan padanya tentang hal ini, bahwa ia akan ditunangkan dengan Simon Howard atau Viscount Ainsley yang nantinya akan menjadi Earl of Rochester. Usia Kate masih lima belas tahun, satu tahun lagi dia seharusnya menikmati season seperti teman-temannya. Oh ia memang akan diperkenalkan hanya ia tak perlu repot-repot berburu suami, sementara keluarganya telah mengatur perjodohan ini untuk dirinya.

Diantara semua putri Earl of Malborough mungkin ia lah yang paling biasa-biasa saja. Mungkin karena sifat pemalunya atau kebiasaannya yang selalu bersembunyi di balik buku. Tubuh Kate tinggi dan sedikit berisi untuk gadis seusianya, rambut Kate pirang tersanggul rapi, tapi dibalik penampilannya yang biasa gadis itu memiliki mata yang sangat indah, bola mata Kate berwarna biru yang mampu membuat orang terlarut oleh lautan misteri yang disimpan oleh kedua bola mata Kate. Sayangnya orang-orang jarang bisa melihat keindahan itu, kebiasaannya berlindung di balik buku mencegah orang-orang mengagumi mata Kate.

Ia memang sedikit berbeda dengan gadis-gadis lain, ia lebih menyukai berdiam diri di perpustakaan di rumahnya membaca novel favoritnya. Ibunya sudah menyerah berusaha membuatnya menyulam sarung bantal, sebab Kate hanya bisa bertahan lima menit sebelum akhirnya ia membuat kesal ibunya. Kate memang bukan Rosalyn adiknya. Berbeda dengan Kate, Rosalyn adalah kebanggaan ibunya, meski usianya tiga belas tahun tapi ia sudah menunjukkan tanda-tanda ia akan berhasil menggaet bangsawan dengan gelar tinggi. Rosalyn diberkahi wajah cantik seperti malaikat, perangainya yang ceria dan lemah lembut menjadi pujaan banyak orang. Jika Rosalyn adalah kebanggaan sang Countess of Malborough, Kate adalah putri kesayangan sang Earl.

Ibunya selalu memprotes kebiasaan Earl yang selalu menuruti semua keinginan Kate, seperti membelikannya buku-buku yang Kate inginkan. Tentu saja kegemarannya membaca buku bukanlah hal yang lazim bagi seorang Lady, tapi di rumahnya ayahnya tidak terlalu ketat dengan aturan itu, sesekali ia mengizinkan Kate mengutarakan pendapatnya. Bagi ayahnya adalah sebuah pemikiran bodoh melarang wanita mengutarakan isi kepalanya, ia bilang ia lebih menyukai wanita yang cerdas ketimbang dungu, dan ia bangga mempunyai Kate sebagai putrinya.

The Temptation of a ScoundrelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang