CHAPTER 4 : AFTERTASTE

Začít od začátku
                                    

Ya, dia memang selalu bersemangat setiap menceritakan tentang Sang pujaan hati dambaan jiwanya itu. Hanya dengan hal sekecil itu, Nara bisa terbayang bayang tujuh hari tujuh malam. Sekedar lambaian tangan dan senyuman tipis. Sebegitu kuatnya kah kharisma Seorang Yohan sampai Nara bisa segila ini? Atau Nara yang terlalu berekspektasi tinggi? Entahlah, mungkin keduanya.

Sinar mentari yang tadinya cerah tiba-tiba redup, namun tidak secara keseluruhan. Hanya di tempat dimana Nara duduk bersimpuh, seolah ada sesuatu yang menghalangi pancaran sinar tersebut.

Benar saja, saat Nara mengangkat pandangan dia mendapati sebuah payung menaungi dirinya dari terpaan sinar matahari yang cukup panas di sore hari itu. Nara memiringkan kepala berusaha melihat siapa yang berdiri di balik payung hitam ini. Begitu mendapati wajah seseorang yang dia kenali, Nara langsung tersenyum manis.

"Kak Darren," seru Nara menyapa lelaki berkulit tan yang kini memayunginya. "Kakak sendirian? Gak sama Reva?"

"Reva lagi sibuk di butik nya," jawab Darren menunduk menatap Nara yang masih bersimpuh disisi makam Sang Mama. Laki-laki itu mengukir lengkungan mempesona di bibirnya menyapa sang gadis muda.

Aldarren Gavriel, pacar nya Revalina Seandra. Sekaligus kakak kelasnya Nara dulu saat masih SMA. Kini Seniornya itu sudah menjadi laki-laki dewasa yang gagah dan berwibawa.

Wajar saja, dia adalah pewaris tunggal bisnis Keluarga Gavriel Grup. Perusahaan ekspor impor terbesar di Dirgeland. Walaupun begitu, Darren tidak pernah sombong dan lupa pada adik kelasnya yang lucu ini.

"Panas, Nara. Kenapa gak bawa payung? Nanti kulit kamu item kayak Kakak, Mau?" tanya Darren menatap Nara dengan teduh.

"Nara lupa, Kak..." sahut gadis itu menampilkan cengiran lebar.

Darren tersenyum kecil, seolah sudah hafal betul dengan tingkah gadis ini.

"Kakak habis nyekar juga?" tanya Nara pula.

Darren mengangguk. "Iya, biasa." Laki-laki itu kemudian berjongkok di samping Nara untuk menyamakan posisi dengan gadis itu, agar Nara tidak lelah mendongak menatap nya yang berdiri menjulang. "Lagi cerita ya, sama Mama?"

Nara mengangguk sambil tersenyum tipis menatap Darren. "Nara selalu cerita setiap dateng kesini, supaya mama gak kesepian. Supaya mama tau keseharian Nara dan Papa." Gadis itu kembali meluruskan pandangan pada nisan yang bertuliskan nama Sang Mama.

YERIVA EVALEEN
12-06-1965
25-10-2000

Darren menatap wajah sendu Nara dengan mata teduh nya. Ingin sekali dia mengusap lembut punggung sempit Nara, atau sekedar menggenggam tangan gadis itu untuk menguatkannya, tapi Darren sadar bahwa hal itu tidak pantas dia lakukan pada Nara.

Gejolak di dalam dada mendorongnya untuk melakukan hal tersebut, sehingga dia mati-matian menekan hasrat agar musnah sebelum tersalurkan.

"Mamanya Nara pasti seneng denger cerita Nara di atas sana," ucap Darren berusaha menghibur kegundahan hati Naraya.

Setidaknya kalimat itu kini berhasil membuat Nara sedikit lebih baik dan mampu tersenyum lebih lebar pada Darren. "Iya, Kak."

"Sudah selesai ceritanya?" tanya laki-laki itu lagi.

Nara mengangguk polos. "Sudah, memang kenapa, Kak?"

"Ayo pulang, terik matahari nya panas sekali di pertengahan bulan Juli ini. Nanti kamu pusing," ucap Darren.

"Iya, ini Nara udah mau pulang kok." Nara pun meraih kembali keranjang bunga dan botol air yang dia bawa dari rumah.

ETERNAL LOVE {HISTORY OF EPHEMERAL PRINCESS} ✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat