"Selain kita harus nyembunyiin Rasya dari Alberto, kita kan juga harus nyembunyiin keberadaan Rasya dari kakek" lirih Arsya dan menghela nafasnya panjang.

"Haa kakek tua gila itu, entah apa yang akan dipikirkannya nanti tentang Rasya, gue takut nanti Rasya malah jadi objek penelitian gilanya" kesal Rendi mengingat kakeknya itu yang memang seorang Scientist.

Bahkan di usia senjanya sekarang dia banyak melakukan penelitian tentang hal aneh dan berkeliling dunia mencari hal aneh tersebut.

Bayangkan saja kalau dia sampai tau kalau Rasya mengalami hal yang tidak masuk akal, mungkin Rasya akan jadi tahanannya, dalam laboraturium miliknya.

Dan akhirnya mereka memilih diam-diam seperti ini, karena pekerja di mansion ini tidak bisa dipercaya 100 persen. Banyak mata-mata kakek tua itu tersebar di sini untuk melaporkan kepada kakek itu, apa saja yang terjadi dalam mansion ini.

"Yaudah sih, jalani aja seperti ini dulu, kalau nggak mau coba dekatin, yaudah liatin aja dari jauh hahah" ejek Arsya membuat Rendi mendeliknya tajam, kemudian dengan cepat membuka rantai di kaki Alfanza dan langsung memasangkannya di kaki kasur itu.

"Rasain" ketus Rendi melihat Arsya yang kaget dengan kegesitan Rendi.

"Woy Rendi sialan, lepasin gue!" teriak Arsya menatap tajam abangnya itu, kenapa kunci rantai itu bisa pada Rendi pikirnya.

"Ehhh berisik" kesal Alfanza terbangun karena teriakan Arsya. Dia membuka matanya dan langsung tersadar sepenuhnya melihat tatapan datar Rendi.

"Tuan muda Rendi, ada apa?" Tanya Alfanza

"Nggak ada, hukuman kamu selesai" ujar Rendi membuat Alfanza menatap ke kakinya, yang ternyata memang tidak ada rantai lagi di sana.

"Terima kasih, kalau gitu saya pamit ke kamar" ujar Alfanza melirik Arsya yang tampak marah. Mungkin kedua abangnya itu ada masalah, dia harus segera keluar supaya terbebas dari amukan mereka nanti.

"Ayo" ujar Rendi merangkul Alfanza, membuat Alfanza kaget dan akhirnya mengikuti langkah Rendi dengan gugup.

"Alfanza jangan tinggalin gue" ujar Arsya mendramatis seperti ditinggalin pacar dan pergi dengan selingkuhan.

"Alfanza, lo tega haa sama gue"

"Alfanza"

"Uhh maaf bang, tapi gue lebih baik cari aman dulu, gue takut sama bang Rendi" ujar Alfanza menatap Arsha dengan tatapan bersalah.

Berbeda dengan Rendi yang melihat ke belakang, dan tersenyum mengejek pada Arsya, yang tampak siap meledak kapan saja.

"Rendi sialan, awas aja lo nanti"...

.

.

.

.

.

.

Seperti hari-hari sebelumnya, Alfanza akan bangun pagi dan berolahraga di halaman di mansion Smith, begitu juga hari ini.

"Alfanza" panggil Alex membuat Alfanza yang tadi sedang berlarian kecil, menghentikan aktifitasnya.

"Selamat pagi tuan" ujar Alfanza sopan dan sedikit menundukkan wajahnya. Alex menghela nafasnya pelan melihat itu.

Setelah mengetahui pemuda yang sekarang berada di hadapannya merupakan jiwa putranya, dia jadi tidak suka mendengar dan melihat Alfanza bersikap seperti bawahan seperti ini padanya.

Tapi ini pilihannya, untuk melindungi putranya ini dari orang-orang yang membuatnya terluka nanti.

"Hmm apa aku harus berbicara dengan Rasya secara diam-diam, dan mengaku kalau aku sudah mengetahui rahasianya"

I'm Fine (End)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum