KAPAN BISA TEROBATI

Comenzar desde el principio
                                    

Dengan Gaura yang terus berusaha mengalihkan botol alkoholnya, namun rasanya sulit sekali, karena genggamannya yang terlalu erat, sehingga sulit di lepaskannya, namun Bara sebagai sahabat akan tetap berusaha membantu melepaskan botol minuman tersebut dari genggaman tangan Gafi, agar Gafi bisa berhenti untuk tidak meminumnya lagi.

Lelaki itu terlalu keras kepala, sehingga ia masih terus saja meneguk minumannya, dan tak mau melepaskan botol alkoholnya, Bara begitu kesulitan untuk berusaha melepaskannya.

Gaura emosi,"Udah mas cukup! Lepasin botolnya ..."

Gafi yang tiba-tiba saja membrontak, tanpa kendali kesadarannya,"Hargs! Aku benci Gaura! Kenapa dia harus menjadi istriku! Kenapa aku harus menikah dengan wanita bajingan sepertinya! Huek ... Karenanyalah hubungan aku dan Mayang menjadi hancur ... Huek! Haargs ...!"

Prak! Trung!

Ahg! Aaw ...!"

"Sadar bro! Kasian istri lo! Kenapa lo pukul! Lu udah kelewatan brengsek!" Gertak Bara, tak terima melihat wanita itu di pukul kasar oleh suaminya sendiri menggunakna botol alkohol yang berada pada genggamannya, dengan bara pun langsung reflek menahan kedua tangan Gafi yang tengah membrontak-brontak seperti banteng kelaparan itu.

Gafi yang tadi dengan tidak berdosanya memukul kepala istrinya menggunakan botol alkohol, di atas halusinasinya yang mungkin saja membayangkan bahwa Gaura sangat menyebalkan, hingga ia terus membrontak-brontak tidak karuan, sembari menyebut-nyebut nama istrinya di dasari ujar kebencian.

Gaura masih menggenggami kepalanya yang sakit, dan sedikit luka berdara-darah, usai terkena pukulan botol alkohol dari suaminya itu.

"Haghaha! Dasar wanita sialan! Kenapa kamu harus hadir di kehidupan saya brengsek! Huek ... Huek ..., Haghaha!" Lelaki itu terus tertawa-tawa miris dalam mabuknya.

"Fi, udah Fi, sadar yok, kasian istri lu nungguin, emang lu gak kasian apa?" Ucap Bara yang sudah terdengar malas, sepertinya ia mulai lelah, karena membujuk temannya sedari tadi, yang tidak sadar-sadar.

Perlahan Gaura, ikut membujuk kembali,"Mas Gafi, sadar yok, aku mohon mas sadarlah, suda hentikan minumnya, ayok kita pulang, biar kita lanjut selesaikan masalahnya di rumah," Lirih Gaura dengan tatapannya yang sendu, dan penuh memohon, ia terus berusaha membujuk dan menyadarkan suaminya dengan lemah lembut.

Sebenarnya dalam hati Gaura ingin sekali marah dan membrongak, hingga mencabik-cabik lelaki ini, namun apa dayanya, sedangkan ini dalam keadaan mabuk, dengan menatap keadaan suaminya dengan raut wajah penuh depresinya, seakan-akan membuatnya tertahan dari rasa emosinya, ia sungguh tak tega memandang keadaan lelaki itu, sakit sekali rasanya.

Gafi masih terus saja berhalusinasi.

"Ahagahha! Aku sangat mencintaimu Mayang, haghaha! Kamu ini sangat cantik dan menggoda, di bandingkan istri jalangku itu, ayok lah ... Kembalilah lagi padaku ... Aku sangat merindukanmu ... Huek!" Lagi-lagi Gafi melantur, dengan di atas halusinasinya tetap di dasari kata-kata pedas yang membuat hati Gaura tertusuk.

Awalnya Gaura takan memperudlikan ucapan-ucapan suaminya, karena posisinya masih dalam kondisi mabuk, jadi wajar saja jika ia melanturkan kata-kata tidak jelas, namun ntah kenapa semakin lama ia semakin tidak tahan mendengar ucapan-ucapan suaminya, apa lagi semakin lama ucapannya semakin terdengar pedas.

KALIMAT CINTA tak TertataDonde viven las historias. Descúbrelo ahora